Beberapa waktu belakangan, energi kita seolah tercurah pada pembahasan seputar polemik pengadaan tank Leopard untuk memperkuat kavaleri TNI AD. Meski mulai ada titik terang akan kedatangan tank tersebut, tapi kontroversi terus saja berjalan, tapi sayangnya justru oknum beberapa anggota parlemen malah meminggirkan esensi dari kebutuhan alutsista RI. Ya, dengan dalih demokrasi dan transparansi, pengadaan alutsista cenderung tersendat, salah satunya akibat birokrasi dan politik yang diciptakan tidak efektif dan efisien.
Nah, sembari menunggu kedatangan Leopard yang belum jelas kapan waktunya, dalam waktu dekat ini TNI akan kedatangan alutsista baru, yang ini statusnya sudah pasti, meski sebelumnya sempat juga ’digoyang’ Komisi I DPR. Alutsista tersebut adalah pesawat tempur propeller EMB-314 Super Tucano buatan Embraer- Brazil. Super Tucano sudah dipesan sejak tahun 2010, dan kabarnya gelombang kedatangan Super Tucano ke Tanah Air akan tiba pada 29 Agustus 2012. TNI AU mendapat jatah 16 unit Super Tucano yang akan menjadi arsenal Skadron Udara 21, dimana sebelumnya Skadron tersebut menjadi sarang pesawat OV-10F Bronco (lihat artikel OV-10F Bronco) yang kini telah di grounded karena usianya yang tua.
Berdasarkan klasifikasinya, Super Tucano akan digunakan TNI AU sebagai armada TT (Tempur Taktis), gelar pesawat ini pun akan langsung ditempatkan pada titik hot spot, yakni ditempatkan pada Lanud Tarakan – Kalimantan Timur, untuk tujuan misi pengamanan dan intai pada wilayah perbatasan Indonesia – Malaysia. EMB-314 Super Tucano terdiri dari dua versi, tipe A-29 ALX (kursi tunggal) dan AT-29B (kursi ganda). Khusus versi kursi ganda juga dapat digunakan sebagai elemen pesawat latih lanjut. Belum diketahui, seperti apa komposisi dari Super Tucano yang akan didatangkan TNI AU, namun dipasaran versi AT-29B jauh lebih populer digunakan.
Super Tucano terbilang pesawat yang battle proven, seperti AU Kolombia telah menggunakan pesawat ini untuk menumpas geriyawan FARC, ditambah lagi aksi Super Tucano yang juga telah digunakan dalam aksi serang darat di Irak dan Afganistan. Untuk misi terakhir, Super Tucano dioperasikan oleh perusahaan keamanaan swasta, Blackwater Worldwide. Indonesia sendiri mengikut jejak Kolombia, pasalnya AU Kolombia sebelumnya juga pengguna OV-10 Bronco. Di luaran, Super Tucano terbilang laris manis, di luar Brazil, pesawat ini telah dipakai oleh Chili, Dominika, Ekuador, Guatemala, Indonesia, dan Amerika Serikat.
Super Tucano sejatinya merupakan pesawat latih lanjut yang berkemampuan COIN (Counter Insurgency) atau pesawat anti perang gerilya. Dari desainnya, pesawat ini sangat pas untuk mendukung misi-misi pengintaian, close air support, dan penumpasan pemberontak. Semua misi-misi tersebut terbilang konvensional, dan memang dahulu menjadi santapan sehari-hari untuk pesawat OV-10F Bronco.
Super Tucano merupakan hasil pengembangan pesawat latih EMB-312 Tucano, dan dirilis pertama kali oleh Embraer pada tahun 1983, dan hingga kini telah terjual 650 unit di 17 negara, dengan jam terbang telah mencapai lebih 1 juta jam, ini mengisyaratkan Super Tucano adalah pesawat yang punya sisi operasionalitas tinggi. Bila Tucano meluncur tahun 1983, maka Super Tucano baru terbang perdana pada tahun 1992, pesawat ini ditenagai oleh mesin Pratt and Whitney.
Mengembang tugas yang multi role, dengan penekanan pada serangan ke permukaan, menuntut pesawat turbo propeller ini punya kemampuan manuver yang lincah, dari parameter gravitasi, Super Tucano sanggup menahan gaya gravitasi maksimum hingga +7g dan -3.5g. Sebagai perbandingan jet tempur F-16 dan Sukhoi Su-27/Su-30 TNI AU, sanggup bermanuver hingga 9g, kian besar gaya g menandakan tingkat manufer pesawat yang bersangkutan cukup tinggi, dan sangat ideal untuk bertarung secara dog fight. Level 7g di Super Tucano sebanding dengan F-5E Tiger, terbilang cukup lincah dan memberikan tingkat survivability cukup tinggi.
Menyadari kodratnya untuk membabat sasaran di darat dalam jarak dekat, Super Tucano tentunya memerlukan perlindungan ekstra, seperti halnya juga diterapkan pada OV-10F Bronco, pesawat ini dibekali sistem perlindungan proteksi untuk kabin awaknya. Kabin pilot dilindungi bahan baja kavlar pada sekeliling kokpit. Untuk keselamatan, pilot dilengkapi kursi lontar Martin Baker dengan pola zero-zero. Sistem buka tutup kanopi dapat diaktifkan secara elektrik, soal kekuatan kaca kokpit, mampu menahan benturan burung pada kecepatan 300 knot. Elemen perlindungan ’lebih’ pada ruang kokpit memang wajar untuk pesawat dengan misi COIN, pasalnya pesawat dengan ketinggian terbang rendah, dan kecepatan terbatas, kerap bodi pesawat harus siap dalam menerima timah panas yang ditembakkan lawan di darat.
Persenjataan
Sebagai pesawat COIN, sistem senjata internal mutlak hadir di Super Tucano, elemen organiknya tak lain adalah SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7mm jenis FN Herstal M3P. Sebagai perbandingan untuk seniornya, OV-10F Bronco, kuda liar jawara operasi Seroja ini lebih ’galak’ untuk urusan SMB. Desain awal Bronco TNI AU dilengkapi 4 pucuk senjata M60 kaliber 7,62mm, tapi oleh Dinas Litbang TNI AU, diganti mengadopsi Browning kaliber 12,7mm. Jika di Bronco nyatanya ada 4 pucuk senjata 12,7mm, maka di Super Tucano sayangnya hanya terpasang dua pucuk 12,7mm, masing-masing satu buah pada sayapnya, dan pada masing-masing sayap bisa di upload maksimum 250 peluru. Keberadaan SMB 12,7mm sangat penting, kemampuan senjata ini sudah sangat terbukti tatkala OV-10F Bronco kerap melakukan bantuan tembakan udara pada sasaran untuk melibas pasukan Fretelin di operasi Seroja.
Sebagai pesawat COIN, sistem senjata internal mutlak hadir di Super Tucano, elemen organiknya tak lain adalah SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7mm jenis FN Herstal M3P. Sebagai perbandingan untuk seniornya, OV-10F Bronco, kuda liar jawara operasi Seroja ini lebih ’galak’ untuk urusan SMB. Desain awal Bronco TNI AU dilengkapi 4 pucuk senjata M60 kaliber 7,62mm, tapi oleh Dinas Litbang TNI AU, diganti mengadopsi Browning kaliber 12,7mm. Jika di Bronco nyatanya ada 4 pucuk senjata 12,7mm, maka di Super Tucano sayangnya hanya terpasang dua pucuk 12,7mm, masing-masing satu buah pada sayapnya, dan pada masing-masing sayap bisa di upload maksimum 250 peluru. Keberadaan SMB 12,7mm sangat penting, kemampuan senjata ini sudah sangat terbukti tatkala OV-10F Bronco kerap melakukan bantuan tembakan udara pada sasaran untuk melibas pasukan Fretelin di operasi Seroja.
Sedangkan dari sisi eksternal, Super Tucano mempunyai lima cantelan yang diposisikan pada sisi sayap kiri dan kanan (masing-masing dua cantelan) dengan maksimum 250Kg. Sedangkan cantenal utama terletak di bawah badan pesawat dengan kapasitas angkuta maksimum 350Kg. Alhasil total maksimum senjata yang bisa dibawa mencapai 1.550Kg.
Koleksi senjata yang bisa dibawa seperti bon jenis MK-81/MK-82, bom cluster, rocket pod FFAR, dan rudal berpemandu laser, sekelas Maverick. Untuk menghadapi dual di udara, Super Tucano juga dapat membawa rudal anti pesawat jenis AIM-9L Sidewinder atau MAA-A1 Piranha. Super Tucano juga dilengkali sistem pertahana diri yang terdiri dari RWR (Radar Warning Receiver), MAWS (Missile Approach Warning System), dan chaff/flare disepenser.
Serupa dengan jet tempur modern, Super Tucano juga dibekali sistem FLIR (forward looking infrared), mengadopsi tipe StarSAFIRE III yang ditempatkan di bawah bodi pesawat. FLIR memungkinkan awak membidik sasaran, navigasi, dan identifikasi. Sstem ini juga memungkinan pengawasan dan penyerangan baik saat siang dan malam hari, serta sanggup menghadapi segala kondisi cuaca.
Kecanggihan Navigasi
Untuk perangkat navigasi, Super Tucano dilengkapi INS (Inertial Navigation and Attack System), GPS (Global Positioning System), laser ring gyro, radar altimeter, dan traffic allerting and collision avoidance system (TCAS). Seluruh komponen tersebut dapat memberi petunjuk secara tepat dan akurat. Juga terdapat anti interception and jamming sinyal radio V/UHF dan juga fuel alarms.
Untuk perangkat navigasi, Super Tucano dilengkapi INS (Inertial Navigation and Attack System), GPS (Global Positioning System), laser ring gyro, radar altimeter, dan traffic allerting and collision avoidance system (TCAS). Seluruh komponen tersebut dapat memberi petunjuk secara tepat dan akurat. Juga terdapat anti interception and jamming sinyal radio V/UHF dan juga fuel alarms.
Kecanggihannya masih ada lagi, Super Tucano dilengkapi dengan teknologi auto pilot, selain itu ada pula HF radio, IFF transponder, dan emergency locater transmitter. Sistem data link memungkinan pesawat melakukan operasi silent communication dengan ground base atau pesawat lain dalam jaringan komunikasi yang aman.
Data link di Super Tucano mampu mengirim/menerima track/waypoints, status senjata, transmisi posisi, koordinasi operasi, serta yang sangat penting pula dapat mengirim/menerima informasi intelijen. Untuk kemamopuan terbang malam pun, awak Super Tucano telah dilengkapi Night Vision Goggles Gen-III.
Kemampuan Mesin
Seperti disebutkan sebelumnya, Super Tucano terdiri dari dua versi, untuk varian A-29ALX (kursi tunggal) mengadopsi mesin Pratt&Whitney PT-6A-68C/3 Turboprop 1.193kW 16000 SHP. Sedangkan untuk varian AT-29B (kursi ganda) menggunakan mesin Turboprop Pratt&Whitney PT6A-68A berdaya 969kW. Untuk keselamatan, mesin telah dilengkapi dengan pemantau kebakaran dan control EICAS (engine indication and crew control alerting system). Mesin mempunyai lima buah baling-baling buatan Hartzell dengan kecepatan full constant. Dari kedua tipe, varian ALX memiliki performa yang lebih kuat.
Seperti disebutkan sebelumnya, Super Tucano terdiri dari dua versi, untuk varian A-29ALX (kursi tunggal) mengadopsi mesin Pratt&Whitney PT-6A-68C/3 Turboprop 1.193kW 16000 SHP. Sedangkan untuk varian AT-29B (kursi ganda) menggunakan mesin Turboprop Pratt&Whitney PT6A-68A berdaya 969kW. Untuk keselamatan, mesin telah dilengkapi dengan pemantau kebakaran dan control EICAS (engine indication and crew control alerting system). Mesin mempunyai lima buah baling-baling buatan Hartzell dengan kecepatan full constant. Dari kedua tipe, varian ALX memiliki performa yang lebih kuat.
Ditilik dari jarak jelajah, Super Tucano mampu menampung bahan bakar sebanyak 695 liter, total maksimum jangakauan terbangnya adalah 1.500Km dan dapat terbang hingga 6 jam 30 menit. Sebagai pesawat COIN, tentu idealnya tidak perlu punya kecepatan tinggi, Super Tucano punya kecepatan jelajah 530Km/jam dan kecepatan maksimum 560Km/jam. Bicara soal kenyamanan pilot, kabin Super Tucano sudah dirancang ber-pressurize, mampu meredam suara putaran mesin propeller sehingga nyaris tidak terdengar. (iml)
Spesifikasi EMB-314 Super Tucano :
Pabrik : Embraer
Panjang badan : 11,33 meter
Lebar sayap : 11,14 meter
Luas sayap : 19,4 meter2
Tinggi : 3,97 meter
Berat kosong : 3,020 Kg
Berat lepas landas (kosong) : 3,160 Kg
Berat lepas landas (max) : 5,200 Kg
Kemampuan menanjak : 24 meter/detik
Mesin : Pratt&Whitney Canada PT6A
Kapasitas bahan bakar : 695 liter
Jangkauah max : 1.500 Km
Kecepatan jelajah : 530 Km/jam
Kecepatan max : 593 Km/jam
Pabrik : Embraer
Panjang badan : 11,33 meter
Lebar sayap : 11,14 meter
Luas sayap : 19,4 meter2
Tinggi : 3,97 meter
Berat kosong : 3,020 Kg
Berat lepas landas (kosong) : 3,160 Kg
Berat lepas landas (max) : 5,200 Kg
Kemampuan menanjak : 24 meter/detik
Mesin : Pratt&Whitney Canada PT6A
Kapasitas bahan bakar : 695 liter
Jangkauah max : 1.500 Km
Kecepatan jelajah : 530 Km/jam
Kecepatan max : 593 Km/jam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar