Senin, 19 November 2012

KONTINGAN GARUDA TNI MENUJU KONGO


 Pasukan Perdamaian Indonesia Bertugas Lagi di Kongo
Oleh : Muhamad Jusuf
THERE are two tragedies in life one is to get your heart's desire, the other is to get it (George Bernard Shaw) 

Jihad-Defence-Indonesia - Menurut rencana hari ini 28 Juli 2003, Indonesia kembali akan mengirimkan pasukan penjaga perdamaian di bawah bendera PBB. Pasukan yang diberi nama Garuda XX-A ini akan bertugas selama satu tahun di Republik Demokratik Kongo.

Negara yang terletak di Afrika Tengah seluas 2.345.400 km persegi (5 kali luas pulau Sumatra) dan berpenduduk 54 juta, telah dilanda konflik/perang saudara sejak bulan Juni 1960. Beberapa saat kemerdekaannya dari jajahan Belgia, Angkatan Darat mengambil alih pemerintahan. Perdana Menteri Lumumba mengundang intervensi PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) dan Uni Soviet. Sekjen PBB setelah adanya sidang Dewan Keamanan mengirim pasukan perdamaian PBB dengan kekuatan 20.000 orang.

Menjadi kebanggaan tersendiri bagi Republik Indonesia ketika TNI (saat itu bernama Angkatan Perang RI) mendapat kepercayaan badan dunia itu untuk turut mengirimkan kontingen Indonesia dengan nama KONGA (Kontingen Garuda) II pada bulan September 1960. Sebelumnya yaitu tanggal 27 Nopember 1956. Indonesia telah mengirimkan Batalyon Angkatan Darat Republik Indonesia. Tugas PBB sebagian dari "United Nations Emergency Force" (Pasukan Darurat PBB) mengamankan dan mengawasi gencatan senjata di Mesir.

KONGA I di bawah pimpinan Letkol Hartoyo, yang kemudian digantikan oleh Letkol Suhadi Suromihardjo, bertugas di Mesir hingga September 1957. Sedangkan KONGA II berjumlah 1.074 orang dipimpin Kol. Prijatna (kemudian digantikan oleh Letkol Solichin G.P) bertugas di Kongo September 1960 hingga Mei 1961. Pasukan itu digantikan oleh KONGA III terdiri atas 3.457orang dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal Idris, kemudian Kol. Sabirin Mochtar.

KONGA III terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur. Seorang Wartawan dari Medan, H.A. Manan Karim (pernah menjadi Wkl. Pemred Hr Analisa) turut dalam kontingen Garuda yang bertugas hingga akhir 1963. Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Achmad Yani pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963. Komandan Yon Kavaleri 7 Letkol GA. Manulang, gugur di Kongo.

Kebanggaan Bangsa

Indonesia mengirim KONGA XVIII ke Tajikistan terdiri dari 8 perwira TNI bulan November 1997, dipimpin Mayor Can Suyatno. Pada tahun 1999-2002 dikirim KONGA XIX-1 terdiri dari 10 perwira TNI dipimpin Letkol K. Dwi Pujianto, KONGA XIX-2 jumlah yang sama dipimpin Letkol PSK Amarullah, KONGA XIX-3 dengan sepuluh perwira dipimpin Letkol (P) Dwi Wahyu Aguk dan KONGA XIX-4, dengan jumlah perwira yang sama dipimpin Mayor CZI Benny Oktaviar MDA. Tugasnya adalah misi pengamat (observer mission).

Misi KONGA XIX berada di Sierra Leone, sedangkan KONGA XVIII di Tajikistan, republik yang memisahkan diri dari Uni Soviet setelah terjadi Glasnost/pereistroika tahun 1991. Timbul kemelut di dalam negeri karena rezim yang berkuasa sebelumnya adalah Komunis. Pemerintahnya meminta bantuan PBB.

Merupakan kebanggaan bangsa juga seluruh prajurit TNI bahwa walaupun kita adalah negara relatif muda, tetapi prajurit kita sudah mendapat kepercayaan demikian besar dari dunia internasional untuk tugas-tugas perdamaian di berbagai penjuru dunia. Prajurit kita tidak hanya menjadi duta prajurit PBB tetapi terlebih-lebih lagi sebagai insan Pancasila, telah berhasil menunaikan tugas pokoknya dengan mengamalkan Pancasila di forum internasional.

Setelah uraian di atas, perlu kiranya dikemukakan kontingen lainnya. KONGA IV dan KONGA V bertugas di Vietnam tahun 1973-1974. KONGA VI bertugas di Mesir, setelah pecahnya perang Mesir-Israel 6 Oktober 1973. Satu kebanggaan tersendiri, Mayjen TNI Rais Abin ditunjuk oleh PBB sebagai Panglima UNEF (United Nations Emergency Force) dengan Brigjend Stig Nihlen dari Swedia sebagai kepala staf.

Komandan KONGA VI adalah Kol. Rudini (terakhir Jenderal, pernah Kasad dan Mendagri). KONGA VII di bawah Komando Brigjen TNI Soekemi Soemantri dan kemudian Mayjen TNI Kharis Suhud, bertugas di Vietnam 1974-1975. KONGA VIII, KONGA VIII-1, KONGA VIII-2, KONGA VIII-3, KONGA VIII-4, KONGA VIII-5, KONGA VIII-6, KONGA VIII-7, KONGA VIII-8, KONGA VIII-9 kesemuanya bertugas di Timur Tengah dari September 1974 hingga Oktober 1979. Masing Komandannya adalah Kol. Sudiman Saleh, Kol. Gunawan Wibisono, Kol. Untung Sridadi, Kol. Suhirno, Kol Susanto Wismoyo, Kol. Sugiarto, Kol. R. Atmanto, Kol. RK. Sembiring .

Pejabat Tinggi TNI

Setelah selesainya perang Iran-Irak 1980-1988, Indonesia kembali mendapat kepercayaan PBB sebagai anggota yang tergabung dalam UNIMOG (United Nations Iran-Irak Military Observer Group) terdiri dari 350 Perwira dari 24 negara. Dibentuk KONGA IX-1, KONGA IX-2 dan KONGA IX-3 yang bertugas di sepanjang garis perbatasan Irak-Iran, KONGA IX-1 dipimpin Letkol Inf. Endriartono Sutarto (mantan Panglima TNI). KONGA IX-2 oleh Letkol Inf. Fachrul Razi (terakhir Letjen TNI, mantan Kasum TNI) dan KONGA IX-3 di bawah pimpinan Letkol Inf. Johny Lumintang (terakhir Letjen TNI, Sekjen Dep. Pertahanan RI). Ini adalah data-data yang penulis himpun sebagai pengetahuan di Hankam/TNI sejak 1972.

KONGA X bertugas di Namibia (Afrika) tahun 1989-1990 dipimpin oleh Kol Mar Amin Sumartono sedangkan KONGA XI-1, KONGA XI-2, KONGA XI-3, KONGA XI-4 dan KONGA XI-5 bertugas di perbatasan Kuwait Irak 1992-1995 dalam tugas UN Irak-Kuwait Observation Mission, masing-masing dipimpin oleh Letkol Inf. Albert Inkiriwang, Mayor CZI Toto Punto Djatmoko, Mayor Kav. Bambang Sriyono, Mayor Inf Mohammad Mubin dan Mayor CPL Mulyono Esa.

Selanjutnya muncul KONGA XII-A dipimpin Letkol Erwin Sudjono dan KONGA XII-B (jumlah anggota 850 orang) dipimpin oleh Letkol Inf Ryamizard Ryacudu (mantan Kepala Staf TNI AD). Dengan demikian, berarti dua petinggi TNI sekarang, yaitu Jenderal TNI Endriartono Sutarto dan Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu sudah pernah memimpin pasukan perdamaian PBB. KONGA XII ini bertugas di Kampuchea.

Sesudah itu, muncul KONGA XII-C, KONGA XII-D, masing-masing dipimpin Letkol Inf Darmawi Chaidir dan Letkol Inf. Asril hamzah Tanjung. KONGA XII-D ini terdiri dari Pengamat Militer Tahap I, Pengamat Militer Tahap 2, Pengamat Militer Tahap 3, Pengamat Militer Tahap 4, Pengamat Militer Tahap 5 dan Pemantau Polisi Sipil Tahap 1, Tahap 2, Tahap 3, Tahap 4.

KONGA XIII ditugaskan ke Somalia, korban pemberontakan dan perang saudara. Beribu-ribu rakyat sekarang akibat kelaparan dan kebengisan. PBB campur tangan pada tahun 1992. KONGA XIII terdiri dari hanya 5 perwira ditugaskan dalam UNOSOM (United Nations Operation in Somalia) di bawah pimpinan Mayor Mar. Wingky Soeindarwanto. Ada juga empat orang yang ditugaskan di dalam staf UNOSOM di bawah pimpinan Letkol Art. Bibit Santoso, kemudian digantikan oleh 4 orang di bawah pimpinan Mayor CZI Budiman.

Kemudian diganti oleh 3 pejabat di bawah pimpinan Letkol Art. Nehimia Tode. KONGA XIV-1, KONGA XIV-2, KONGA XIV-3 bertugas di Bosnia Herzegovina 1993-1994. KONGA XIV-A, KONGA XIV-B, KONGA XIV-C bertugas di Bosnia Herzegovina sebagai petugas kesehatan, KONGA XIV-C adalah Batalyon Zeni. Demikian buku "ABRI dan PBB" terbitan Departemen Hankam (1995).

Selanjutnya KONGA XV petugas di Georgia (pegunungan Kaukasus, memisahkan diri setelah adanya reformasi dan kehancuran Komunisme di Uni Soviet) tahun 1994. KONGA XVI bertugas di Mozambik, bekas jajahan Portugal di Afrika Selatan. Kontingen Indonesia terdiri dari 15 orang di bawah pimpinan Mayor Pol. Drs. Kuswandi bertugas sebagai pemantau Polisi Sipil dan kendalikan oleh pengamat PBB di Mozambik.

Pasukan itu bertugas 17 Juni 1994-28 Desember 1994. KONGA XVII di bawah pimpinan Brigjen TNI Asmardi Arbi, kemudian Brigjen TNI Kivlan Zein, bertugas di Filipina sebagai pengawas genjatan senjata setelah adanya perundingan antara MNLF pimpinan Nur Misuari dengan pemerintah Filipina tahun1994-1995.

Konflik Kongo

Dalam tahun 1878, Henry Stanley mendapat tugas dari Raja Belgia, Leopold II segera menyadari potensialnya negeri itu yang kaya dengan sumber alam. Konferensi Berlin 1884-1885 mengakui Raja Belgia itu sebagai pemimpin Congo Free State (negara merdeka Kongo). Secara resmi, aneksasi dilakukan Belgia pada tanggal 28 Nopember 1907. Negeri itu menjadi negara merdeka dan berdaulat pada 30 Juni 1960.

Setelah terbunuhnya Perdana Menteri Patrice Lumumba pada Pebruari 1961, jabatannya diambil alih oleh Antonine Gizenga. Ia mendirikan pemerintahan di kota Stanleyville, tetapi pada tanggal 15 Agustus 1961, pihak PBB mengakui pemerintahan yang didirikan Cyrille Adoula. Jadi negara Katanga yang diproklamirkan oleh Gizenga akhirnya diserang oleh Pasukan PBB terdiri dari Pasukan Irlandia dan Ethiopia. Tanggal 15 Januari 1962 Gizenga menyerahkan diri, dan dipecat dari jabatannya.

Kemelut berjalan terus, golongan Gizenga mendirikan Republik Rakyat Kongo pada tanggal 7 September 1964 pemerintahannya bercorak Komunis. Pasukan pemerintah dibantu pasukan Belgia menguasai Stanleyville 24 Nopember 1964, dan benteng-benteng terakhirnya April 1965. Pasukan itu didrop dari pesawat-pesawat Angkatan Udara Amerika serikat, catatan sejarah menunjukkan.

Setelah "kemajuan" itu Jenderal Joseph D. Mobutu mengadakan kup terhadap Presiden Kasavubu. Saat itu, Mobutu adalah Kepala Staf Angkatan Darat. Ia membatalkan rencana pemilihan umum 1966. Akhirnya, parlemen mengakui rezim baru. Tanpa diketahui tanpa alasan apa sang presiden mengganti namanya menjadi Mobutu Sese Seko dan negaranya menjadi "Republik Demokratik Kongo" dari"Republik Zaire"pada tahun 1971.

Kehancuran ekonomi dan korupsi meningkat pada tahun 1980-an. Pada tahun 1990, presiden Mobutu mencabut larangan system multi partai, sebagai taktik untuk terus berkuasa di negara itu, karena adanya tekanan dunia internasional.

Presiden Kabila Tewas

Tahun 1994, kondisi makin jelek, karena masuknya ribuan pengungsi dari pemberontakan di Rwanda. Kaum Hutu berkelahi dengan suku Tutsis (mayoritas), dan akhirnya pasukan pemerintah campur tangan. Suku Hutu di kamp-kamp pengungsi melarikan diri ke Rwanda, ada yang berpencar ke Kongo. Ratusan ribu menjadi korban. Sumber-sumber Barat menyebutkan 350.000 suku Hutu tewas.

Keadaan bertambah buruk dengan pemberontakan yang diadakan oleh Jenderal Laurent Kabila (mantan anggota Marxist dan musuh lama Mobutu). Pada tahun 1996, Presiden Mobutu selama 4 bulan berada di Eropa Barat untuk berobat. Tanpa kehadiran Mobutu, pasukan pemerintah "kehilangan" gairah bertempur dengan pemberontak. Sebagai factor buruk muncul bantuan dari Rwanda dan Uganda melawan pasukan pemerintah Mobutu. Tanggal 17 Mei 1996 pasukan pemberontak masuk ke ibu kota Kishasa, setelah gagalnya negosiasi Mobutu dengan Kabila. Presiden Mobutu melarikan diri ke luar negeri.

Republik Zaire kembali pada nama "Republik Demokratik Kongo". Mobutu meninggal di pengasingan di Rabbat, Maroko tanggal 7 September 1996. Laurent Kabila menjadi Presiden, tetapi anehnya pemberontakan masih berjalan. Pasukan pemberontak mendapat bantuan dari Rwanda dan Uganda. Pasukan pemerintah dibantu oleh Angola, Namibia dan Zimbabwe. Jenderal Laurent Kabila tanggal 16 Januari 2001, ditembak oleh salah seorang pengawal pribadinya. Putranya, Joseph Kabila menjadi Presiden tanggal 26 Januari 2001. tetapi kemelut masih berjalan hingga kini.

Negosiasi sedang berjalan sekarang, dan ada kesepakatan untuk mengadakan Pemilihan Umum dalam jangka waktu 2 tahun. Syukur Alhamdulillah, pasukan kita yaitu KONGA XX-A yang akan bertugas selama 1 tahun dan berjumlah 175 prajurit (dari Kompi Zeni) akan bertugas dalam bidang konstruksi, pembangunan perumahan, pelabuhan dan lain-lain. Mereka akan bergabung dengan pasukan Kanada. Kita berdoa semoga Allah SWT senantiasa melindungi prajurit-prajurit kita dalam tugas mulianya. Penulis dan dramator Inggris George Bernard Shaw pernah mengatakan apa yang penulis kutip pada awal tulisan ini. Ada dua tragedi dalam kehidupan manusia. Satu adalah untuk tidak memperoleh keinginan hati. Yang lainnya adalah justeru mendapatkan apa yang diingini. Mari kita ambil hikmahnya.

(Penulis adalah wartawan senior, pengamat masalah Polkam dan Internasional)
Sumber : KLIK DISINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar