Jumat, 13 Juli 2012

OPERASI ENTEBBE OLEH PASUKAN KHUSUS ISRAEL

Operasi Entebbe, juga dikenal sebagai Peristiwa Entebbe dan kadangkala disebut sebagai Serangan Entebbe, merupakan satu misi menyelamatan yang dilakukan oleh Sayeret Matkal (pasukan komando Israel) untuk membebaskan para tawanan di Bandara Entebbe di Uganda. Peristiwa ini berlangsung pada malam 3 Juli dan awal pagi 4 Juli 1976. Operasi telah direncanakan secara rahasia dan dilakukan menentang negara Uganda, dimana pemimpinnya, Idi Amin mendukung pembajakan tersebut. 
Dalam kejadian ini, satu tim Israel, 45 pasukan Uganda, enam pembajak dan tiga tawanan tewas, dan 100 orang tawanan telah berhasil dibebaskan. Operasi ini dikenal juga sebagai Operasi Thunderbolt oleh perencana militer Israel. Dikemudian dinamakan Operasi Yonatan sebagai memperingati komandan serangan, Kolonel Yonatan "Yoni" Netanyahu, satu-satunya tim Israel yang tewas dalam serangan ini dan merupakan kakak Benjamin Netanyahu, yang kemudian menjadi Perdana Menteri Israel. 
Pada 27 Juni 1976, pesawat Airbus A300 Penerbangan 139 Air France yang membawa 248 penumpang dan 12 awak pesawat, terbang dari Tel Aviv, singgah di Athena sebelum menuju ke Paris. Setelah 12:30 pm, penerbangan itu telah dibajak oleh dua orang Palestina dari kelompok Front Popular Perjuangan Palestina-Popular Front for the Liberation of Palestine dan dua orang Jerman dari kelompok "Revolutionary Cells (RZ)", (Wilfried Bose dan Brigitte Kuhlmann). 
Para pembajak memerintahkan penerbangan tersebut untuk mengalihkannya ke Benghazi, Libya. Di Libya pesawat bertahan selama tujuh jam untuk mengisi bahan bakar, seorang perempuan yang berpura-pura mengandung telah dibebaskan. Pesawat lepas landas dari Benghazi, dan pada 3:15 pesawat sampai di bandara Entebbe (dikenal sekarang sebagai Bandara Internasional Entebbe) di Uganda. 
Di Entebbe, tiga orang pembajak bergabung, yang didukung oleh kekuatan pro Palestina, Presiden Uganda, Idi Amin. pembajak-pembajak itu dipimpin oleh Bose (dan bukan, seperti yang biasanya dilaporkan, oleh Ilich Ramírez Sánchez aka Carlos the Jackal).Mereka menuntut pembebasan 40 orang Palestina yang ditahan di Israel dan 13 orang tahanan lain yang dipenjarakan di Kenya, Perancis, Swiss, dan Jerman - dan jika tuntutan ini tidak dipenuhi, mereka mengancam akan membunuh tawanan-tawanan itu pada 1 Juli 1976. 
pembajak -pembajak itu menahan penumpang-penumpang sebagai tawanan di ruang transit Bandara Entebbe (sekarang adalah terminal lama), dan melepaskan sebagian besar tawanan, menahan hanya orang-orang Israel dan Yahudi, mengancam membunuh jika Israel tidak memenuhi tuntutan mereka. Pembajak-pembajak mengumumkan bahwa awak pesawat dan para penumpang bukan Israel / Yahudi akan dibebaskan dan akan dipindahkan ke dalam pesawat Air France yang lain, yang telah diterbangkan ke Entebbe untuk tujuan tersebut, Kapten Penerbangan 139 Michel Bacos memberitahu para pembajak bahwa semua penumpang termasuk seorang lagi yang masih ada, adalah di bawah tanggungjawabnya dan dia tidak akan meninggalkan mereka. Seluruh anak buah Bacos menurutinya. Seorang biarawati Kristen warga Prancis juga enggan dan menuntut agar seorang tawanan menggantikan tempatnya, namun dia dipaksa naik pesawat Air France yang disediakan oleh pasukan Uganda. Semua 83 tawanan warga Israel / Yahudi dan 20 yang lain yang hampir semuanya adalah awak pesawat Air France masih dalam tawanan. 
Pada 1 Juli batas akhir yang ditetapkan, pemerintah Israel telah menawarkan perundingan memperpanjang batas akhir menjadi 4 Juli. Pada 3 Juli, kabinet Israel memutuskan misi penyelamatan, Operasi Entebbe, dibawah pimpinan Brigadir Jenderal Dan Shomron. Setelah beberapa hari mengumpulkan informasi dan merancang misi, 4 pesawat transport C-130 Hercules milik Angkatan Udara Israel terbang secara rahasia ke Bandara Entebbe, dilindungi kegelapan malam, dan tanpa bantuan pemandu darat. Mereka diikuti oleh sebuat jet angkatan udara yang membawa perlengkapan bantuan, mendarat di Bandara Internasional Jomo Kenyatta di Nairobi, Kenya. Tentara Israel telah mendarat di Entebbe sejam sebelum tengah malam.Kemudian pintu penyimpanan kargo terbuka. Sebuah Mercedes hitam disertai beberapa Land Rover telah dibawa untuk mengecoh, bahwa pasukan Israel yang bergerak menuju terminal merupakan pengiring untuk Idi Amin atau kantor Uganda tingkat atas. Mercedes tersebut telah dipinjam dari seorang warga Israel dan dicat hitam, dengan perjanjian mobil akan dikembalikan kepada pemiliknya dalam warna asli. mecedes dan kendaraan pengiring membawa anggota pasukan penyerbu ke terminal bandara dengan cara sama yang dilakukan Idi Amin. Akan tetapi, dalam perjalanan, dua pengawal Uganda, yang tahu bahwa Idi Amin baru membeli sebuah Mercedes putih untuk menggantikan Mercedes hitam miliknya dahulu, memerintahkan agar kendaraan tersebut berhenti. Kedua pengawal tersebut ditembak mati oleh pasukan komando Israel. Khawatir bakal menimbulkan kewaspadaan pihak pembajak, pasukan penyerbu Israel bergegas masuk untuk melakukan serangan. 




Para tawanan berada banggunan utama bandara. Pasukan Israel meloncat dari kendaraan mereka dan menyerbu masuk terminal sambil berteriak, "Tiarap! Tiarap!"dalam bahasa Ibrani dan Inggris. Seorang pemuda Perancis Yahudi berumur 19 tahun Jean Jacques Maimoni (yang memilih untuk mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang Yahudi Israel walaupun dia memiliki paspor Perancis), bangun, namun dia telah dibunuh oleh komando Israel yang menganggap bahwa dia merupakan pembajak. Tawanan yang lain, Pasko Cohen, berusia 52 tahun, juga cedera dan mati karena tembakan, tidak diketahui dari pembajak atau komando Israel.tawanan ketiga beruisa 56 tahun, seorang Yahudi Rusia, Ida Borochovitch yang telah pindah ke Israel, juga tewas dalam pertempuran antara pembajak dan komando Israel. Seorang komando Israel berbicara dalam bahasa Ibrani. "Di mana pembajak lain?". Para tawanan menunjukkan ke arah pintu yang menghubungkan dengan ruang utama bandara, yang kemudian dilemparkan beberapa butir granat. Kemudian mereka masuk kedalam ruang tersebut dan menembak mati 3 orang pembajak sekaligus mengahiri serangan mereka. Tiga buah C-130 Hercules telah mendarat dan menurunkan beberapa buah kendaraan lapis baja, yang digunakan untuk bertahan saat pengisian minyak yang direncanakan selama 1 jam. Juga untuk menghancurkan pesawat Uganda yang berada di darat, untuk menghindari pengejaran dari pasukan uganda setalah pasukan Israel lepas landas dari Bandara Entebbe. Setelah serangan, pasukan Israel kembali ke pesawat udara dan menaikkan tawanan ke atas pesawat. Tentara Uganda melepaskan tembakan saat proses transfer dilakukan. Pasukan komando Israel membalas tembakan, menyelesaikan transfer dan lepas landas dari Bandara Entebbe. Keseluruhan serangan memakan waktu kurang dari 30 menit dan seluruh 6 pembajak telah dibunuh. Yonatan Netanyahu merupakan satu-satunya komando Israel yang terbunuh. Dia tewas dekat dengan pintu masuk bandara, oleh seorang penembak jitu Uganda dari menara terdekat. Setidaknya lima lagi tentara Israel mengalami cidera. Dari 103 orang tawanan hanya tiga orang yang tewas dan sekitar 10 lainnya luka. Sejumlah 45 tentara Uganda tewas serbuan, dan sekitar 11 MiG-17 Angkatan Udara Uganda yang berada di darat dimusnahkan di Bandara Entebbe. Tawanan yang diselamat diterbangkan tidak lama kemudian melalui Nairobi ke Israel. Dora Bloch, seorang tawanan usia 75 tahun yang sedang pulih dari episode menakutkan, mati di rumah sakit Mulago di Kampala Setelah serbuan Israel. Pada April 1987, Henry Kyemba, Menteri Keadilan Uganda pada masa itu memberitahu Organisasi HAM Uganda bahwa Dora Bloch telah diculik dari rumah sakit dan dibunuh oleh dua orang tentara, atas perintah Idi Amin. Jasad Bloch ditemukan dekat kebun tebu 32 km (20 mil) timur Kampala pada 1979, setelah perang Uganda-Tanzania yang membawa berakhirnya pemerintahan Idi Amin. 






Salah satu sebab mengapa serbuan dapat dapat dirancang dengan berhasil karena banggunan di mana tawanan ditahan dibuat oleh perusahan arsitektur milik rakyat Israel.Perusahaan-perusahaan Israel sering terlibat dengan proyek pembangunan di Afrika ketika 1960-an dan 1970-an. Perusahaan yang membangun terminal bandara tersebut masih menyimpan rancang bangun terminal, dan telah memberikan kepada pemerintah Israel.Namun, yang lebih penting adalah Mossad (Dinas Rahasia Israel) telah membuat gambaran yang tepat mengenai tempat tawanan ditahan, jumlah pembajak dan keterlibatan tentara Uganda melalui wawancara yang diperoleh dari tawanan yang dibebaskan di Paris. Ketika merencanakan operasi, militer Israel telah membuat replika sebagian dari bangunan bandara dibantu oleh beberapa orang Israel yang telah terlibat dalam pembangunan terminal bandara. Telah diakui oleh peneliti bahwa setelah tiba di maskas tentara untuk membuat replika banggunan (tidak menyadari sebelumnya apa yang mereka harus lakukan) para kontraktor Israel telah diundang makan malam besama dengan komandan markas tersebut. Ketika makan malam, mereka diberitahu bahwa setelah selesai pembangunan replika, untuk kepentingan keamanan negara, mereka akan ditahan sebagai tamu tentara dalam beberapa hari. Dalam jumpa pres dengan perancang serbuan Mookie Betzer dan Associated Press 4 Juli 2006, pegawai operasi Mossad mewancarai tawanan yang dilepaskan. Dan hasilnya, ada sumber informasi penting, merupakan penumpang, Yahudi Prancis yang telah dilepaskan secara tak sengaja bersama dengan tawanan bukan Yahudi. Betzer melaporkan bahwa pria tersebut pernah menjalani latihan militer dan memiliki daya ingat luar biasa, mengizinkan dia memberi informasi mengenai jumlah dan senjata pembajak, bersama dengan informasi-informasi penting yang lain. Dalam minggu sebelum serbuan, Israel telah mencoba beberapa pendekatan politik untuk membebaskan tawanan -tawanan tersebut. Banyak sumber menunjukkan bahwa kabinet Israel telah siap untuk membebaskan penduduk Palestina dari tahanan jika pendekatan militer menemukan kegagalan. Seorang pejabat Tentara Pertahanan Israel IDF, Baruch 'Burka' Bar-Lev, telah beberapa tahun mengenal Idi Amin dan dihitung memiliki hubungan pribadi yang kuat dengannya. Atas permintaan kabinet beliau telah berbicara dengan Idi Amin berkali-kali melalui telepon, mencoba untuk mendapatkan kebebasan untuk para tawanan tapi tidak berhasil. Pemerintah Uganda menyampaikan protes ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), karena Israel telah melanggar kedaulatan Uganda. Indonesia kala itu juga ikut mengutuk aksi pasukan Sayeret Matkal dalam Operasi Entebbe. Tetapi PBB malah membenarkan aksi militer Israel itu, yang dilakukan demi menyelamatkan warganya yang tersandera. Duta besar Israel, Chaim Herzog berkata:











We come with a simple message to the Council: we are proud of what we have done because we have demonstrated to the world that a small country, di Israel 's circumstances, dengan yang the members of this Council are by now all too familiar, the dignity of man, human life and human freedom constitute tertinggi values. We are proud not only because we have saved the lives of over a hundred innocent people - men, women and children - but because of the significance of our act for the cause of human freedom.

Karena menolak meninggalkan pesawat, Captain Bacos di mendapat peringatan keras oleh perusahaanya, Air France dan dibebastugaskan untuk beberapa waktu. Popularitas perdana menteri Yitzhak Rabin melambung setelah operasi Entebbe. Dari cerita diatas wajar saja kemampuan pasukan khusus israel menduduki peringkat ke 2 di dunia diatas indonesia yang menduduki peringkat ke 3 dunia yang berhasil dengan Operasi Woyla


Sumber : http://rixco.multiply.com/journal/item/623/OPERASI-ENTEBBE-OLEH-PASUKAN-KHUSUS-ISRAEL-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar