Jihad-Defence-Indonesia - JAKARTA : Rencana TNI AL yang memilih Sorong sebagai pusat divisi III Marinir pada prinsipnya disambut positif, hanya saja penempatan pasukan yang bisa mencapai hingga 1500-an anggota marinir di Sorong hendaknya ditinjau kembali.
Sebab menurut Tokoh Pemuda Papua, Agustinus Isir, jika TNI AL menempatkan sampai 1500-an anggota marinir di Sorong, itu sangat berlebihan. Alasannya, selama ini Sorong dikenal sebagai daerah yang aman, sehingga jika sampai ada anggota marinir yang jumlah mencapai hingga seribu lebih orang dikhawatirkan akan timbul berbagai pikiran ditengah masyarakat awam yang ujung-ujungnya bisa menimbulkan reaksi negatif atas penempatan pasukan yang terlalu banyak tersebut.
“Kalau sampai ditempatkan 1.500-an anggota itu terlalu kelewatan. Terlalu banyak untuk ukuran Sorong. Daripada buat begitu bikin uang negara habis-habis saja. Tempatkan pasukan kan harus mempertimbangkan biaya operasional, tempat tinggal dan sebagainya. Jangan biaya dikeluarkan untuk pemborosan saja, ”ujarnya.
“Apalagi di sini (Sorong,Red) daerahnya aman-aman saja. Kenapa terlalu banyak, aparat yang sudah ada selama ini sudah cukup,” sambung Agus Isir dalam bincang-bincangnya dengan Radar Sorong (JPNN Group), Kamis (27/9).
Terkait dengan peletakan batu pertama pembangunan markas komanda Divisi III Marinir di Km 16 Rabu lalu (26/9), Agus Isir mengatakan itu boleh-boleh saja. Hanya saja menurut dia, untuk penempatan personil di Sorong cukup perwakilan saja sedangkan sisanya disebar ke daerah lain di Papua dan Papua Barat serta wilayah Indonesia Timur lainnya. “Jangan dipusatkan semua di sini (Sorong,Red). Ini bukan orang mau persiapan tempur. Di sini. Ini kan daerah aman-aman saja kok, tidak pernah ada masalah,”tandas Agus Isir .
Lanjut dikatakannya, dengan akan ditempatkannya sekitar 1500-an personil di Sorong, yang dikhawatirkan malah menimbulkan gesekan dengan masyarakat maupun antar aparat keamanan itu sendiri. Dengan jumlah yang relatif sedikit saja seperti saat ini, lanjut Agus Isir, beberapa kali terjadi gesekan yang melibatkan oknum marinir dengan aparat keamanan lainnya, apalagi dalam jumlah yang begitu banyak.
“Antara aparat keamanan saja bisa terjadi salah paham, apalagi dengan masyarakat yang masih awam. Menurut saya, untuk menjaga keamanan aparat yang sudah ada seperti dari Polres , Brimob itu sudah cukup. Kalau marinir itu yang penting ada perwakilannya saja,”tandas Agus Isir . ”Bangun pusat marinir di sini (Sorong,Red) bisa saja tapi semua jangan difokuskan di sini. Kita tidak batasi aparat keaman masuk, bisa masuk tapi jangan terlalu berlebihan. Kayak orang mau persiapan tempur saja,”imbuhnya lagi.
Lanjut Agus Isir, berbeda dengan daerah lainnya yang bisa dianggap rawan seperti di Jayapura, Timika dimana kerap terjadi kasus penembakan yang bermuatan politik, untuk di Sorong selama ini hanya dihadapkan dengan masalah keamanan yang menyangkut tindak kriminal. Sehingga menurutnya, untuk sisi keamanan cukup dari Kepolisian.
Jika sampai ditambah 1000 lebih anggota marinir, maka akan tidak seimbang antara jumlah aparat keamanan dengan situasi keamanan di Sorong. “ Nanti aparat malah lebih banyak dari masalah, jadi tidak seimbang. Hanya pemborosan anggaran saja. Kalau mau pasang pasukan itu di Jayapura sana, pasanga di Timika ka, atau di Merauke tempat perbatasan sana. Di Sorong ini kita mau lihat jalur jalannya sampai dimana sampai aparat semua mau turun, tumpuk di sini,”ucap pria yang rajin mengamati berbagai shtuasi di Sorong Raya ini.
Menanyakan, berapa idealnya anggota marinir di Sorong, menurut Agus Isir, tidak usah terlalu banyak, tidak lebih dari 100 orang. “Kalau mau pasang pusat marinir di sini tra apa-apa karena di sini kan memang pintu gerbang Papua. Tapi jangan anggotanya terlalu banyak. Lama-lama di Sorong ini tidak ada masyarakat tapi aparat keamanan saja yang tinggal,”pungkasnya.
Sebab menurut Tokoh Pemuda Papua, Agustinus Isir, jika TNI AL menempatkan sampai 1500-an anggota marinir di Sorong, itu sangat berlebihan. Alasannya, selama ini Sorong dikenal sebagai daerah yang aman, sehingga jika sampai ada anggota marinir yang jumlah mencapai hingga seribu lebih orang dikhawatirkan akan timbul berbagai pikiran ditengah masyarakat awam yang ujung-ujungnya bisa menimbulkan reaksi negatif atas penempatan pasukan yang terlalu banyak tersebut.
“Kalau sampai ditempatkan 1.500-an anggota itu terlalu kelewatan. Terlalu banyak untuk ukuran Sorong. Daripada buat begitu bikin uang negara habis-habis saja. Tempatkan pasukan kan harus mempertimbangkan biaya operasional, tempat tinggal dan sebagainya. Jangan biaya dikeluarkan untuk pemborosan saja, ”ujarnya.
“Apalagi di sini (Sorong,Red) daerahnya aman-aman saja. Kenapa terlalu banyak, aparat yang sudah ada selama ini sudah cukup,” sambung Agus Isir dalam bincang-bincangnya dengan Radar Sorong (JPNN Group), Kamis (27/9).
Terkait dengan peletakan batu pertama pembangunan markas komanda Divisi III Marinir di Km 16 Rabu lalu (26/9), Agus Isir mengatakan itu boleh-boleh saja. Hanya saja menurut dia, untuk penempatan personil di Sorong cukup perwakilan saja sedangkan sisanya disebar ke daerah lain di Papua dan Papua Barat serta wilayah Indonesia Timur lainnya. “Jangan dipusatkan semua di sini (Sorong,Red). Ini bukan orang mau persiapan tempur. Di sini. Ini kan daerah aman-aman saja kok, tidak pernah ada masalah,”tandas Agus Isir .
Lanjut dikatakannya, dengan akan ditempatkannya sekitar 1500-an personil di Sorong, yang dikhawatirkan malah menimbulkan gesekan dengan masyarakat maupun antar aparat keamanan itu sendiri. Dengan jumlah yang relatif sedikit saja seperti saat ini, lanjut Agus Isir, beberapa kali terjadi gesekan yang melibatkan oknum marinir dengan aparat keamanan lainnya, apalagi dalam jumlah yang begitu banyak.
“Antara aparat keamanan saja bisa terjadi salah paham, apalagi dengan masyarakat yang masih awam. Menurut saya, untuk menjaga keamanan aparat yang sudah ada seperti dari Polres , Brimob itu sudah cukup. Kalau marinir itu yang penting ada perwakilannya saja,”tandas Agus Isir . ”Bangun pusat marinir di sini (Sorong,Red) bisa saja tapi semua jangan difokuskan di sini. Kita tidak batasi aparat keaman masuk, bisa masuk tapi jangan terlalu berlebihan. Kayak orang mau persiapan tempur saja,”imbuhnya lagi.
Lanjut Agus Isir, berbeda dengan daerah lainnya yang bisa dianggap rawan seperti di Jayapura, Timika dimana kerap terjadi kasus penembakan yang bermuatan politik, untuk di Sorong selama ini hanya dihadapkan dengan masalah keamanan yang menyangkut tindak kriminal. Sehingga menurutnya, untuk sisi keamanan cukup dari Kepolisian.
Jika sampai ditambah 1000 lebih anggota marinir, maka akan tidak seimbang antara jumlah aparat keamanan dengan situasi keamanan di Sorong. “ Nanti aparat malah lebih banyak dari masalah, jadi tidak seimbang. Hanya pemborosan anggaran saja. Kalau mau pasang pasukan itu di Jayapura sana, pasanga di Timika ka, atau di Merauke tempat perbatasan sana. Di Sorong ini kita mau lihat jalur jalannya sampai dimana sampai aparat semua mau turun, tumpuk di sini,”ucap pria yang rajin mengamati berbagai shtuasi di Sorong Raya ini.
Menanyakan, berapa idealnya anggota marinir di Sorong, menurut Agus Isir, tidak usah terlalu banyak, tidak lebih dari 100 orang. “Kalau mau pasang pusat marinir di sini tra apa-apa karena di sini kan memang pintu gerbang Papua. Tapi jangan anggotanya terlalu banyak. Lama-lama di Sorong ini tidak ada masyarakat tapi aparat keamanan saja yang tinggal,”pungkasnya.
Sumber : KLIK DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar