Senin, 02 Juli 2012

PHN Tentukan Batas Maritim Negara

KD Perantau (photo: Militaryphotos)

Salah satu tugas anggota PHN adalah mengkaji dan meneliti peta hidrogafi negara.
SEJARAH pengukuran hidrografi di perairan Malaysia dimulai sejak abad ke-18 oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris (TLDB).

Pengunduran Inggris dari Tanah Melayu telah memberi ruang kepada Angkatan Laut Diraja Malaysia (TLDM) mewujudkan layanan hidrografinya sendiri tanpa bantuan dari TLDB.

Pada awal 1965, kelompok pertama pejabat dan anggota hidrografi TLDM telah dikirim menjalani pelatihan di Australia.

Pendirian Cabang Hidrografi dalam TLDM direalisasikan pada 1969 dan kapal penyapu ranjau yang telah dimodifikasi merupakan aset pertama digunakan sebagai alat pengukuran hidrografi.

Pada 31 Oktober 1972, TLDM ditunjuk sebagai agen yang bertanggung jawab melaksanakan pengukuran hidrografi di Malaysia oleh Kabinet.

Sejak itu, pembangunan dan peranan yang dimainkan oleh Cabang Hidrografi TLDM terus berkembang sesuai dengan keterlibatan negara dalam Organisasi Hidrografi Internasional (IHO) pada 1975.

Melalui keterlibatan tersebut, secara tidak langsung Direktur Hidrografi merupakan wakil resmi pemerintah Malaysia ke konferensi IHO yang diadakan setiap lima tahun.

Dari segi aset pengukuran, kapal hidrografi pertama yaitu Kapal Diraja (KD) Mutiara telah diperoleh pada 1977 untuk meningkatkan kemampuan pengukuran hidrografi TLDM sehingga memungkinkan penerbitan carta nautika yang pertama dibuat pada 1984.

Ia diikuti pengadaan kapal hidrografi kedua yaitu KD Perantau pada 1998 yang dilengkapi sistem pengukuran terakhir dan tercanggih di kawasan Asia Tenggara saat itu.

Dalam pada itu, proses penerbitan Grafik navigasi Elektronik (ENC) telah mulai diterbitkan pada 2000 dan hingga kini, 103 sel ENC telah diterbitkan untuk pasar internasional atau penggunaan domestik.

Pendirian Pusat Hidrografi Nasional (PHN) secara dasarnya telah YG di bawah program Pembangunan Khusus Angkatan Tetap (Perista) sejak 1979.

KD Mutiara (photo: Aus DoD)

Namun, pada sebab-sebab tertentu pembangunan PHN hanya dapat dilaksanakan pada 2002 dan selesai pada 2005.

Pembangunan PHN dilaksanakan secara bertahap-tahap melibatkan daerah paya bakau yang ditebus guna seluas 50 hektar di Pulau Indah, Pelabuhan Klang, Selangor.

Sehingga kini, pembangunan hanya melibatkan fase pertama mencakup pembangunan Gedung Administrasi, Bangunan Cetak, Blok Kediaman Bujang, Bangunan Kartografi dan Oseanografi, Gedung KD Sri Klang (KDSK), Jeti dan Gedung Senjata yang disiapkan pada 15 Oktober 2005.

Hari Hidrografi Sedunia

Sambutan Hari Hidrografi Sedunia telah ditetapkan pada 21 Juni setiap tahun sejak 2005. Tanggal itu dipilih untuk memperingati hari pendirian Biro Hidrografi Internasional (IHB) pada 1921 di Prancis. Biro tersebut ketika itu hanya disertai oleh 19 negara.

Pada 1970, IHO telah didirikan untuk menggantikan IHB. Namun, IHB masih dipertahankan hingga kini sebagai badan yang mengelola administrasi IHO. Untuk mengakui peran yang telah dimainkan oleh IHB, IHO dan komunitas hidrografi internasional, deklarasi tanggal sambutan Hari Hidrografi Sedunia telah dilakukan secara resmi melalui satu resolusi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 29 Juni 2005.

Tema sambutan hari hidrografi sedunia pada tahun ini adalah Kerjasama Hidrografi Internasional Katalisator Keamanan Pelayaran '.

Keahlian Bidang Hidrografi

Tugas asal layanan hidrografi TLDM adalah melaksanakan pengukuran hidrografi dan penghasilan produk nautika untuk penggunaan pelayaran di perairan negara.

Produk yang dihasilkan lebih mengutamakan kebutuhan pertahanan dan keamanan pelayaran.

Namun, peran tersebut telah meningkat mencakup berbagai cabang bidang hidrografi seperti oseanografi, kartografi dan meteorologi sesuai dengan perkembangan industri maritim dan pertahanan negara.

Kontribusi

Kontribusi warga hidrografi TLDM terhadap industri maritim negara begitu sinonim dengan keberadaan PHN sendiri sebagai sebuah badan yang layak dan bertanggung jawab untuk melaksanakan pengukuran hidrografi di Malaysia.

IHO mendefinisikan hidrografi sebagai satu cabang ilmu terapan yang berkaitan dengan pengukuran dan penjelasan fitur-fitur fisik lautan, laut, kawasan pesisir pantai, danau dan sungai serta prediksi perubahan ke atas elemen tersebut menurut peredaran waktu.

Ia untuk tujuan keamanan pelayaran dan mendukung aktivitas-aktivitas kelautan lainnya termasuk pembangunan ekonomi, keamanan dan pertahanan, penelitian ilmiah dan perlindungan lingkungan.

Definisi tersebut cukup menggambarkan kepentingan dan kontribusi bidang hidrografi kepada negara.

Ia tidak terbatas kepada anggota hidrografi TLDM, tetapi juga melibatkan individu yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam bidang itu di negara ini.

Sebagian besar sumber ekonomi negara datangnya dari laut melalui perikanan, perkapalan, cari gali minyak. Laut ini merupakan jalur masuk dan keluar komoditas utama negara.

Untuk memungkinkan semua aktivitas tersebut berjalan dengan lancar, carta navigasi dibutuhkan sebagai referensi untuk menentukan posisi suatu daerah atau platform (kapal, anjungan minyak dan sebagainya) di laut.

Grafik navigasi ini memungkinkan seluruh perairan negara ditelusuri untuk eksplorasi dan eksploitasi sumber asli yang ada di dasarnya.Menggunakan tabel navigasi ini, sebuah kapal dapat berlayar dengan aman.

Singkatnya, kontribusi warga hidrografi TLDM ke industri maritim negara lebih pada memastikan keamanan pelayaran di perairan negara melalui penerbitan produk nautika.

Kontribusi yang diberikan juga melibatkan isu-isu teknis perbatasan zona maritim negara, penelitian ilmiah kelautan, penelitian hidraulik, pengembangan pesisir pantai, wisata dan sebagainya

Secara umum, TLDM memiliki dua platform yang dapat melaksanakan pengukuran hidrografi di laut yaitu kapal hidrografi KD Mutiara dan KD Perantau.

KD Mutiara mulai beroperasi dalam layanan TLDM pada 1977. Selain dilengkapi sistem pengukuran hidrografi, ia juga dilengkapi empat kapal ukur dan dua kapal kerja untuk pengukuran di daerah dangkal.

KD Perantau yang mulai beroperasi pada 1998 telah dirancang dan dilengkapi khusus untuk operasi pengukuran hidrografi serta melaksanakan pengamatan meteorologi dan cerapan oseanografi.

Ia juga dilengkapi sistem pengukuran terakhir untuk navigasi dan hidrografi seperti Navigation and Command System (NACOS) dan Digital Survey and Mapping System 'HYDROMAP'.

Peralatan lainnya termasuk Sistem perbedaan Pemposisian Universal (DGPS), Pemerum Gema Multi Sisi, Hull Mounted Acoustic Current Profiller (ADCP) dan perlengkapan lain untuk operasi oseanografi dan meteorologi. Kapal itu juga dilengkapi dua buah kapal ukur yaitu Bot Ukur Merkurius dan Pluto. Kedua kapal tersebut bermarkas di Pangkalan TLDM Lumut.

( Utusan )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar