Kamis, 07 Agustus 2014

INDONESIA INGINKAN RUDAL BRAHMOS INDIA

Rudal BrahMos
Rudal BrahMos 


Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta     

Sejalan dengan visi Perdana Menteri India Narendra Modi untuk ekspor hardware pertahanan, produsen rudal jelajah supersonik BrahMos Aerospace mengatakan bahwa negara-negara Asia dan Amerika Latin Tenggara telah menunjukkan minatnya untuk mengakuisisi sistem senjata jarak 290 km itu dan mungkin India akan mengekspor rudal Brahmos untuk negara-negara sahabat tertentu.

“Beberapa negara Asia dan Amerika Latin Tenggara menginginkan BrahMos, dan menyatakan minatnya untuk itu, terutama untuk angkatan laut dan versi pertahanan pesisir. Sebuah daftar pasti negara-negara peminat sudah ada. Kami mengalami kemajuan dengan strategi pemasaran untuk mengekspor Brahmos ke negara-negara tertentu, yang disetujui oleh pemerintah India dan Rusia, “kata CEO BrahMos Aerospace, Sudhir Kumar Mishra.

“Kami berharap beberapa kontrak ekspor akan ditandatangani dengan negara-negara sahabat untuk India dan Rusia dalam waktu dekat,” katanya dalam sebuah wawancara kepada PTI.

Mishra menolak menyebutkan nama negara-negara yang telah menunjukkan minat terhadap sistem rudal Brahmos, namun sumber Kementerian Pertahanan mengatakan Vietnam dan Indonesia di Asia Tenggara dan Venezuela di Amerika Latin telah menyatakan keinginannya untuk mendapatkan rudal Brahmos.

Sebelumnya, Kepala DRDO Avinash Chander juga telah menyatakan minatnya untuk mengekspor senjata pertahanan untuk negara-negara sahabat.

DRDO dan Rusia NPO Mashinostroyenia (NPOM) adalah mitra dalam patungan dalam membangun BrahMos.

Perjanjian antar pemerintah India dan Rusia dalam pengembangan rudal BrahMos juga menetapkan penggunaan rudal yang canggih ini ke dalam angkatan bersenjata India dan Rusia serta ekspor ke negara-negara sahabat.

Baru-baru ini, Perdana Menteri India telah menyatakan bahwa India sekarang harus bergerak ke arah kemandirian dalam memproduksi senjata dan sistem militer dan juga mencari mengekspor ke negara-negara sahabat.

Ditanya tentang rencana jangka pendeknya untuk pengembangan perusahaan rudal dalam negeri, Mishra mengatakan akan melokalkan pengembangan rudal di India, peningkatan kapasitas produksi yang lebih besar, memenuhi pesanan produksi lebih cepat dari jadwal untuk memastikan pengiriman rudal tepat waktu dan memastikan versi yang berbeda dari rudal BrahMos untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan kekuatan pertahanan termasuk Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

Mishra mengatakan kontribusi India sejauh ini hanya untuk sistem panduan navigasi dan sistem kontrol penembakan. “Kita harus fokus pada pengembangan teknologi lokal bagi mesin dan penjejak dari rudal BrahMos,” tambahnya.[TimesofIndia]


Sumber : KLIK DISINI

LOCHEED MARTIN MENGUMUMKAN INISIATIF INDUSTRI RADAR INDONESIA


Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta : Lockheed Martin (NYSE: LMT) telah meluncurkan inisiatif industri radar Indonesia sebagai bagian dari usaha perusahaan asal Amerika Serikat (AS) ini dalam mendukung agenda Indonesia untuk memordenisasikan dan memperluas jangkauan pengawasan udara Republik Indonesia.

Inisiatif ini mencakup transfer teknologi guna membantu pembangunan industri radar Indonesia, serta kerjasama dengan sejumlah universitas lokal guna mengembangkan sumber daya manusia untuk mendukung inisiatif ini. 


Meningkatkan kemampuan Indonesia untuk membuat beragam komponen radar yang fundamental akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pemasok asing, sekaligus membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia.

Lockheed Martin berkomitmen untuk mendukung Indonesia dan rencana revitalisasi industri pertahanannya," ungkap Robert Laing, Eksekutif Nasional, Lockheed Martin, Indonesia. 


"Tujuan kami adalah untuk menciptakan sebuah sektor teknologi dan lapangan pekerjaan yang baru demi menjamin industri yang berkesinambungan di Indonesia."

Lockheed Martin telah bekerjasama dengan Institut Teknologi bandung (ITB) untuk membuat kurikulum engineering teknologi radar. Selain itu, terdapat sejumlah program lainnya, ditambah dengan berbagai seminar teknis dan peluang pendidikan yang tengah berlangsung, seperti pelatihan pemimpin masa depan untuk pengembangan teknologi radar. 


Perusahaan ini juga telah mengintegrasikan kapabilitas manufaktur dengan sejumlah mitra lokal Indonesia, yang telah memulai memproduksi komponen-komponen radar.

Lockheed Martin juga kini tengah bersaing memperebutkan program radar Ground Control Intercept (GCI) Indonesia. 


Jika perusahaan ini berhasil memenangkan program tersebut, maka akan terbuka lebih banyak lapangan pekerjaan bagi mitra-mitra lokal, yang diperkirakan hingga dua juta jam kerja selama masa aktif radar-radar tersebut. 

Para mitra lokal akan mampu memproduksi komponen radar senilai hampir 100 juta dolar tiap tahun.

Pengalaman ekstensif radar pengawasan udara yang dimiliki Lockheed Martin dapat membantu Indonesia menjadmin keamanan dan keselamatan ruang udara baik bagi lalu lintas udara sipil  maupun kedaulatan udara nasional untuk waktu yang sangat lama. Lockheed Martin telah  memproduksi dan mengoperasikan lebih dari 200 radar pengawasan udara di 30 negara. 


Beroperasi  di seluruh dunia selama 24 jam, radar-radar Lockheed Martin beroperasi sepenuhnya tanpa awak dan sebagian besar telah puluhan tahun di dalam kondisi lingkungan terpencil yang keras. 

Tidak ada satupun radar-radar tersebut yang pernah mengalami kerusakan, dan bahkan sebagian besar telah beroperasi dengan baik melampui masa garansi 20 tahun. 

Kehandalan dan umur yang panjang dari radar-radar tersebut adalah hasil dari investasi berkelanjutan Lockheed Martin di dalam teknologi canggih dan komitmen terhadap misi dan kebutuhan para konsumen.

Berpusat di Bethesda, Maryland, Lockheed Martin adalah perusahaan keamanan dan kedirgantaraan  global yang memiliki sekitar 113.000 karyawan di seluruh dunia dan secara khusus terlibat di dalam riset, desain, pengembangan, manufaktur, integrasi, dan pemeliharaan beragam sistem, produk, dan layanan teknologi canggih. Penjualan bersih korporasi untuk tahun 2013 mencapai 45,4 miliar dolar.


Sumber : KLIK DISINI

TNI-AD TERIMA PELUNCUR ROKET MULTILARAS BARU DARI BRAZIL

 MLRS Astros II (Jojocircus)


Jihad-Defence-Indonesia - JAKARTA :  Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD)  menerima alat utama sistem persenjataan (alutsista) baru berupa multiple launcher rocket system atau senjata peluncur roket bernama Astros II. Senjata baru untuk Divisi Artileri Medan tersebut didatangkan dari pabrik Avibras Indústria Aeroespacial, Brasil.

"MLRS Astros II telah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok kemarin (6 Agustus 2014), sekitar pukul 10.00 WIB," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen TNI Andika Perkasa lewat pesan pendek kepada Tempo, Kamis, 7 Agustus 2014.

Menurut Andika, Astros II yang tiba kemarin terdiri atas tiga paket, yakni satu baterai peluncur roket, amunisi roket, dan simulator peluncur roket. Ketiga paket tersebut akan segera didistribusikan ke beberapa markas TNI Angkatan Darat sesuai dengan kebutuhan.

Satu baterai peluncur roket, kata dia, akan digunakan untuk Batalyon Artileri Medan 1/Malang, amunisi roket bagi Batalyon Artileri Medan 10/Bogor, dan simulator dikirim ke Pusat Pendidikan Artileri Medan.

Andika mengatakan Astros II tiba di Indonesia lebih cepat daripada rencana semula.TNI AD, kata dia, senang karena Astros bisa dipamerkan dalam perayaan Hari Ulang Tahun ke-69 TNI yang rencananya akan digelar di Markas Komando Armada Laut Timur, Surabaya, Jawa Timur, 5 Oktober mendatang.

Astros II, Andika melanjutkan, merupakan alat utama sistem persenjataan berupa peluncur roket yang memilki mobilitas dan fleksibilitas tinggi. Musababnya, Astros II berbentuk kendaraan tempur sebesar truk yang pada bagian belakangnya menggendong peluncur roket. Rudal Astros bisa ditembakkan dari mana saja.

Kerja sama pembelian Astros II antara pemerintah Indonesia dan Brasil sudah terjalin sejak 2012. Dalam kerja sama tersebut, Kementerian Pertahanan sebagai perwakilan pemerintah meminta perjanjian alih teknologi. Perjanjian tersebut, menurut Andika, meliputi pengadaan simulator Astros II MKS, Ammunition Mobile Acclimated Depot (AV-DMMC), revalidasi roket, dan dukungan teknis pembangunan fasilitas perawatan MLRS Astros.

Sebelumnya, pada April lalu, TNI Angkatan Darat menerima senjata baru berupa 18 pucuk meriam Hyundai howitzer tarik 155 milimeter/L52 Kh-179 dari Korea Selatan. Kaliber 155 mm pada meriam ini adalah kaliber terbesar yang dimiliki TNI AD untuk meriam jenis tarik. Daya tembak meriam ini mampu mencapai jarak 30 kilometer.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat saat itu, Jenderal Budiman, mengatakan pembelian satu unit meriam ini menghabiskan dana sekitar US$ 980 ribu pada saat kurs rupiah 9.000 per dolar Amerika Serikat. 


Sumber : KLIK DISNI

PESAWAT TEMPUR F-16 C/D-52ID TNI TAMBAHAN SEGERA MENYUSUL

F 16 C/D 25 ID TNI AU (photo Indomiliter.com)
F 16 C/D 52 ID TNI AU (photo Dispenau)
Jihad-Defence-Indonesia - Yogyakarta : Penambahan alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk melengkapi pengamanan udara di Tanah Air terus dilakukan TNI-AU. Salah satu yang didatangkan dalam waktu dekat yakni pesawat tempur F-16 buatan Amerika.
“Pada 1 Oktober (2014) nanti akan datang 6 unit (F-16),” kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, di sela-sela acara peringatan Hari Bakti ke 67 TNI-AU di Akademi Angkatan Udara (AAU), Yogyakarta, Kamis (7/8/2014).
Pesawat tersebut nantinya akan ditempatkan di Skuadron 16 yang ada di Pangkalan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin, Pekanbaru. Kawasan ini nantinya akan dijadikan kekuatan pengamanan udara di wilayah barat.
IB Putu Dunia menuturkan, pengadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) masih tetap mengikuti koridor berupa renstra (rencana strategis) minimum essential force lima tahunan.
image
“Alutsista kita melanjutkan program renstra kita, yang datang terbaru adalah F16 yakni 6 unit tadi. Tapi ini masih tahap awal saja. Nanti pada tahun 2015 diharapkan sudah lengkap 24 unit,” kata IB Putu Dunia.
Dia menargetkan, pada 2014 pencapaian untuk alutsista sudah bisa mencapai sepertiga dari keseluruhan. “Pesawat tempur masih terus kita lengkapi sesuai dengan renstra. Pada akhir 2014 pencapaian kita sudah sampai 38 persen, sesuai rencana nantinya akan berakhir pada 2024,” jelasnya. (Detik.com).
Sumber : KLIK DISNI

PRESIDEN AMERIKA SERIKAT AKAN BERKUNJUNG KE PAPUA, ADA APA?

Presiden AS Barack Obama di Oval Office, White House (photo by Pete Souza)
Presiden AS Barack Obama di Oval Office, White House (photo by Pete Souza)

Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta :  Jika tak ada pembatalan, Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan melawat ke Indonesia pada November mendatang. Menurut kabar yang diterima Komisi I DPR, seperti diungkapkan Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq, salah satu agenda Obama adalah berkunjung ke Provinsi Papua.
Mahfudz Siddiq mengatakan, agenda Obama ke Papua akan menjadi salah satu materi yang dipertanyakan dalam rapat dengan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, pekan depan.
Menurut Mahfudz, tak ada kepentingan Obama dengan isu Papua. “Mengapa Obama memberikan perhatian yang sangat spesifik soal Papua? Ngapain Obama bawa isu Papua? Jauh amat,” ujar Mahfudz di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (7/10/2010).
Mahfudz mengatakan, isu Papua merupakan isu domestik nasional Indonesia dan bukan isu internasional yang harus jadi bahan perhatian Obama. “Urusannya Komisi II, soal otonomi khusus dan sebagainya. Apa perlu Obama kita undang rapat dengar pendapat ke Komisi II bicara soal otonomi khusus?” ujarnya.
Oleh karena itu, kata Mahfudz, komisinya akan meminta penjelasan terperinci dari Kementerian Luar Negeri atas urgensi rencana Obama tersebut. (Kompas.com).
Sumber : KLIK DISINI

Selasa, 22 April 2014

LFX, PENGEMBANGAN PESAWAT TEMPUR INDONESIA YANG TERTUNDA



 

Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta Dalam menjaga kedaulatan Indonesia, kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) sangat dibutuhkan dan penting. Pemerintah Indonesia saat ini mulai gencar membangun alutsista dalam negeri, salah satunya program pengembangan pesawat tempur KFX/IFX bersama Korea Selatan.

Ternyata, selain program KFX/IFX, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) juga sudah melakukan penelitian pesawat tempur supersonik yang disebut Lapan Fighter Experiment (LFX). Peneliti Utama LFX, Sulistyo Atmadi mengatakan, penelitiannya melalui program riset Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa (PKPP) Kemenristek ini untuk mendukung kemandirian pesawat tempur maupun project KFX/IFX.

Dulunya kita kan diundang Kemenhan membicarakan tentang program KFX/IFX. Tapi kan kita belum terlibat (dalam program KFX/IFX) waktu itu karena Pustekbang Lapan itu baru terbentuk 2011. Kemudian kita mengajukan riset itu melalui PKPP Program peningkatan pendidikan perekayasa lalu kita melakukan riset semacam konfigurasi awal untuk pesawat tempur,” ucap Sulistyo saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta Senin 21 April 2014.


LFX sendiri memiliki konsep sebagai pesawat latih-lanjut generasi ke 5, dan dengan kemampuan multi-misi dan dirancang agar bisa sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. Sulistyo menambahkan, meski dengan anggaran yang sedikit, ia bersama beberapa teman sesama penelitinya sudah berhasil membuat konsep LFX kecepatan supersonik.

PKPP itu cuma Rp 250 juta, itu untuk penelitian 5 peneliti untuk satu tahun. Rp 250 juta itu untuk honor penelitinya, pembuatan modelnya, dan sebagainya. Itu dikelola Kemenristek, setiap PKPP itu dijatah Rp 50 juta untuk setiap peneliti. Tapi kita sudah di tahap conceptual design, kita sudah merancang bentuk luarnya dan kita uji dengan terowongan angin dan simulasi CFD,” imbuhnya.

Project LFX sudah dilakukan sejak tahun 2012, namun sayangnya program ini tidak berlanjut karena masalah anggaran. Selain itu, hampir seluruh tim Pustekbang Lapan sedang mengembangkan pesawat sipil N-219 bersama PT Dirgantara Indonesia.

Cuma tahun 2012 saja, sebetulnya tahun 2013 ada penelitian intern untuk membuat model terbangnya, tapi ternyata dananya nggak ada. Selain itu tahun ini PKPP tahun ini sudah tidak ada lagi. Tahun ini sudah tidak ada lagi penelitiannya (LFX), karena hampir semua SDM terlibat di N-219 karena itu kan butuh banyak tenaga dan ini (LFX) juga belum prioritas,” urai Sulistyo.

lapan1


Untuk kelanjutan Program LFX, pria yang telah puluhan tahun berpengalaman di teknologi penerbangan ini menyerahkan sepenuhnya kepada Pemerintah. Karena ini merupakan program jangka panjang yang membutuhkan anggaran dan penelitian yang lama.

Tergantung pimpinan nasional kita, bagaimana? Apakah mau meneruskan IFX kalau KFX-nya nggak jadi. Tapi waktu kita mendisain itu ada narasumber dari dokter ITB yang juga terlibat dalam program bersama Korea dan juga Pak Agung Nugroho, beliau juga terlibat dalam KFX. Jadi sebetulnya walaupun konsepnya beda, tapi hampir miriplah dengan program IFX gitu,” tambahnya.

Mock-up KFX


Jika diteruskan, ia berharap pemerintah membantu transfer of technology dengan negara lain agar program LFX bisa berjalan dengan cepat. Selain itu, perlu dibangun konsorsium pesawat tempur nasional.

Pesawatnya nggak terlalu masalah, tapi instrumentasinya kalau kita mau membuat kelas generasi 5 itu sudah siluman. Kalau siluman itu Korea saja teknologinya belum dikasih sama Amerika. Jadi diberi saja tapi ilmunya tidak dikasih. Tapi kita tetap berusaha, karena kan pesawat terbang itu kan tidak hanya dalam jangka waktu 1-5 tahun. Tapi sampai jangka 15 tahun. Siapa tahu pada saat kita harus membuat, entah itu ada pengetahuan atau sudah ada negara lain yang mampu bekerjasama dengan kita,” katanya.

Kalau untuk sampai tingkat prototipe, tentu diperlukan konsorsium, karena Lapan tidak mampu sendiri. Seperti PT DI untuk industrinya, lalu BPPT karena mereka punya laboratorium, ITB dan sebagainnya. Kalau kita tugasnya sebagai perisetnya aja,” jelas dia.



Sementara, dihubungi terpisah, juru bicara Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Silmi Karim menilai program LFX ini bisa dimaksimalkan agar membantu kemandirian dalam negeri. Ia berharap tim peneliti LFX bisa membantu program KFX/IFX, agar kemandirian pesawat tempur dalam negeri bisa segera terlaksana.

Kita harus melakukan satu sinergi, baik itu penelitian atau pengembangan riset dan teknologi. Sehingga energinya itu bisa dimaksimalkan di satu tujuan. Kalau Kemenhan punya kebijakan KFX/IFX dengan Korea, terus kemudian ada Lapan dengan LFX. Nah ini kan ada 2 Energi, yang kalau dimaksimalkan lebih bagus. Intinya kita perlu memaksimalkan potensi bangsa,” ungkap Silmi.

(Tanti Yulianingsih)
(Elin Yunita Kristanti)


Sumber : KLIK DISINI

Senin, 07 April 2014

MODIFIKASI HELIKOPTER ANTI-KAPAL SELAM PANTHER


(all photo: plastidip-id.com)


Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta : Beberapa waktu lalu, kita para penggemar militer disuguhkan atraksi dari korps penerbang Angkatan Laut, yaitu berupa demonstrasi heli Anti Kapal Selam. Heli yang ditampilkan pun saat itu terbilang kinyis-kinyis. Sekilas, yang terlihat adalah Helikopter Panther yang memang diperuntukan untuk aksi anti kapal selam.

Kemunculan heli "panther" itu tentu mengejutkan. ARC yang mencoba mengkonfirmasi ke PT.DI tidak mendapat jawaban memuaskan. Walau sebenarnya pada saat itu ARC telah mendapatkan informasi mengenai jenis sesungguhnya heli tersebut, namun tetap saja ada keraguan.  
 

Plastidip sendiri adalah "removable rubberised paint" yang dapat diapplikasikan untuk berbagai materi seperti plastik, besi, kayu, dll. Yang membuat produk ini menjadi unik adalah lapisan cat yang diapplikasikan akan berubah menjadi lapisan karet (rubberised). Lapisan ini dapat dengan mudah dihilangkan. Pengguna hanya perlu mengkupas bagian yang tidak diinginkan dengan mudah. Tidak lengket, tidak perlu susah payah membersihkan dan yang terutama tidak merusak lapisan dasar dimana cat tersebut diapplikasikan.


 


Nah, entah apa motivasi TNI-AL sendiri? kami tidak dapat memastikan. Mungkin saja TNI-AL sudah sangat ingin memiliki heli AKS sehingga terpaksa melakukan "modifikasi" heli pinjaman. Semoga saja nantinya heli AKS sesungguhnya bisa cepat dimiliki oleh TNI-AL.

Sumber : KLIK DISINI

BERITA FOTO: PAMERAN HASIL RISET TNI-AD


http://arc.web.id/images/stories/RISETAD/risetad%202%20copy.jpg

Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta : Mabes TNI-AD di Jakarta mendadak ramai oleh sejumlah purwarupa peralatan. Di hari senin (07/04) ini, TNI-AD memang punya hajat memamerkan berbagai hasil riset mereka dengan Universitas Surya. Total ada belasan hasil riset yang nantinya diharapkan bisa mengisi peralatan senjata milik TNI-AD.

http://arc.web.id/images/stories/RISETAD/risetad%2010%20copy.jpg

http://arc.web.id/images/stories/RISETAD/risetad%201%20copy.jpg

Salah satu yang menarik perhatian adalah Gyrokopter, hasil riset Korps Penerbangan Angkatan Darat. Selain itu, ada pula berbagai peralatan menarik lainnya. Mulai dari UAV mini, perangkat Optronic, hingga motor berbahan bakar gas. Semoga saja hasil karya ini tidak berhenti hanya pada tahap prototipe.


http://arc.web.id/images/stories/RISETAD/risetad%203%20copy.jpg

http://arc.web.id/images/stories/RISETAD/risetad%204%20copy.jpg

http://arc.web.id/images/stories/RISETAD/risetad%206%20copy.jpg

http://arc.web.id/images/stories/RISETAD/risetad%207%20copy.jpg

http://arc.web.id/images/stories/RISETAD/risetad%208%20copy.jpg

http://arc.web.id/images/stories/RISETAD/risetad%209%20copy.jpg




Sumber : KLIK DISINI

HINDARI BAKU TEMBAK, TNI-AD GUNAKAN ALUTSISTA 'PENGINTAI'


Jihad-Defence-Indonesia - JakartaBaku tembak antara kelompok separatis dan aparat keamanan yang belakangan kerap terjadi di Papua kini dapat diantisipasi. Tak akan terjadi bila gerak-gerik kelompok separatis itu sudah diketahui. Hal itu bisa dicegah dengan teknologi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI-AD yang baru.

Kepala Staf TNI-AD Jenderal Budiman mengatakan, sudah ada permintaan alutsista hasil pengembangan bersama Universitas Surya itu, dari Panglima Kodam XVII/Cenderawasih (Pangdam) Mayjen TNI Christian Zebua.

"Kodam XVII sudah meminta alat-alat baru ini beberapa buah, Kodam perbatasan minta VHF dan open base transceiver station (BTS)," terang Budiman, di Mabes AD, Jakarta, Senin (7/4/2014).

Tak hanya 2 alat itu, Budiman juga mengatakan ada permintaan alat lain seperti flapping bird (alat berbentuk burung yang berfungsi mengintai dan memantau situasi daerah) dan unmanned aerial vehicles autopilot atau pesawat tanpa awak.

"Alat yang digunakan topografi itu untuk survailance (pengawasan) di daerah tertentu dengan teknologi, maka akan lebih tahu pergerakan musuh," jelas Budiman.

Rektor Universitas Surya Profesor Yohanes Surya juga menjamin kualitas alutsista yang dikembangkannya bersama TNI-AD. Menurutnya, alat ini tak kalah dengan kualitas alutsista militer asing. "Ambil contoh pembuatan nano satelit. Hanya ada beberapa negara yang mampu membuat. (Alutsista kita) pasti bisa bersaing," ujar Yohanes.

Sempat terjadi baku tembak antara aparat keamanan dengan sekitar 40 anggota kelompok sipil bersenjata di Papua. Korban dilaporkan berjumlah 3 orang yang diduga sebagai anggota kelompok sipil bersenjata.

Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Christian Zebua mengatakan, 1 korban di antaranya tewas dan 2 lainnya belum diketahui kondisinya.

Anggota Intelijen Kodim 1701/Jayapura Serma Tugino menjadi korban baku tembak ini. Kini ia masih dirawat di Rumah Sakit TNI Marthen Indey, Aryoko, Kota Jayapura, Papua. Kapolresta Jayapura AKBP Alfred Papare juga menjadi korban, namun tidak mengalami luka serius. 

Sumber : KLIK DISINI

Senin, 17 Maret 2014

MENERAWANG ROAD MAP KAPAL SELAM PRODUKSI PT PAL


Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta : Setelah kita mendengar pembelian Kapal Selam (KS) Kelas Kilo batal dan pemerintah lebih memilih untuk pengadaan KS dalam negeri berbasis TOT KS Changbogo class dari Korea. 

Maka sebagai analisator kita hanya bisa membuat analisa apa saja teknologi kapal selam Type U Jerman yang bisa diaplikasikan untuk KS ke empat yang akan diproduksi oleh PT PAL setelah menyelesaikan pembuatan KS Changbogo yang ke tiga.

PT PAL dalam pembuatan dan pengembangan Kapal selam yang ke empat pastinya harus lebih baik dari CBG class yang sudah diajarkan oleh korea Alasannya selain untuk tidak meniru hak paten pengembangan U 209 dari Korea, PT PAL juga harus memenuhi standar tinggi yang ditetapkan oleh usernya yaitu TNI-AL. 

Salah satu Lagu Wajib yang harus dipenuhi oleh TNI-AL dalam speck KS yang diinginkan yaitu bisa menembakkan rudal sub berdaya jelajah menengah 300-400 km. Untuk itu PT PAL harus belajar kepada ahli ahlinya yang mempunyai teknologi tersebut yaitu Jerman dan Rusia.

Sekarang kita akan membahas yang teknologi Jerman dan yang berteknologi Rusia karena PT PAL membangun CBG berbasis KS U209 buatan Jerman. Sedangkan kapal selam buatan Jerman teranyar yang mampu menembakkan rudal sub tersebut adalah KS U-212 dan U-214.

Perbandingan U-212 dan U-214

KS U-212 menggunakan “ A non magnetic hull ” ini wujud persyaratan dari Angkatan Laut (AL) Jerman yang menginginkan KS tidak bisa terdeteksi dikedalaman laut baltic yang rata rata sekitar 56 m.

Dalam situasi seperti itu, metode pertahanan yang paling penting dari sebuah kapal selam dalam menyelam dan mencoba menghilang dari deteksi sonar. Oleh karena itu, kebutuhan untuk lambung baja non-magnetik sangat diperlukan

Baja non-magnetik juga dikenal di industri sebagai “sweet steel.” Artinya bahwa itu adalah Lebih LEMBUT dari pada baja yang digunakan di Hull U-214 yang lebih keras. 

Sehingga perwujudan dalam kemampuan menyelam U-214 dapat menyelam lebih dalam dari U-212, tetapi di perairan dangkal seperti lautan Baltik U-212 akan mudah menyelinap dan kabur dari sergapan lawan sementara U-214 mungkin akan ditangkap oleh sonar.

Karena kekhususan itu U 212 tidak pernah ditawarkan ke Angkatan laut negara lain, sedangkan Italia memesan U 212 saat Jerman belum mengembangkan type U 212, dalam artian U 214 belum lahir.

Sistem yang diinstal di kedua KS tersebut bisa dubah sesuai selera dan kebutuhan angkatan laut pemesan sedangkan teknologi yang diinstal di U 212 dan U 214 aslinya berselisih waktu sekitar sepuluh tahunan. 

Tonase U-212 sekitar 1450 ton dengan kecepatan 20 knot daya jelajah 8000 NM (14,800 Km) endurance 3 minggu, dengan persenjataan 6x peluncur torpedo 533mm dan IDAS misile.

Sedangkan U-214 bertonase 1690 ton dengan panjang 65 meter,  kecepatan 20 knot, daya jelajah 12 000 miles (19.300Km) endurance 12 minggu, dengan persenjataan 8x peluncur torpedo 533m yang empat diantaranya mampu meluncurkan rudal sub harpon.

Sesuai dengan tugas yang diemban oleh Satuan kapal selam Deutsche Marine sebagai bagian tak terpisahkan dari NATO Submarine Command, adalah untuk melakukan peran operasi ASW, intelijen, dan insurjensi di perairan Laut Utara dan Laut Baltik.

Bila diterjemahkan dalam konteks yang lebih riil, Eskader Kapal Selam AL Jerman bertugas untuk memonitor pergerakan KS Rusia yang beroperasi di wilayah kedua lautan tersebut. Dalam menjalankan tugas tersebut, U212 terbukti sangat efektif dan efisien, serta memiliki fleksibilitas tinggi untuk menjalankan berbagai macam profil misi

Meskipun secara desain mampu beroperasi di kedalaman 430 m (operational depth 430m, hull-crush depth 500 m) berkat high tension HY-80 non magnetic steel, namun pada kenyataannya, berkat desain sirip belakang X serta sistem kemudi yang sangat presisi, memampukan KS ini untuk dengan rileks bermanuver di laut yang dangkal (depth < 50 m), kemampuan yang masih jarang dimiliki oleh Kapal Selam. 

Bahkan Amerika sendiri sampai harus mengeluarkan bermiliar dolar untuk mendesain KS Virginia class agar bisa bermanuver dengan baik di laut dangkal (untuk kepentingan operasi intelijen/insurjen).

Keunggulan lain Kapal selam ini berkat desain bodi “Tear Drop” sempurna (perhatikan bentuk lambung dan conning tower alias menara anjungan), serta lapisan polimer khusus pada dinding luar lambung, membuat KS ini betul betul senyap, tidak memiliki “hydrodynamic noise” atau derau hidrodinamis yang bisa ditangkap oleh sonar. 

Sudah ditest dilapangan pada Exercise Dynamic Mongoose NATO, sangat susah untuk mendeteksi KS ini dengan sonar aktif, apalagi dengan sonar pasif.

Plus, dengan propulsi AIP racikan Siemens yang sudah cukup matang secara desain, memampukan KS ini untuk beroperasi dalam “envelope” yang nyaris mirip dengan KS nuklir, tidak perlu surface dalam waktu 45 hari. Jelas, dalam konteks pertempuran ASW, ini sangat-sangat mendukung survivability Kapal selam.

Kapal selam Kilo

Kilo Yang lebih berat, besar dan panjang dari KS U-212 dan U-214 mempunyai deterrent tersendiri.

Dengan tonase 2350 Ton, panjang 74 meter kecepatan 25 knot, endurance 45 hari dengan persenjataan 6 x peluncur torpedo 533 dan mampu menembakkan club S anti ship misile.

Kilo Sebagai kapal selam yang beroperasi di lautan dalam ocean going dan berperan sebagai kapal selam anti kapal permukaan dan anti kapal selam dilengkapi dengan sonar yang kuat

Proyek 877 kapal dilengkapi dengan Rubikon MGK-400 Sonar sistem (NATO reporting name Shark Gill), yang mencakup deteksi ranjau dan menghindari dari sonar MG-519 Arfa (with NATO reporting name Mouse Roar). 

Baru pada Proyek 636 kapal dilengkapi dengan peningkatan MGK-400EM, dengan MG-519 Afra juga upgrade ke MG-519EM Sistem sonar yang ditingkatkan telah mengurangi jumlah operator yang dibutuhkan oleh berbagi konsol yang sama melalui otomatisasi.

Kapal selam buatan rusia untuk sistem persenjataan dan Fungsi dibandingkan dengan kapal selam buatan Jerman rata rata akan lebih besar dan berat. 

Hal ini dikarenakan Kapal selam buatan Rusia prinsipnya memakai lambung berganda, dan cincin penguat silinder pressure hull berada di luar, sementara KS Eropa berada di dalam, disamping itu jumlah cincinnya akan lebih banyak ketimbang kapal selam buatan eropa. Otomatis baja yang digunakan akan semakin banyak dan berat

Kilo dapat berperan sebagai satuan pemukul berat, khususnya dalam konteks peran anti kapal permukaan.  Club S itu adalah senjata penggentar, yang bila digunakan dengan tepat bisa membuat gugus tugas kapal induk pun berkeringat dingin

Kapal selam Rasa Nusantara buatan PT PAL

Dengan Kerjasama PT PAL dengan DSME Korea dalam pembuatan Kapal selam jenis Improve changbogo menjadikan PT PAL mampu merakit Kapal selam yang berdasarkan Hul U 209 Jerman.

Kapal selam ke dua yang akan dibuat oleh PT PAL akan menambahkan cita rasa nasional dispeck kapal selam tersebut: PT PAL bisa membuat kapal selam berdasarkan Jenis untu kebutuhan TNI-ALyang akan menunjang operasi Korps Hiu yaitu :Kapal selam Heavy, Kapal selam medium dan Kapal selam Light.

 

Untuk Kapal selam Heavy sementara ini perannya bisa diwakili oleh Kilo class dan Kilo Improve. Suatu saat nanti PT PAL bisa membuat KS merujuk desain Kilo dengan rudal S dan Torpedo kelas beratnya untuk satuan pemukul berat anti kapal permukaan dan Land Attack

Sebagai alternatif juga bisa membuat Kapal selam berbobot 1800 ton mengusung Teknologi U 214 dengan panjang sekitar 65 meter ber AIP dengan kemampuan meluncurkan torpedo kelas berat dan mampu meluncurkan rudal sub harpon dan dibekali IDAM

Kapal selam Medium bisa menggunakan desain U-209 dan U-212 sebagai kapal selam patroli sub combat dan Kapal selam dengan kemampuan peran operasi ASW, intelijen, dan insurjensi.

Kapal selam Light PT Pal bisa menggunakan desain KS mini 22 meter (midget) untuk operasi ASW dan Gerilya laut

 

Dengan Road map diatas PT PAL yang sudah mendapatkan suntikan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) dari pemerintah senilai US$ 250 juta atau kurang lebih Rp 2,5 triliun untuk memproduksi kapal selam di Surabaya.

Sebagai Modal awal bisa membuat jenis jenis Kapal selam yang dibutuhkan oleh Korps Hiu Kencana.Untuk mendukung Road Map diatas diharapkan PT PAL bisa membangun jaringan net working dengan galangan kapal selam Jerman TKMS yang sudah dimulai dengan PT PAL menggadeng TKMS dalam program over houle KS Cakra yang akan dilaksanakan.

Dan juga tidak kalah pentingnya memaksimalkan kerjasama perawatan Kapal selam dari Rusia yang sudah di mulai pembicaraannya pada Juli 2013 antara Dubes Rusia dan Kemenhan yang menyangkut Kerjasama Teknik Militer antara kedua negara dalam hal penyediaan material dan renovasi Kapal Selam

Dan yang Terakhir Dukungan Pemerintah yang ISTIQOMAH untuk kemadirian beralutsista, salah satu upayanya untuk dipertimbangkan yaitu:

Pemerintah bisa menetapkan kerangka pembiayaan jangka panjang untuk industri pertahanan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Untuk mengembangkan industri pertahanan dalam negeri, karena dibutuhkan kemampuan teknologi juga butuh pembiayaan yang besar.

“Segera Dimungkinkan untuk membiayai kegiatan tersebut melalui lembaga keuangan, seperti Bapindo tempo dulu”, negara-negara tetangga seperti Malaysia, India dan Thailand sudah memiliki bank seperti tersebut (Bapindo).

Ke depan, pemerintah harus memberikan dana ke lembaga keuangan yang tugasnya membiayai sektor industri. Hal itu untuk pemberian kredit jangka panjang dengan bunga yang rendah untuk industri pertahanan dan industri lainnya. 


Karena bagaimanapun Kemandirian ber alutsista adalah real Deterrent yang lebih baik daripada hanya sekedar sebagai negara yang hanya bisa beli alutsita canggih. (By Satrio)

Sumber : KLIK DISINI