Rabu, 21 Maret 2012

Membangun Postur TNI AL Harus Konsisten


 
Kapal selam TNI-AL KRI Cakra/401, dalam satu pelayaran permukaan di perairan Tanah Air. Pada dasawarsa '60-an, Indonesia memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey buatan Rusia yang cukup menggentarkan kekuatan militer Barat untuk merecoki kedaulatan fisik nasional pada masa itu. Sebagian kapal selam kelas Whiskey itu bahkan sempat "dipinjamkan" secara sembunyi-sembunyi kepada Pakistan saat berkonfrontasi perbatasan dengan India. (FOTO ANTARA)
... dimulai dari proses perencanaan sampai dengan proses pelaksanaan, karena sangat rentan terhadap dinamika lingkungan dan kondisi riil negara...
Berita Terkait
Jakarta (ANTARA News) - TNI-AL menyusun dokumen kebijakan perencanaan holistik 2013 dengan target mewujudkan pembangunan kekuatan pokok minimum. Kepala Staf TNI-AL, Laksamana TNI Soeparno, menegaskan, hal itu mutlak memerlukan konsistensi agar tidak bias dan meleset dari target.


"Untuk itu kita perlu terus menyamakan visi, misi serta kesatuan tekad dalam melaksanakan pembangunan TNI-AL yang dimulai dari proses perencanaan sampai dengan proses pelaksanaan, karena sangat rentan terhadap dinamika lingkungan dan kondisi riil negara," katanya, di Markas Besar TNI-AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu.

Dia memimpin Olah Yudha Rencana Strategis TNI-AL tahun anggaran 2013 yang diikuti segenap pemimpin puncak matra laut TNI itu. Rapat kerja tahunan itu bertujuan menyinkronisasikan perkiraan intelijen jangka pendek, penyelenggaraan operasi, sistem dukungan logistik, perencanaan personel, program, hingga anggaran pada 2013 nanti.

Pembangunan yang telah direncanakan, baik dalam dokumen Minimum Essential Force (MEF) TNI AL maupun rencana strategis TNI-AL 2010-2014, harus dikawal dan dijamin bersama. Sebagai gambaran, TNI-AL menginginkan armada kapal selam sekelas KRI Nanggala/402 sebanyak enam unit hingga tiga tahun ke depan.

Kapal cepat kelas KRI Clurit yang sangat efektif dalam patroli perairan dangkal dan menengah, dibeli dari galangan kapal dalam negeri hingga puluhan unit, lengkap dengan sistem arsenalnya.

"Kita perlu menjamin konsistensi pelaksanaan pembangunan kekuatan pokok minimum. Hal tersebut juga langkah strategis yang paling realistis dapat dilaksanakan TNI-AL sebagai bagian integral TNI," kata Soeparno.

Tanpa konsistensi, maka arah pembangunan yang dilaksanakan untuk mewujudkan postur TNI-AL yang diingginkan akan menjadi bias dan makin sulit untuk dicapai. (*)

sumber : Antara  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar