JAKARTA-(IDB) :Penguatan pertahanan dinilai sudah saatnya bergeser pada kemampuan matra udara dan matra laut,bukan lagi di darat. Ini untuk merespons perubahan dalam percaturan geopolitik global dan ancaman yang sekarang berkembang.
Pengamat militer dari LIPI Jaleswari Pramodhawardani mengungkapkan, sekarang ini ancaman sudah berubah,misalnya dalam kasus illegal fishing dan people smugling. ”Kita harus merespons perubahan perubahan yang terjadi dalam percaturan geopolitik. Saat ini penguatan TNI AL dan AU itu penting,” katanya di sela-sela seminar tentang kekuatan udara di Jakarta,kemarin.
Walaupun sering dibicarakan trimatra terpadu, lanjut dia,seharusnya saat ini yang diperkuat adalah TNI Angkatan Udara dan Angkatan Laut. ”Kalau dulu, yang dikedepankan adalah TNI AD karena ancaman ada di darat, saat ini ancamannya sudah berubah,” sebutnya. Memperkuat AU danAL memang akan berdampak pada banyaknya anggaran yang harus dikeluarkanan ketimbang AD.Pasalnya,AU dan AL lebih banyak menggunakan senjata yang diawaki, sehingga dari teknologi lebih mengemuka.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebut,pertahanan di perbatasan akan diperkuat. ”Nanti rencana kita untuk mengaktifkan UAV (pesawat intai tanpa awak) yang salah satunya milik AU,walaupun nantinya angkatan lain juga punya,”katanya. Adanya penambahan sekitar 50 pesawat hingga 2014 juga menegaskan penguatan kekuatan TNI AU. Belum lagi dengan penambahan radar untuk pemantauan yang saat ini masih harus mengintegrasikan dengan radar sipil demi mengcover seluruh wilayah NKRI.
Sementara itu,Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat menuturkan, UAV yang akan dibeli itu sebenarnya UAV yang paling bagus yang bisa beli, sehingga pembelian ini juga bisa dimanfaatkan para ahli untuk dipelajari dan kemudian membuat yang lebih canggih.
”Mudah- mudahan ahli-ahli kita bisa mengembangkan setelah kita punya UAV,”katanya. UAV ini rencananya dibeli dari Filipina dan merupakan produk dari Israel. Alat utama sistem senjata (alutsista) tersebut akan menempati satu skuadron tersendiri di Pontianak.
Pengamat militer dari LIPI Jaleswari Pramodhawardani mengungkapkan, sekarang ini ancaman sudah berubah,misalnya dalam kasus illegal fishing dan people smugling. ”Kita harus merespons perubahan perubahan yang terjadi dalam percaturan geopolitik. Saat ini penguatan TNI AL dan AU itu penting,” katanya di sela-sela seminar tentang kekuatan udara di Jakarta,kemarin.
Walaupun sering dibicarakan trimatra terpadu, lanjut dia,seharusnya saat ini yang diperkuat adalah TNI Angkatan Udara dan Angkatan Laut. ”Kalau dulu, yang dikedepankan adalah TNI AD karena ancaman ada di darat, saat ini ancamannya sudah berubah,” sebutnya. Memperkuat AU danAL memang akan berdampak pada banyaknya anggaran yang harus dikeluarkanan ketimbang AD.Pasalnya,AU dan AL lebih banyak menggunakan senjata yang diawaki, sehingga dari teknologi lebih mengemuka.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebut,pertahanan di perbatasan akan diperkuat. ”Nanti rencana kita untuk mengaktifkan UAV (pesawat intai tanpa awak) yang salah satunya milik AU,walaupun nantinya angkatan lain juga punya,”katanya. Adanya penambahan sekitar 50 pesawat hingga 2014 juga menegaskan penguatan kekuatan TNI AU. Belum lagi dengan penambahan radar untuk pemantauan yang saat ini masih harus mengintegrasikan dengan radar sipil demi mengcover seluruh wilayah NKRI.
Sementara itu,Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat menuturkan, UAV yang akan dibeli itu sebenarnya UAV yang paling bagus yang bisa beli, sehingga pembelian ini juga bisa dimanfaatkan para ahli untuk dipelajari dan kemudian membuat yang lebih canggih.
”Mudah- mudahan ahli-ahli kita bisa mengembangkan setelah kita punya UAV,”katanya. UAV ini rencananya dibeli dari Filipina dan merupakan produk dari Israel. Alat utama sistem senjata (alutsista) tersebut akan menempati satu skuadron tersendiri di Pontianak.
Sumber : Sindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar