USNS Mercy (T-AH-19) berlabuh di Teluk Manado, Jumat (1/6/2012). (Foto: Camelia Montoy)
2 Juli 2012, Washington D.C.: Ketua Komisi Pertahanan DPR RI Mahfudz Siddiq mengatakan, kehadiraan Rumah Sakit Terapung Milik Angkatan Laut Amerika Serikat USNS Mercy di perairan Sulawesi Utara baru-baru ini menunjukkan semakin eratnya kemitraan Indonesia dengan AS.
Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mengatakan Jum’at (29/6), kemitraan Indonesia dan AS tidak harus selalu terkait penanganan masalah-masalah pertahanan dan terorisme, namun aksi-aksi kemanusiaan juga perlu semakin ditingkatkan.
Menurut Mahfud, konteks kemitraan di kawasan Asia Pasifik selama ini mengalami peningkatan, terutama karena pertimbangan kepentingan jangka panjang yang cukup strategis.
“Sekarang ini memang bentuk-bentuk kerjasama militer , terutama dalam konteks pengamanan laut semakin berkembang. Contoh seperti yang dilakukan AS, secara geografis tidak berbatasan langsung dengan Indonesia, namun secara geopolitic, geostrategic dan geoeconomic memiliki kepentingan, berdasarkan itu kemitraan sangat mungkin dilakukan,” kata Mahfudz.
Dalam siaran pers Kedutaan AS di Jakarta baru-baru ini menyebutkan Rumah Sakit Terapung USNS Mercy telah merampungkan misi kemanusiaannya di perairan Sulawesi Utara, Indonesia sebagai bagian dari Pacific Partnership 2012 (PP12). Sejak berada di Manado pada 31 Mei, para awak kapal menjalankan berbagai program bekerjasama dengan rekan sejawat dari Indonesia dari berbagai instansi dan lembaga termasuk kantor pemda, militer, kepolisian, dan staf penanggulangan bencana.
PP12 yang merupakan misi kemanusiaan dan sipil terbesar di wilayah Asia Pasifik mencakup pelatihan dan perencanaan penanggulangan bencana alam, perawatan medis gratis di darat dan di atas kapal.
Beberapa pengamat pertahanan mengatakan, peningkatan kerjasama antar negara sekawasan Asia Pasifik cukup menguntungkan Indonesia. “Manfaatnya baik secara kekinian maupun jangka panjang. Memang hubungan antara Indonesia dengan AS dalam posisi yang cukup bagus saat ini, perlu saling membantu banyak hal," demikian kata Wawan Purwanto dari Lembaga Pengembangan Kemandirian Nasional (LPKN).
"Yang paling utama hubungan (bilateral) ini tidak menyebabkan menimbulkan sentiment-sentimen baru , khususnya di negara-negara yang berseberangan dengan kebijakan politik Amerika Serikat,” lanjut Wawan.
Lebih lanjut disebutkan dalam siaran pers Kedubes AS, Rumah Sakit Terapung USNS Mercy sebelumnya merupakan sebuah kapal tanker. Kapal ini mampu menampung 1000 awak dengan 12 (dua belas) ruang operasi untuk keperluan tindakan medis. Selain bersandar di Manado, USNS Mercy juga menjalankan misi kemanusiaannya dengan melayari Kepulauan Sangihe dan Talaud. USNS Mercy setelah berada di Indonesia , meneruskan pelayaran ke arah utara mengunjungi Filipina, Vietnam, dan Kamboja.
Pacific Partnership 2012 atau Kemitraan di Pasifik 2012, merupakan aksi kemanusiaan terbesar di kawasan Asia-Pasifik, dengan beberapa negara tujuan seperti Indonesia, Filipina, Kamboja dan Vietnam. Aksi kemanusiaan dalam program Pacific Partnership meliputi bidang kesehatan, mencakup perawatan dan tindakan medis, perawatan gigi, kedokteran hewan, teknik sipil serta pertukaran para ahli.
Rumah Sakit Terapung Angkatan Laut Amerika Serikat USNS Mercy mulai menjalankan misi kemanusiaannya pasca tsunami Aceh tahun tahun 2004 silam. Para tim medis USNS Mercy telah mengobati lebih seratus ribu korban tsunami dalam melaksanakan misi kemanusiaannya selama di Aceh.
Kemudian pascagempa Sumatera bulan Maret 2005 silam, USNS Mercy juga melaksanakan pengobatan di perairan Pulau Simeulue dan Nias. Di Nias, USNS Mercy melakukan pelayanan kesehatan kepada lebih 1400 orang, 79 orang di antaranya dioperasi di atas kapal USNS Mercy. Paramedis dari USNS Mercy juga menggelar pelatihan bagi 180 tenaga medis dan paramedis Rumah sakit Umum Gunungsitoli dan melakukan perbaikan peralatan rumah sakit yang rusak di Nias, provinsi Sumatera Utara.
Sumber: VOA
2 Juli 2012, Washington D.C.: Ketua Komisi Pertahanan DPR RI Mahfudz Siddiq mengatakan, kehadiraan Rumah Sakit Terapung Milik Angkatan Laut Amerika Serikat USNS Mercy di perairan Sulawesi Utara baru-baru ini menunjukkan semakin eratnya kemitraan Indonesia dengan AS.
Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mengatakan Jum’at (29/6), kemitraan Indonesia dan AS tidak harus selalu terkait penanganan masalah-masalah pertahanan dan terorisme, namun aksi-aksi kemanusiaan juga perlu semakin ditingkatkan.
Menurut Mahfud, konteks kemitraan di kawasan Asia Pasifik selama ini mengalami peningkatan, terutama karena pertimbangan kepentingan jangka panjang yang cukup strategis.
“Sekarang ini memang bentuk-bentuk kerjasama militer , terutama dalam konteks pengamanan laut semakin berkembang. Contoh seperti yang dilakukan AS, secara geografis tidak berbatasan langsung dengan Indonesia, namun secara geopolitic, geostrategic dan geoeconomic memiliki kepentingan, berdasarkan itu kemitraan sangat mungkin dilakukan,” kata Mahfudz.
Dalam siaran pers Kedutaan AS di Jakarta baru-baru ini menyebutkan Rumah Sakit Terapung USNS Mercy telah merampungkan misi kemanusiaannya di perairan Sulawesi Utara, Indonesia sebagai bagian dari Pacific Partnership 2012 (PP12). Sejak berada di Manado pada 31 Mei, para awak kapal menjalankan berbagai program bekerjasama dengan rekan sejawat dari Indonesia dari berbagai instansi dan lembaga termasuk kantor pemda, militer, kepolisian, dan staf penanggulangan bencana.
PP12 yang merupakan misi kemanusiaan dan sipil terbesar di wilayah Asia Pasifik mencakup pelatihan dan perencanaan penanggulangan bencana alam, perawatan medis gratis di darat dan di atas kapal.
Beberapa pengamat pertahanan mengatakan, peningkatan kerjasama antar negara sekawasan Asia Pasifik cukup menguntungkan Indonesia. “Manfaatnya baik secara kekinian maupun jangka panjang. Memang hubungan antara Indonesia dengan AS dalam posisi yang cukup bagus saat ini, perlu saling membantu banyak hal," demikian kata Wawan Purwanto dari Lembaga Pengembangan Kemandirian Nasional (LPKN).
"Yang paling utama hubungan (bilateral) ini tidak menyebabkan menimbulkan sentiment-sentimen baru , khususnya di negara-negara yang berseberangan dengan kebijakan politik Amerika Serikat,” lanjut Wawan.
Lebih lanjut disebutkan dalam siaran pers Kedubes AS, Rumah Sakit Terapung USNS Mercy sebelumnya merupakan sebuah kapal tanker. Kapal ini mampu menampung 1000 awak dengan 12 (dua belas) ruang operasi untuk keperluan tindakan medis. Selain bersandar di Manado, USNS Mercy juga menjalankan misi kemanusiaannya dengan melayari Kepulauan Sangihe dan Talaud. USNS Mercy setelah berada di Indonesia , meneruskan pelayaran ke arah utara mengunjungi Filipina, Vietnam, dan Kamboja.
Pacific Partnership 2012 atau Kemitraan di Pasifik 2012, merupakan aksi kemanusiaan terbesar di kawasan Asia-Pasifik, dengan beberapa negara tujuan seperti Indonesia, Filipina, Kamboja dan Vietnam. Aksi kemanusiaan dalam program Pacific Partnership meliputi bidang kesehatan, mencakup perawatan dan tindakan medis, perawatan gigi, kedokteran hewan, teknik sipil serta pertukaran para ahli.
Rumah Sakit Terapung Angkatan Laut Amerika Serikat USNS Mercy mulai menjalankan misi kemanusiaannya pasca tsunami Aceh tahun tahun 2004 silam. Para tim medis USNS Mercy telah mengobati lebih seratus ribu korban tsunami dalam melaksanakan misi kemanusiaannya selama di Aceh.
Kemudian pascagempa Sumatera bulan Maret 2005 silam, USNS Mercy juga melaksanakan pengobatan di perairan Pulau Simeulue dan Nias. Di Nias, USNS Mercy melakukan pelayanan kesehatan kepada lebih 1400 orang, 79 orang di antaranya dioperasi di atas kapal USNS Mercy. Paramedis dari USNS Mercy juga menggelar pelatihan bagi 180 tenaga medis dan paramedis Rumah sakit Umum Gunungsitoli dan melakukan perbaikan peralatan rumah sakit yang rusak di Nias, provinsi Sumatera Utara.
Sumber: VOA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar