Jihad-Defence-Indonesia - TEHRAN : Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan Iran telah memasuki tahapan “boster” pengayaan uranium setelah berhasil menginstal semua alat sentrifugal yang dibangun di di situs bawah tanah Fordo.
Pengamat nuklir IAEA juga meyakini persedian material nuklir Iran bisa dengan cepat dijadikan Bom Atom dan semakin dekat dengan jumlah material yang dibutuhkan untuk membuat sebuah bom.
“The installation of equipment at Iran’s Fordo uranium enrichment plant was now complete”, ujar Staf IAEA.
Selain itu, dari pemantauan satelit di Pangkalan Militer Parchim ditemukan bukti adanya kegiatan terkait riset senjata nuklir.
Namun Iran menyangkal dan mengatakan kegiatan nuklirnya bersifat damai.
Senjata dan Tahapan Uranium
Seorang pakar menganalisa, jika Iran menggunakan mesin baru di Fordo untuk memperkaya uranium hingga tingkat kemurnian 20 persen, secara teknis hal itu tidak jauh dari tingkat yang dibutuhkan untuk membuat bom. Iran juga bisa meningkatkan produksi uranium 15 kilo per bulan menjadi sekitar 45 kilogram, jika mereka mau.
Untuk membuat satu bom dibutuhkan 20 persen dari 230 Kg uranium yang telah diperkaya, untuk dikonversi menjadi 90 persen material satu bom nuklir.
Namun sejumlah pakar masih berdebat, apakah Iran memutuskan untuk melompat dan memperkaya hingga ke tingkat bom nuklir ?. Jika hal itu dilakukan, maka tindakan Iran akan dengan mudah dideteksi oleh IAEA. Selain itu, untuk membuat bom nuklir juga dibutuhkan berbagai macam kegiatan lainnya.
“Iran tetap membutuhkan waktu dalam hitungan tahun, bukan bulan untuk memiliki senjata nuklir, jika mereka memilih untuk mengejar kemampuan itu,” ujar Daryl Kimball dari Arms Control Association.
Pakar Nuklir Amerika Serikat, John Large mengaku aneh dengan laporan IAEA tersebut, karena disampaikan di saat situasi di Timur Tengah sedang memanas. Mengapa IAEA mempublikasikannya beberapa hari setelah Israel membombardir Gaza dan Israel menuduh Iran telah mengirim rudal Fajr-5 ke Gaza ?.
“It is not experts like me or Western politicians that we should be concerned about, but Israel’s interpretation of the Iranian moves that is the real problem here.”, ujar John Large.
“Siap Feeding”‘
Laporan IAEA bulan Agustus 2012 mencatat Iran telah memasang sekitar 640 sentrifugal baru – mesin yang memperkaya gas uranium dengan memutarnya pada kdcepatan supersonik – di Fordo, dan 700 lebih yang “siap untuk feeding.
Namun laporan lain IAEA menunjukkan, Iran telah menggunakan 40 persen hasil proses pemurnian uranium tingkat tinggi itu untuk kebutuhan riset di reaktor mereka, sehingga sulit untuk dikonversi kembali menjadi bahan senjata nuklir.
” Iran tampaknya melakukan kalibrasi agar tidak membuat kemajuan besar sekaligus bisa memicu krisis,” ujar Pengamat militer Mark Fitzpatrick di London kepada kantor berita AFP.
Di saat yang sama, Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan enam resolusi yang menyerukan Teheran untuk menghentikan pengayaan uranium. Karena Iran dianggap membandel, negara-negara Barat akhirnya sekaligus memberlakukan sanksi tambahan, yang tahun ini mulai mempengaruhi perekonomian Iran.
Israel adalah negara yang paling berang atas perkembangan nuklir Iran. Israel menyatakan tidak akan mengesampingkan aksi militer untuk mencegah Iran dari kepemilikan senjata nuklir.
Namun Iran dalam rangkaian pertemaun di Wina dan Teheran, bersikeras menolak laporan IAEA dan menganggapnya sebagai pemalsuan yang disediakan oleh badan intelijen asing. Para pakar IAEA di Iran dianggap bekerja di bawah intimidasi dari pihak tertentu.
Iran mengaku berang dengan sikap Israel yang begitu sibuk memantau proses rekayasa nuklir mereka, sementara Israel sendiri tidak pernah mau menandatangani perjanjian nonproliferasi nuklir untuk mencegah penyebaran senjata nuklir.
“Saat ini hanya Israel yang tidak menandatangani Non-Proliferation Treaty di kawasan Timur Tengah, meskipun telah berulang kali didesak komunitas Internasional”, ujar perwakilan IAEA IRAN, Ali Asghar Soltanieh.
“Kebebasan dan stabilitas di Timur Tengah tidak bisa dicapai ketika suatu rezim menumpuk arsenal nuklir secara masif dan mengancam keamanan regional dan dunia”, tambahnya.
Perdebatan antar kedua negara telah begitu panjang dan tidak ada habis dan meletihkan banyak pihak. Kemungkinan besar ujung-ujungnya akan berakhir dengan solusi militer.
Akankah Israel berhasil mengelabui AS untuk ikut menyerang Iran, atau Israel bertempur sendiri melawan Iran ?.
Dalam perang 8 hari, banyak pihak Israel menuntut agar Hamas melakukan perang terbuka dengan Israel dan tidak bersembunyi di balik permukiman penduduk.
Akankah tantangan yang lantang dan terkesan lelaki itu berani disampaikan Israel ke negara yang memiliki kemampuan militer baik seperti Iran ?.
Sejumlah pakar militer dan Jenderal Purnawirawan AS menganalisa, Israel tidak memiliki kemampuan untuk menyerang Iran, jika seorang diri.
Sumber : KLIK DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar