Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta: Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menolak anggapan sabotase dalam peristiwa terbakarnya KRI Klewang di Banyuwangi, Jawa Timur pekan lalu. Panglima menegaskan, kapal dengan kemampuan antideteksi rudal tersebut terbakar akibat arus pendek listrik.
Penyebab itu diketahui TNI seusai menerjunkan sejumlah personel untuk melihat penyebab terjadinya kebakaran. "Tidak ada sabotase. Karena kapal belum rapih dan ada korsleting listrik, jadi terjadi kebakaran," kata Panglima Agus saat ditemui di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan), Senin (1/10).
Selain itu, ungkap dia, penyebab lainnya adalah belum berfungsinya sejumlah peralatan, sehingga penanggulangan tidak bisa dilakukan dan menghabiskan seluruh badan kapal.
Kendati demikian, Agus mengatakan bahwa peristiwa terbakarnya kapal seharga Rp 114 miliar tersebut masih menjadi tanggung jawab PT Lundin selaku pemilik.
Pasalnya kapal tersebut masih dalam proses pembangunan dan uji coba. Namun, TNI AL memastikan bahwa peristiwa tersebut menjadi pelajaran bagi produsen kapal untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang, terutama pada pemasangan instalasi listrik dan pemaksimalan fasilitas kapal.
TNI AL Evaluasi KCR Trimaran
Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Soeparmo menilai ada hikmah dari terbakarnya KRI Klewang di area dermaga TNI AL di Banyuwangi, Jawa Timur. Menurut dia, peristiwa itu menjadi bahan evaluasi bagi masa depan kapal tersebut.
"Ini memang peristiwa menyedihkan. Di balik itu ada hikmahnya buat TNI AL. Kita akan evaluasi," kata Soeparmo saat rapat membahas anggaran 2013 di Komisi I DPR di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (1/10/2012) malam.
Rapat itu dihadiri Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Pramono Adhie Wibowo, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat, dan para petinggi TNI lainnya.
Soeparmo mengatakan, selain bisa menjadi bahan evaluasi, beruntung kebakaran terjadi sebelum kapal senilai Rp 144 miliar itu resmi diserahkan ke TNI AL. Dengan demikian, kapal masih menjadi tanggungjawab perusahaan pembuat sehingga akan diganti.
Soeparmo menjelaskan, awalnya kapal tersebut diluncurkan ke air pada 31 Agustus 2012 . Ketika itu, kapal masih ditangani oleh pekerja pabrik. Rencananya, tanggal 28 September akan dilakukan uji coba. Namun, karena belum ada persiapan peralatan, kata dia, uji coba ditunda.
Kapal kemudian terbakar Jumat pekan lalu. Ketika itu, kata dia, petugas pemadan kebakaran sudah berusaha memadamkan api. Namun, kencangnya tiupan angin dan aroma tiner membuat api membesar. Ketika itu, kata dia, kapal baru selesai dicat.
"Bahan itu kalau terbakar susah. Seperti bakar kemenyan, dibakar langsung habis. Sebab-sebab kebakaran masih diselidiki. Kemungkinan konslet listrik kemudian didukung oleh situasi kapal yang belum siap. Selama dua jam (terbakar) kapal enggak ada bekasnya karena langsung tenggelam," kata Soeparmo.
Soeparmo menambahkan, sebenarnya kapal itu belum diberi nama. Namun, publik sudah menyebut sebagai KRI Klewang. Nantinya, kata dia, kapal itu akan diberi nama oleh Menhan ketika diresmikan.
Penyebab itu diketahui TNI seusai menerjunkan sejumlah personel untuk melihat penyebab terjadinya kebakaran. "Tidak ada sabotase. Karena kapal belum rapih dan ada korsleting listrik, jadi terjadi kebakaran," kata Panglima Agus saat ditemui di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan), Senin (1/10).
Selain itu, ungkap dia, penyebab lainnya adalah belum berfungsinya sejumlah peralatan, sehingga penanggulangan tidak bisa dilakukan dan menghabiskan seluruh badan kapal.
Kendati demikian, Agus mengatakan bahwa peristiwa terbakarnya kapal seharga Rp 114 miliar tersebut masih menjadi tanggung jawab PT Lundin selaku pemilik.
Pasalnya kapal tersebut masih dalam proses pembangunan dan uji coba. Namun, TNI AL memastikan bahwa peristiwa tersebut menjadi pelajaran bagi produsen kapal untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang, terutama pada pemasangan instalasi listrik dan pemaksimalan fasilitas kapal.
TNI AL Evaluasi KCR Trimaran
Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Soeparmo menilai ada hikmah dari terbakarnya KRI Klewang di area dermaga TNI AL di Banyuwangi, Jawa Timur. Menurut dia, peristiwa itu menjadi bahan evaluasi bagi masa depan kapal tersebut.
"Ini memang peristiwa menyedihkan. Di balik itu ada hikmahnya buat TNI AL. Kita akan evaluasi," kata Soeparmo saat rapat membahas anggaran 2013 di Komisi I DPR di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (1/10/2012) malam.
Rapat itu dihadiri Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Pramono Adhie Wibowo, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat, dan para petinggi TNI lainnya.
Soeparmo mengatakan, selain bisa menjadi bahan evaluasi, beruntung kebakaran terjadi sebelum kapal senilai Rp 144 miliar itu resmi diserahkan ke TNI AL. Dengan demikian, kapal masih menjadi tanggungjawab perusahaan pembuat sehingga akan diganti.
Soeparmo menjelaskan, awalnya kapal tersebut diluncurkan ke air pada 31 Agustus 2012 . Ketika itu, kapal masih ditangani oleh pekerja pabrik. Rencananya, tanggal 28 September akan dilakukan uji coba. Namun, karena belum ada persiapan peralatan, kata dia, uji coba ditunda.
Kapal kemudian terbakar Jumat pekan lalu. Ketika itu, kata dia, petugas pemadan kebakaran sudah berusaha memadamkan api. Namun, kencangnya tiupan angin dan aroma tiner membuat api membesar. Ketika itu, kata dia, kapal baru selesai dicat.
"Bahan itu kalau terbakar susah. Seperti bakar kemenyan, dibakar langsung habis. Sebab-sebab kebakaran masih diselidiki. Kemungkinan konslet listrik kemudian didukung oleh situasi kapal yang belum siap. Selama dua jam (terbakar) kapal enggak ada bekasnya karena langsung tenggelam," kata Soeparmo.
Soeparmo menambahkan, sebenarnya kapal itu belum diberi nama. Namun, publik sudah menyebut sebagai KRI Klewang. Nantinya, kata dia, kapal itu akan diberi nama oleh Menhan ketika diresmikan.
Sumber : KLIK DISINI , KLIK DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar