Sabtu, 11 Agustus 2012

KISAH PEMBERONTAKAN Panglima GAM Ishak Daud Tewas Bersama Istri



Ishak Daud
LHOKSEUMAWE -- Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Peureulak, Aceh Timur, Ishak Daud tewas bersama istri keduanya, Rostinah, dalam baku tembak dengan pasukan Batalion Infanteri 500 Raiders di Babah Krueng, Rabu (8/9). "Ibunya, Nuriyah, memastikan yang tewas itu Ishak. Dia mengenali dari luka pada lengan kanan dan kumisnya," kata juru bicara Komando Operasi Pemulihan Keamanan TNI Letkol Asep Sapari kepada Tempo tadi malam. 

Dia menuturkan, 12 anggota TNI yang dipimpin Sersan Kepala Herlambang memergoki sekelompok anggota GAM tengah mandi di sungai wilayah itu. Kontak senjata pun terjadi selama lima menit. Hasilnya, dua anggota GAM, lelaki-perempuan, tewas, sementara enam sisanya berhasil melarikan diri.

Semula, kata Asep, anggota TNI telah mencurigai bahwa yang tewas itu adalah Ishak dan istrinya. Karena harus melakukan pengejaran, kedua mayat itu dititipkan ke penduduk setempat. Baru pada pukul 15.30 kemarin, ibunya dan dua tahanan GAM diminta untuk mengkonfirmasi kedua mayat tersebut. "Mereka membenarkan, bahwa itu Ishak Daud dan istrinya," kata Asep.

Dari pertempuran lanjutan, total pasukan GAM yang tewas mencapai 13 orang. Juga, disita antara lain 230 butir amunisi kaliber 7,6 mm, 3 magasin, 6 AK-47, teropong, 23 tenda plastik, dan 2 bendera GAM. "Kami sangat kehilangan. Dia adalah sumber inspirasi kami, tapi kami akan melanjutkan perjuangannya," kata Kafrawi.

Kabar tewasnya Ishak memang semula datang dari pasukan TNI. Mereka sudah sejak 5 September melakukan pengepungan di Desa Alue Dua. Pengepungan dilakukan karena mereka mendeteksi keberadaan salah seorang yang paling dicari TNI itu. Pada Rabu (8/9) siang, muncul kabar pasukan TNI berhasil menewaskan setidaknya empat orang yang diduga anggota GAM. Namun, kabar soal tewasnya Ishak masih simpang-siur.

Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Endang Suwarya kemarin mengunjungi markas Kotis Satgaspur I Desa Alue Bate, Kecamatan Peureulak Timur, Aceh Timur. Namun, hingga siang hari, dia belum dapat memastikan Ishak telah tewas karena belum ditemukan bukti konkret. Dia hanya memastikan pengepungan terhadap markas GAM pimpinan Ishak Daud terus dilakukan sampai GAM benar-benar terjepit.

Ishak lahir di Desa Blang Geulumpang Idi Rayeuk, Aceh Timur, 1960. Debutnya mulai terdengar pada Maret 1990. Saat itu, ia nekat menyerang pos ABRI Masuk Desa di Buloh Blang Ara, Aceh Utara. Dia merebut 21 pucuk senjata berikut 4.000 butir peluru, serta terlibat baku tembak dengan tentara yang menewaskan dua anggota ABRI dan seorang siswa SMP. Peristiwa itu mengharuskannya mendekam di sel Diborongborong, Tapanuli Utara, selama 20 tahun. Namun, amnesti dari Presiden B.J. Habibie membebaskan suami dari Siti Zubaidah dan Cut Rostinah ini pada 1999.

Kebebasan sempat membawa langkahnya ke Ibu Kota pada tahun berikutnya, meski tak lama. Di awal 2001, Ishak sudah bergerilya kembali di pelosok Aceh Timur. Pembawaannya yang ramah membuat dia dekat dengan kalangan pers. Dengan telepon satelit di genggamannya, dia mudah dihubungi wartawan kapan saja.

Lelaki tampan tamatan sekolah menengah pertama itu lihai merancang strategi perang. Maklum, dia sempat tiga tahun mengikuti pendidikan militer di Libya. Di sebuah kamp pelatihan di sana, ia belajar bergerilya dan perang dalam berbagai medan.

Ishak juga dikenal gemar menyandera warga sipil. Mereka yang diculik kerap dituduhnya sebagai cuak alias mata-mata TNI. Anggota DPRD Aceh Timur Ghazali dan atlet Aceh Singkil pernah diculiknya. Dari kalangan wartawan, tiga teknisi Televisi Republik Indonesia Banda Aceh pernah diculiknya. Juga, almarhum wartawan RCTI Ersa Siregar dan juru kamera Ferry Santoro. Ersa tewas pada 29 Desember 2003; Ferry dibebaskan pada Mei lalu.

Gubernur Aceh Abdullah Puteh dan Bupati Aceh Timur Azman Usmanuddin pernah berjanji akan menghadiahkan Rp 150 juta kepada siapa pun yang dapat menangkap Ishak, hidup atau mati. "Ah, kalau soal itu kami tak memikirkannya. Kami cukup bangga kerja keras prajurit membuahkan hasil," kata Asep.(sudrajat/imran ma/afp/sri wahyuni-pdat)



[sumber infoanda]
 Tembak Mati Ishak Daud, 14 Anggota TNI Naik Pangkat

BANDA ACEH - 14 prajurit TNI yang menembak mati Panglima Operasi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah Peureulak Ishak Daud akan mendapat kenaikan pangkat luar biasa sebanyak satu tingkat. Ke-14 prajurit itu masing-masing, 12 orang berasal dari pasukan Yonif Raider 500 dan dua anggota Kopassus.

"Mereka naik pangkat satu tingkat dari pangkat sebelumnya," kata Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Endang Suwarya usai acara pemulangan pasukan Yonif 527 di Pelabuhan Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar, Rabu (22/9/2004).

Rencananya, Endang sendiri yang akan melakukan penyematan kenaikan pangkat pada Kamis mendatang, mewakili Panglima TNI, Jenderal Endriartono Sutarto, yang berhalangan hadir.

Meski salah satu pentolan GAM sudah tewas, diakui Endang, TNI masih punya banyak pekerjaan rumah. Pasalnya, masih banyak pentolan GAM lainnya yang sampai saat ini belum berhasil dilumpuhkan seperti Panglima Tertinggi GAM Muzakkir Manaf, Panglima GAM wilayah Jeunib Darwis Jeunib, Panglima GAM wilayah Pasee Sofyan Dawood, Abrar Muda Panglima GAM Wilayah Aceh Selatan dan sejumlah nama lainnya.

"Jika semua komponen dapat bekerja sama, dalam satu tahun kedepan situasi Aceh dapat segera pulih," katanya. Peristiwa yang menewaskan Ishak Daud, terjadi Rabu (8/9/2004) lalu, di Desa Babah Krueng, Kecamatan Peureulak Timur, Aceh Timur. Selain Ishak, istrinya Cut Rostina dan 11 orang anak buahnya juga tewas.

Ishak adalah salah seorang tokoh GAM yang paling ditakuti di wilayah timur Aceh. Pasalnya, pria yang kerap keluar masuk penjara ini, suka menculik warga sipil tanpa alasan yang jelas. Termasuk reporter dan juru kamera RCTI, Ersa Siregar dan Ferry Santoro. Ersa akhirnya tewas dalam penyanderaan tersebut karena baku tembak yang terjadi antara GAM dan TNI.

Yonif 527/BY Pulang ke Kesatuannya Sementara itu, 647 personel Batalyon Infanteri 527/Baladibya Yudha, Kodam V Brawijaya, dipulangkan ke kesatuannya, Rabu (22/9/2004).

Mereka pulang melalui Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya, Aceh Besar. Tiga orang tewas selama bertugas di Aceh, dari pasukan ini. Ketika diberangkatkan, mereka berjumlah 650 personel. Selama bertugas di Aceh, pasukan ini telah menembak mati 240 anggota GAM dan menyita 34 pucuk senjata berbagai jenis.(ton/)

[sumber Nur Raihan - detikNews, Rabu, 22/09/2004]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar