BATH-(IDB) : Meski
ditentang oleh sebagian petinggi Angkatan Laut Amerika Serikat (US
Navy) karena biaya pembuatannya terlalu tinggi, program pembuatan kapal
perang masa depan USS Zumwalt jalan terus. Kapal yang penuh dengan
teknologi canggih terbaru itu akan diluncurkan tahun depan dan
diserahkan kepada US Navy pada 2014.
Saat
ini, pembuatan Zumwalt terus berlangsung di galangan kapal Bath Iron
Works di dekat kota Bath, Negara Bagian Maine, AS. Kepala Staf US Navy
Laksamana Jonathan Greenert mengatakan, dengan segala kemampuannya,
Zumwalt adalah kapal perang masa depan AS.
"Dengan kemampuan stealth,
sistem sonar yang luar biasa, kemampuan menyerang, dan kebutuhan
tenaga manusia yang lebih sedikit, ini adalah masa depan kita," tutur
Greenert saat mengunjungi Bath Iron Works, pekan lalu.
Zumwalt
adalah jenis kapal perusak berpeluru kendali kelas terbaru (DDG-1000)
yang akan menjadi kapal perusak terbesar dan tercanggih yang pernah
dioperasikan US Navy. Kapal itu memiliki desain lambung tumblehome yang unik, yakni mengerucut ke atas.
Meski
berukuran lebih besar daripada kapal-kapal perusak US Navy saat ini,
Zumwalt akan dioperasikan oleh lebih sedikit awak kapal karena hampir
semua sistemnya sudah otomatis.
Kapal
yang dibuat dengan material komposit itu akan dilengkapi sistem
pendorong elektrik, sonar terbaru, rudal, dan meriam-meriam
berkemampuan tinggi yang menembakkan proyektil berpendorong roket dan
berpemandu. Pada masa depan, kapal ini akan dilengkapi meriam
elektromagnetik, yakni meriam yang tak lagi menggunakan ledakan mesiu
untuk mendorong proyektil, melainkan medan elektromagnetik.
Untuk
membangun kapal berukuran panjang 182 meter itu, galangan kapal milik
General Dynamics tersebut menghabiskan dana 40 juta dollar AS (Rp 366,4
miliar) untuk membangun bangunan galangan baru setinggi 32 meter guna
merakit bagian-bagian lambung kapal yang berukuran raksasa.
Dengan
segala ukuran dan teknologi yang ia punyai, biaya membuat kapal
terbaru ini, menurut angka resmi US Navy, mencapai 3,8 miliar dollar AS
(Rp 34,8 triliun) per unit. Namun, Winslow Wheeler, Direktur Straus
Military Reform Project di Pusat Informasi Pertahanan, di Washington DC
mengatakan, ongkos sebenarnya bisa mencapai 7 miliar dollar AS (Rp
64,12 triliun) per unit.
Dengan
biaya semahal itu, jumlah pesanan US Navy terus mengecil, dari awalnya
32 kapal menjadi 24 unit, kemudian 7 unit, dan akhirnya diputuskan
untuk membuat 3 unit saja.
Greenert
mengatakan, kapal baru ini sangat cocok dengan perubahan strategi
militer global AS untuk memusatkan perhatian di kawasan Asia Pasifik.
Menurut US Navy, kapal tersebut efektif digunakan untuk menangkal
serangan musuh baik di lautan lepas maupun di perairan dekat pantai.
Meski
demikian, beberapa kritik menyebutkan, kapal tersebut terlalu
memaksakan diri memasukkan begitu banyak teknologi canggih. Desain
kapal itu juga disebut kurang tangguh dalam mempertahankan diri dari
serangan rudal. Para pengamat pertahanan memperingatkan, kapal itu
rentan terkena serangan dalam operasi dekat pantai. Bentuk lambungnya
juga dikhawatirkan kurang stabil dalam kondisi tertentu.
Sumber : Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar