Jihad-Defence-Indonesia - JAKARTA : Indonesia akan meningkatkan kerjasama
pertahanannya dengan Rusia menyusul penyadapan yang dilakukan oleh Amerika Serikat
dan Australia terhadap para pejabat tinggi RI. Kesepakatan awal soal peningkatan
kemitraan Rusia-Indonesia dicapai di tingkat parlemen kedua negara dalam kunjungan pimpinan
parlemen Rusia ke DPR RI, Jakarta, 21 November 2013.
Selain bertemu dengan pimpinan parlemen Rusia, pimpinan DPR juga menggelar pertemuan
dengan Duta Besar Rusia untuk RI selama hampir 4 jam. Dalam pertemuan yang cukup
lama itu, kedua belah pihak membahas berbagai isu aktual, termasuk penyadapan terhadap
Indonesia yang kini menimbulkan ketegangan diplomatik antara Jakarta dan Canberra.
Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso menyatakan, salah satu kerjasama yang bakal
ditingkatkan RI dan Rusia adalah dalam teknologi sadap dan atisadap. “Saya gembira Rusia
mendukung Indonesia. Kami sudah berbicara langsung (soal peningkatan kemitraan),” kata
Priyo di Gedung DPR RI.
DPR mengingatkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang menjadi target
penyadapan Australia, untuk tidak terlena dengan kerjasama dengan pemerintah AS.
“Indonesia juga harus meningkatkan kerjasama dengan negara lain, termasuk Rusia,” kata
Priyo.
Sementara itu, Rusia menyatakan simpatinya pada Indonesia dalam menghadapi isu
spionase oleh Australia dan AS. “Kami sering mendengar Amerika mengatakan kita harus
menghormati hak asasi manusia dan hubungan antarnegara. Tapi tiba-tiba mereka sendiri
melakukan hal yang bertentangan dengan ajaran mereka. Itu sungguh mengecewakan,” kata
Wakil Ketua Parlemen Rusia Nikolai Levichev.
Kedatangan parlemen Rusia ke DPR ini berbarengan dengan rencana Komisi I DPR terbang
ke Rusia untuk menemui Edward Snowden. Komisi I yang membidangi pertahanan
keamanan, intelijen, luar negeri, dan komunikasi informatika itu hendak mengorek
informasi lebih dalam dari Snowden mengenai berbagai aksi spionase terhadap Indonesia.
Snowden diyakini memegang lebih banyak dokumen rahasia daripada yang telah ia
ungkapkan.
Sumber : KLIK DISINI
Jumat, 22 November 2013
BEGINI CARA AUSTRALIA SADAP HANDPHONE PETINGGI RI?
Sepekan terakhir, Indonesia digemparkan berita penyadapan saluran telepon seluler sejumlah petinggi RI oleh intelijen Australia pada tahun 2009. Kabar itu menyebar sejak media massa internasional menulis rahasia yang dibocorkan Edward Snowden.
Ilustrasi karikatur penyadapan terhadap Presiden SBY oleh editor Herald Sun, Mark Knight | heraldsun.com.au/Mark Knight |
Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta : Ini tentu bukan aksi intelijen sembarangan. Dari data tersebut, diketahui intelijen Australia berhasil menyadap telepon seluler Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta istri, Wapres Boediono, mantan Wapres Jusuf Kalla, Jubir Presiden Dino Patti Djalal, Andi Malaranggeng, Sekretaris Negara Hatta Rajasa, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menko Polkam Widodo Adi Sucipto, dan Menteri BUMN Sofyan Djalil.
Tak pelak, hubungan diplomatik Indonesia-Australia yang tadinya hangat kini menjadi panas. Tak hanya memanggil pulang Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, dari Canberra, Presiden SBY juga meminta penjelasan dan permohonan maaf dari pemerintah Australia.
Tapi, alih-alih meminta maaf, Perdana Menteri Australia Tony Abbott malah mendukung apa pun yang sudah dilakukan pemerintahan sebelumnya, dan saat ini terus mengumpulkan informasi demi kepentingan nasional Australia. Bukannya reda, hubungan antara kedua negara malah tambah renggang.
Bagaimana modus intelijen Australia memata-matai aktivitas para petinggi RI masih menjadi teka-teki sampai detik ini. Faktanya, berdasarkan dokumen yang dibocorkan Snowden, aksi intelijen Negeri Kanguru itu dilakukan pada tahun 2009 dengan menyadap telepon seluler. Namun, tidak dijelaskan dengan teknologi apa, bagaimana caranya, atau bekerja sama dengan pihak mana. Semuanya masih misterius.
Skema penyadapan
Dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini, penyadapan bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan peranti lunak maupun peranti keras. Menurut Nonot Harsono, Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), penyadapan ponsel bisa dilakukan hanya dengan me-remote.
Salah satu skema konvensional penyadapan ponsel adalah dengan menaruh BTS kamuflase di sekitar ponsel korban. "Misalnya, menggunakan BTS palsu dalam bentuk koper atau dalam bentuk yang tidak terduga. Biasanya digunakan aparat hukum untuk memburu target operandinya," kata Nonot pada VIVAnews, dua hari lalu.
Jika BTS kamuflase itu menyala, cara kerjanya sederhana. Dia menjelaskan, ponsel yang mengirimkan gelombang radio menuju BTS di sekitarnya. Dan, BTS palsu juga akan menangkap gelombang radio tersebut tanpa sepengetahuan pengguna, kemudian menerima informasi percakapan di ponsel.
Skema lain, melalui alat sadap yang dipasang oleh operator telekomunikasi. Tiap-tiap operator seluler, tutur Nonot, mempunyai alat penyadapan atau alat perekam yang dipasangkan di dalam jaringannya. "Ini demi penegakan hukum. Tapi, mereka hanya diperbolehkan membukanya apabila diminta oleh penegak hukum," terangnya.
Berbicara skema yang lebih canggih, penyadapan bisa dilakukan hanya dengan menggunakan peranti lunak. Menurutnya, praktik penyadapan oleh intelijen asing tentu sangat rapi dan rahasia, banyak yang tidak menyadarinya. Pelaku aksi intelijen bisa menyusup dengan menyewa bandwidth ke operator tertentu dengan berpura-pura menjadi penyelenggara jasa Internet (Internet Service Provider/ISP) kemudian membuka jaringan virtual ke pusat intelijen.
Namun, Nonot enggan menduga-duga skenario mana yang ditempuh oleh intelijen Australia untuk menyadap saluran telepon seluler milik para petinggi RI.
Alat sadap Densus 88?
Beda halnya dengan Nonot yang mengulik isu penyadapan dari perspektif teknologi informasi, Indonesia Police Watch (IPW) mencurigai alat penyadapan oleh Australia melalui alat-alat bantu sadap bantuan dari pemerintah Australia yang diberikan pada Datasemen Khusus (Densus) 88.
IPW mendesak Polri segera mengevaluasi berbagai peralatan, khususnya alat-alat sadap bantuan dari Negeri Kanguru itu. "Sebab, bukan mustahil lewat bantuan alat sadap buat Densus 88 antiteror ini, intelijen Australia menyadap komunikasi pejabat Indonesia," kata Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, Rabu 20 November 2013.
"Jika terbukti penyadapan lewat alat sadap bantuan itu, berarti sudah waktunya semua alat tersebut diblokir, dinonaktifkan dan tidak perlu difungsikan lagi," jelasnya.
Kalaupun tidak terbukti, pemerintah diimbaunya agar tetap waspada. Kenapa intelijen Australia dan negara asing lainnya terlalu mudah menyadap para pejabat Indonesia.
Sementara itu, pada kesempatan berbeda, Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Moeldoko mengatakan, pihaknya akan memperkuat sistem enkripsi negara guna mengantisipasi penyadapan negara asing, khususnya Australia dan Amerika Serikat.
Pria yang sebelumnya menjabat Kepala Staf TNI AD itu mengaku akan mengembangkan enkripsi bersama Lembaga Sandi Negara supaya para petinggi negara tidak gampang disadap oleh pihak asing. "Untuk kontrainformasi, kami tengah mengembangkan enkripsi yang akan kita buat sendiri," terang Moeldoko pada wartawan di Markas Komando Badan Intelijen Strategis, Jakarta.
Kemarin pagi, Moeldoko telah memberikan arahan kepada para intelijen TNI AD, AL, AU beserta atase-atase pertahanan Indonesia guna mengantisipasi penyadapan dari pihak asing. "Kita beranalogi dengan negara-negara lain. Penyadapan tidak hanya kepada Indonesia, tetapi juga terjadi kepada negara-negara lain. Penyadapan itu syarat teknologi. Kita harus siap," ucapnya.
Kemungkinan BTS palsu
Spekulasi pun muncul. Operator telekomunikasi dituding memfasilitasi intelijen Australia untuk menyadap ponsel Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri di era 2009. Sebagaimana dilaporkan laman The Guardian dan Sydney Morning Herald, ada empat operator telekomunikasi yang disebutkan di dalam dokumen penyadapan, yaitu Telkomsel, XL, Indosat, dan Hutchison (3).
Namun, spekulasi ini langsung buru-buru dibantah. "Nggak benar. Urusan penyadapan kami patuh pada hukum. Kami ikuti arahan penegak hukum, karena mereka yang berhak," bantah Ivan Cahya Permana, VP Technology and System Telkomsel, saat dikonfirmasi VIVAnews, Selasa 19 November 2013.
Dia menjelaskan, secara teknis, Telkomsel dan operator telekomunikasi pada umumnya mempunyai standar keamanan jaringan sesuai persyaratan internasional.
Namun demikian, Ivan mengakui, masih ada masalah dengan kepemilikan alat penyadapan, yaitu perangkat ini bisa dimiliki oleh kalangan di luar penegak hukum.
"Problemnya, tak ada aturan yang mengatakan perangkat itu hanya boleh dimiliki penegak hukum saja. Jadi, kalau Anda punya uang cukup, Anda bisa beli perangkat itu. Harganya 50 miliar rupiah. Memang mahal, makanya terbatas. Kepolisian pun nggak punya banyak," jelas Ivan Permana.
Namun, untuk kasus penyadapan Presiden RI dan sejumlah menteri, Ivan enggan menuding intelijen Australia telah membeli perangkat tersebut. Karena, kemungkinannya masih cukup luas. Menurut Ivan, intelijen Australia dapat memanfaatkan BTS palsu untuk menyadap informasi dari ponsel.
"Alat sadap itu dapat menyaru jadi BTS milik operator, karena itu dipercaya oleh ponselnya, nah ponsel meresponsnya ke alat itu," jelas Ivan.
Senada dengan Telkomsel, Indra Utoyo, Direktur Inovasi dan Strategi Portofolio Telkom yakin tidak ada operator telekomunikasi di Indonesia yang terlibat dalam upaya penyadapan yang membuat hubungan Indonesia-Australia makin panas.
"Untuk penyadapan, kami sudah ikut aturan yang ditetapkan pemerintah. Mungkin mereka (Australia) mempunyai hal yang melampaui aturan kita. Ini di luar domain kami," ujar Indra, saat dijumpai VIVAnews di Jakarta, Rabu 20 November 2013.
"Ini menjadi pembelajaran untuk semua pihak ke depan untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan di era digital bahwa keamanan dan privasi itu sangat penting," ujar dia.
Penyadapan = ilegal
Menanggapi isu penyadapan ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pun turut bicara. Sejauh ini, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kominfo Gatot S Dewa Broto mengatakan penyadapan itu belum terbukti dilakukan lewat kerja sama dengan penyelenggara telekomunikasi di Indonesia.
"Jika terbukti ada yang main mata di kemudian hari, maka penyeleggara telekomunikasi yang bersangkutan dapat dikenai pidana yang diatur dalam UU Tekomunikasi dan UU ITE," kata dia.
Gatot memaparkan, penyadapan bertentangan dengan UU No 36/1999 tentang Telekomunikasi dan UU No 11/2008 tentang ITE. "Pada pasal 40 dalam UU Telekomunikasi, setiap orang secara tegas dilarang melakukan kegiatan penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk apapun," paparnya.
Menurutnya, Kominfo tidak pernah memberikan sertifikasi perangkat sadap terkecuali yang digunakan oleh lembaga penegak hukum yang disebutkan pada Pasal 40 UU Telekomunikasi dan Pasal 31 UU ITE.
"Kami tidak pernah mengeluarkan sertifikat untuk perangkat anti sadap. Karena itu ilegal," ujar Gatot.
Sumber : KLIK DISINI
PESAWAT LATIH YAKOVLEV YAK-130 PRESENTASIAN DI KEMENTERIAN PERTAHANAN RI
Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta : Kepala Badan Sarana Pertahanan (Ka Baranahan) Kementerian Pertahanan Laksda TNI Ir. Rachmad Lubis membuka presentasi produk pertahanan “YAK-130” yang dibuat oleh Rusia. (20-11-2013) di gedung D.I Panjaitan Perkantoran Kemhan Jakarta, yang disampaikan oleh Mr. Oleg Demchenko beserta anggota delegasi Irkut Corporation, Rusia.
Dalam sambutannya Ka Baranahan mengatakan ucapan “Selamat Datang” kepada Mr. Oleg Demchenko beserta anggota delegasi Irkut Corporation, Rusia, demikian juga kepada seluruh undangan, semoga paparan ini dapat berjalan dengan lancar dan bermanfaat bagi kedua negara dalam meningkatkan kerjasama bidang pertahanan di masa-masa mendatang.
Lebih lanjut mengatakan, sebagai salah satu perusahaan pembuat Alutsista, Irkut Corporation sangat tertarik untuk memperkenalkan produk pertahanannya kepada RI dengan harapan agar TNI dapat menggunakan produk Alutsistanya. Dalam kaitan itulah maka pada hari ini kita akan menyaksikan paparan tentang produk pertahanan “YAK-130” yang dibuat oleh Rusia. Sehingga kita mendapatkan gambaran tentang produk Alutsista dari Rusia sebagai bahan masukan bagi kerjasama yang akan datang dalam bidang sarana pertahanan untuk melengkapi kebutuhan TNI. Acara ini dihadiri dari Asops, Aslog dan Asrenum Panglima TNI dan Pejabat di jajaran Kemhan atau yang mewakili.
Sumber : KLIK DISINI
CERITA DIBALIK KEDATANGAN ARMADA NAZI KE JAWA
Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta : Tim penyelam dari Pusat Purbakala Nasional menemukan bangkai kapal selam U-boat Nazi Jerman di perairan utara Karimun Jawa. Jika benar itu adalah bangkai U-Boat seri U-168 sesuai pernyataan Ketua Tim Peneliti dari Pusat Purbakala Nasional Bambang Budi Utomo, itu adalah kapal selam yang kandas ditorpedo saat patroli keempatnya.
Dari data situs U-Boat Nazi Jerman, seri U-168 keluar dari galangan pada 15 Maret 1941 di Bremen. Setelah itu, U-Boat tersebut berpatroli di perairan Eropa sebelum dikirim ke Samudera Hindia. Nahas, U-Boat tersebut karam ditorpedo kapal selam Belanda HrMs Zwaardvisch.
Selama berpatroli, U-Boat U-168 total mengandaskan tiga kapal musuh dengan bobot gabungan 8.008 ton dan merusak satu kapal musuh berbobot 9.804 ton. Berikut ini 4 cerita dibalik kedatangan armada Nazi ke Jawa:
1. Mendukung invasi tentara Jepang
Jerman memang bersekutu dengan Jepang dalam perang dunia ke dua. Pada 14 Desember 1941 pasukan Jepang mendarat di Borneo, kemudian pada Februari 1942 mereka kembali mendarat di Sumatra Barat. Jepang membebaskan orang-orang Jerman yang menjadi tahanan Belanda di Indonesia, dan balik menahan orang Belanda di Sumatera dan Jawa.
Sebelum perang dunia kedua, tepatnya selepas perang dunia pertama, orang-orang Jerman memang banyak yang tinggal di Sumatera dan Jawa. Namun pada perang dunia kedua, tentara Belanda di Indonesia menangkapi orang-orang Jerman karena posisi dua negara saling berhadapan.
Kondisi orang-orang Jerman itu membaik ketika Jepang berhasil mengusir Belanda dari Indonesia. Masa pendudukan Jepang terjadi pada 1942-1945. Selama itu, armada Nazi Jerman juga ikut mendukung kekuatan tempur Jepang, termasuk armada kapal selam.
Pada waktu itu, ada kapal selam Jerman lolos dari blokade sekutu. Kapal selam itu berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok Surabaya, hendak memasok barang-barang kebutuhan kepada tentaranya.
2. Mengimpor barang kebutuhan tentara Jepang
Pada bulan Mei 1943, Angkatan Laut Jerman mendapat persetujuan dari Angkatan Laut Jepang di Penang, Singapura, Jakarta, dan Surabaya untuk mengimpor bahan baku menggunakan kapal-kapal selam, yaitu; impor karet, timah, molybdan, wolfram, lemak, kinine, dan madat.
Bahan-bahan kebutuhan lain adalah: yodium, agar-agar, dan bahan penting untuk warna cat penerbangan. Bahan-bahan seberat 150 ton diangkut menggunakan kapal selam dalam sekali pelayaran hingga membuat kapal menjadi sempit.
3. Perang melawan Inggris dan Belanda
Patroli kedua kapal U-Boat seri U-168 menuju wilayah Samudera Hindia mampu mengandaskan kapal Inggris SS Haiching sekitar 130 km barat daya Mumbai (India) pada 2 Oktober 1943. Patroli kedua berakhir di Penang, Malaysia pada 11 November.
Di tahun yang sama, 1943 dan 1944 sebanyak 42 kapal selam Jerman telah dikirim ke Asia Tenggara, di antaranya kapal selam U-168. Hanya 13 kapal yang tidak dikirim. Tapi dari seluruh kapal selam yang dikirim itu, hanya 11 yang sampai ke Jakarta, sementara 5 kapal selam lagi karam.
Pada 5 Oktober 1944, U-168 di bawah Kapten Letnan Pich berlayar dari Jakarta ke Surabaya, tapi dalam perjalanannya, kapal selam itu ditorpedo oleh kapal selam Belanda "ZWAARDFIS"
4. Memutus jalur logistik sekutu dari Asia Tenggara
Arkeolog dan penyelam yang menemukan bangkai U-Boat, Shinatria Adhityatama (25), mengatakan U-Boat bertugas untuk menghancurkan garis suplai sekutu dari Asia Tenggara. Termasuk jalur logistik Inggris dari India.
"Mereka juga bekerja sama dengan Jepang sebagai sekutu. Jerman membantu mengamankan perairan Pasifik yang dikuasai Jepang," ujarnya.
Selain Jerman dan Jepang juga berbagi teknologi militer. Mereka juga diduga berbagi pangkalan kapal selam. Saat Perang Dunia, diketahui ada pangkalan U-Boat di Pulau Penang, Batavia dan Surabaya.
"Jadi mereka melakukan operasi gabungan di Indonesia. Di perairan inilah satu-satunya ada operasi gabungan angkatan laut Jerman dan Jepang," tutur Shinatria.
Sumber : KLIK DISINI
Dari data situs U-Boat Nazi Jerman, seri U-168 keluar dari galangan pada 15 Maret 1941 di Bremen. Setelah itu, U-Boat tersebut berpatroli di perairan Eropa sebelum dikirim ke Samudera Hindia. Nahas, U-Boat tersebut karam ditorpedo kapal selam Belanda HrMs Zwaardvisch.
Selama berpatroli, U-Boat U-168 total mengandaskan tiga kapal musuh dengan bobot gabungan 8.008 ton dan merusak satu kapal musuh berbobot 9.804 ton. Berikut ini 4 cerita dibalik kedatangan armada Nazi ke Jawa:
1. Mendukung invasi tentara Jepang
Jerman memang bersekutu dengan Jepang dalam perang dunia ke dua. Pada 14 Desember 1941 pasukan Jepang mendarat di Borneo, kemudian pada Februari 1942 mereka kembali mendarat di Sumatra Barat. Jepang membebaskan orang-orang Jerman yang menjadi tahanan Belanda di Indonesia, dan balik menahan orang Belanda di Sumatera dan Jawa.
Sebelum perang dunia kedua, tepatnya selepas perang dunia pertama, orang-orang Jerman memang banyak yang tinggal di Sumatera dan Jawa. Namun pada perang dunia kedua, tentara Belanda di Indonesia menangkapi orang-orang Jerman karena posisi dua negara saling berhadapan.
Kondisi orang-orang Jerman itu membaik ketika Jepang berhasil mengusir Belanda dari Indonesia. Masa pendudukan Jepang terjadi pada 1942-1945. Selama itu, armada Nazi Jerman juga ikut mendukung kekuatan tempur Jepang, termasuk armada kapal selam.
Pada waktu itu, ada kapal selam Jerman lolos dari blokade sekutu. Kapal selam itu berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok Surabaya, hendak memasok barang-barang kebutuhan kepada tentaranya.
2. Mengimpor barang kebutuhan tentara Jepang
Pada bulan Mei 1943, Angkatan Laut Jerman mendapat persetujuan dari Angkatan Laut Jepang di Penang, Singapura, Jakarta, dan Surabaya untuk mengimpor bahan baku menggunakan kapal-kapal selam, yaitu; impor karet, timah, molybdan, wolfram, lemak, kinine, dan madat.
Bahan-bahan kebutuhan lain adalah: yodium, agar-agar, dan bahan penting untuk warna cat penerbangan. Bahan-bahan seberat 150 ton diangkut menggunakan kapal selam dalam sekali pelayaran hingga membuat kapal menjadi sempit.
3. Perang melawan Inggris dan Belanda
Patroli kedua kapal U-Boat seri U-168 menuju wilayah Samudera Hindia mampu mengandaskan kapal Inggris SS Haiching sekitar 130 km barat daya Mumbai (India) pada 2 Oktober 1943. Patroli kedua berakhir di Penang, Malaysia pada 11 November.
Di tahun yang sama, 1943 dan 1944 sebanyak 42 kapal selam Jerman telah dikirim ke Asia Tenggara, di antaranya kapal selam U-168. Hanya 13 kapal yang tidak dikirim. Tapi dari seluruh kapal selam yang dikirim itu, hanya 11 yang sampai ke Jakarta, sementara 5 kapal selam lagi karam.
Pada 5 Oktober 1944, U-168 di bawah Kapten Letnan Pich berlayar dari Jakarta ke Surabaya, tapi dalam perjalanannya, kapal selam itu ditorpedo oleh kapal selam Belanda "ZWAARDFIS"
4. Memutus jalur logistik sekutu dari Asia Tenggara
Arkeolog dan penyelam yang menemukan bangkai U-Boat, Shinatria Adhityatama (25), mengatakan U-Boat bertugas untuk menghancurkan garis suplai sekutu dari Asia Tenggara. Termasuk jalur logistik Inggris dari India.
"Mereka juga bekerja sama dengan Jepang sebagai sekutu. Jerman membantu mengamankan perairan Pasifik yang dikuasai Jepang," ujarnya.
Selain Jerman dan Jepang juga berbagi teknologi militer. Mereka juga diduga berbagi pangkalan kapal selam. Saat Perang Dunia, diketahui ada pangkalan U-Boat di Pulau Penang, Batavia dan Surabaya.
"Jadi mereka melakukan operasi gabungan di Indonesia. Di perairan inilah satu-satunya ada operasi gabungan angkatan laut Jerman dan Jepang," tutur Shinatria.
Sumber : KLIK DISINI
KRI MALAHAYATI-362 SIAGA DI PERBATASAN SELATAN INDONESIA
Jihad-Defence-Indonesia - NTT : Memanasnya isu penyadapan yang dilakukan Australia terhadap pejabat negara Indonesia, sampai saat ini belum berdampak besar terhadap pelaksanaan tugas pokok KRI Malahayati-362. Sempat jauh dari pemberitaan, KRI Malahayati-362 kembali terlihat saat melaksanakan bekal ulang di salah satu kota di Nusa Tenggara Timur. Keberadaannya kali ini dalam rangka operasi Taring Hiu-13 di bawah komando Gugus Keamanan Laut Koarmatim.
Dalam pelaksanaan patroli laut nya di wilayah-wilayah paling selatan Indonesia sepanjang Samudera Hindia yang berbatasan langsung dengan negara Australia, KRI Malahayati-362 senantiasa siaga dengan segala bentuk ancaman maupun pelanggaran yang akan terjadi. Selain pelanggaran pidana pelayaran, illegal logging dan illegal fishing yang rawan terjadi, KRI Malahayati-362 terus mengawasi beberapa tempat yang ditengarai sebagai hotspot para pencari suaka domestik.
“Sampai saat ini belum ada perintah langsung dari komando atas untuk meningkatkan derajat kesiagaan tempur, kita masih konsisten melaksanakan patroli laut di sektor operasi. Namun jika sewaktu-waktu diperlukan seluruh prajurit KRI Malahayati-362 selalu siap menjadi martir di garda terdepan”. Kata Komandan KRI Malahayati Letkol Laut (P) Moch. Irchamni.
KRI Malahayati-362 (corvette class), kapal perang dengan kemampuan anti udara, anti permukaan dan anti kapal selam dengan tingkat endurance tinggi sepanjang tahun 2013, termonitor teguh menjaga kedaulatan NKRI. Setelah mengikuti pelaksanaan Latgab TNI 2013 dan menjaga perbatasan utara NKRI di perairan Karang Unarang dalam operasi Tameng Hiu-13, akhir tahun 2013 ditutup dengan setia menjaga perbatasan selatan wilayah laut NKRI.
Sumber : KLIK DISINI
Kamis, 21 November 2013
NEGOSIASI PEMBELIAN KAPAL SELAM RUSIA OLEH RI TARGET PENYADAPAN?
Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta : Ketegangan diplomatik masih menyelimuti Jakarta-Canberra menyusul terungkapnya aksi penyadapan Australia terhadap Presiden Republik Indonesia (RI) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan sejumlah pejabatnya. Dalam salah satu dokumen yang dibocorkan Edward Snowden, Badan Intelijen Australia (DSD) menyadap SBY pada Agustus 2009.
"Agustus 2009 ketika SBY disadap, adalah saat krusial dalam negosiasi.
Apa sebenarnya yang diincar Australia pada periode Agustus 2009 itu? Mantan Duta Besar RI untuk Rusia, Hamid Awaluddin, menduga rencana RI membeli kapal selam Rusia ikut menjadi target penyadapan. Pasalnya, tarik-ulur atau negosiasi seputar jadi-tidaknya Indonesia membeli kapal selam Rusia terjadi pada Agustus 2009.
“Teknologi kapal selam yang saat itu hendak dibeli Indonesia dari Rusia sungguh dahsyat. RI berencana membeli dua kapal selam. Kalau jadi, (Australia) tentu takut sama kita,” kata Hamid kepada VIVAnews, Jumat 22 November 2013.
Sejumlah pejabat RI yang ketika itu disadap oleh Australia, diyakini Hamid ada kaitannya dengan rencana pembelian kapal selam Rusia itu. “Sofyan Djalil saat itu Menteri Negara BUMN, Sri Mulyani Indrawati saat itu Menteri Koordinator Perekonomian. Mereka terkait dengan aspek ekonomi negosiasi itu (kapal selam), yakni pembiayaan. Ada anggarannya atau tidak,” kata Hamid.
Penyadapan terhadap Sofyan Djalil juga terkait dengan dana BUMN untuk membangun dermaga kapal selam tersebut. Sementara Dino Patti Djalal yang juga disadap ketika itu merupakan Juru Bicara Presiden Bidang Luar Negeri. Komunikasi-komunikasi dari pihak asing sangat mungkin masuk melalui Dino.
Pada akhirnya, kata Hamid, Indonesia batal membeli kapal selam Rusia karena alasan keterbatasan biaya. RI akhirnya lebih memilih membeli kapal selam Korea Selatan.
Untuk diketahui, Rusia pada tahun 2012 memiliki 60 kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi canggih. Meskipun pembelian kapal selam dari Rusia batal dilakukan pada tahun 2009 itu, kini Rusia kembali menawarkan 10 unit kapal selamnya kepada Indonesia.
“Ada tawaran kapal selam dari Rusia. Mereka membuka kesempatan karena kedekatan Indonesia dengan Rusia,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, 17 Agustus 2013.
Jakarta-Moskow tingkatkan kerjasama
Dalam kunjungannya ke parlemen Indonesia Kamis kemarin, 21 November 2013, parlemen Rusia menyepakati peningkatan kerjasama dengan Indonesia, termasuk dalam teknologi sadap dan antisadap.
Selain bertemu pimpinan parlemen Rusia, DPR juga melakukan pertemuan selama hampir 4 jam dengan Duta Besar Rusia untuk RI. “Saya gembira Rusia mendukung Indonesia. Kami sudah berbicara langsung (soal peningkatan kemitraan),” kata Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso.
DPR mengingatkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang menjadi target penyadapan Australia, untuk tidak terlena dengan kerjasama dengan pemerintah AS. “Indonesia juga harus meningkatkan kerjasama dengan negara lain, termasuk Rusia,” kata Priyo.
Sumber : KLIK DISINI
Langganan:
Postingan (Atom)