Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta : Indonesia resmi menjalin kerja sama dengan Jerman terkait dengan pengadaan tank berat Leopard dan tank sedang Marder. Kerja sama itu meliputi transfer teknologi dan pengetahuan untuk merawat dan meng-upgrade dua jenis tank tersebut.
"Nantinya dapat dilakukan PT Pindad dan unit lainnya," kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, usai menyaksikan penandatanganan perjanjian tersebut di tengah Pameran Indodefence, di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis, 8 November 2012.
PT Pindad, Bengkel Pusat TNI AD, dan Bengkel Perhubungan TNI AD akan menjadi penerima transfer teknologi dari perusahaan Rheinmetall, Jerman. "Ini menjadi awal yang baik bagi kebangkitan industri pertahanan nasional kita," ujar Purnomo.
Kementerian Pertahanan juga berharap administrasi pembelian Leopard dapat segera rampung. "Kami berharap negosiasi bisa memasuki tahap final," ujar Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan, Mayor Jenderal TNI Ediwan Wibowo.
Negosiasi dengan Rheinmetall, menurut Ediwan, cukup alot. "Terutama soal jumlah yang masih terus kami bahas," kata dia. Kementerian Pertahanan sendiri berharap Leopard pesanan Indonesia itu dapat rampung pada 2014.
Ada tiga poin kesepakatan antara Kementerian Pertahanan dan Rheinmetall. Pertama, meliputi transfer pengetahuan terhadap perusahaan negara atau swasta lokal yang ditunjuk. "Berupa workshop, agar industri pertahanan lokal bisa memperbaiki kerusakan Leopard hingga taraf paling berat," kata Ediwan.
Kedua, menyangkut komponen lokal. "Rheinmetall akan melihat dengan material yang ada di Indonesia, komponen apa saja yang dapat dibuat," ujarnya. Namun, komponen tersebut tidak termasuk komponen besar. "Hanya komponen ringan."
Ada pula masalah pengadaan Leopard yang masih dibahas. Rencananya, Indonesia membeli Leopard Ri dan A24 beserta tank sedang Marder seberat 33 ton. Leopard Ri dibanderol US$ 1,7 juta atau sekitar Rp 16,4 miliar per unit. Indonesia dikabarkan memesan 61 tank Leopard Ri dan 42 Leopard 2A4 seharga US$ 700 ribu, atau Rp 6,7 miliar per unit.
Sebelumnya, pembelian Leopard sempat menuai kecaman dari Dewan Perwakilan Rakyat. Tank berat ini dinilai tidak cocok dengan kondisi geografis Indonesia. Rencana pembelian Leopard ke Belanda pun gagal akibat penolakan dari parlemen setempat. Tim negosiasi kemudian mengalihkan pembelian ke Jerman.
Sebelumnya Negosiasi Jumlah MBT Leopard Indonesia Belum Final
Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI masih belum menentukan jumlah pasti Main Battle Tank (MBT) Leopard yang dibeli dari perusahaan Jerman Rheinmetall.
Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan Mayjen Ediwan Prabowo mengatakan kepastian jumlah unit MBT Leopard atau Leopard Revolution masih dinegosiasikan.
"Untuk jumlah masih dalam tahap negosiasi, jadi kami belum bisa memberikan angka pasti," kata Ediwan usai menandatangani nota kesepahaman dengan Direktur Rheinmetall Harald Westernman di Jakarta, Kamis.
Namun, Kemhan berharap jumlah unit tank Leopard Revolution dapat sesuai dengan anggaran dan kebutuhan TNI AD, yaitu sebanyak dua batalyon.
Keberadaan tank tempur MBT Leopard, atau biasa disebut Leopard Revolution, memang dinanti-nantikan di Indonesia karena kemampuannya yang memiliki efek penangkal untuk pasukan tempur.
Pembelian Leopard 2 oleh Pemerintah Indonesia sempat menimbulkan pro dan kontra karena Pemerintah Federal Jerman dikabarkan belum memberikan ijin ekspor untuk kendaraan tempur baja tersebut.
Selain penandatanganan nota kesepahaman pengadaan tank Leopard Revolution juga ditandatangani nota serupa terkait alih teknologi (transfer of technology).
Rencananya, alih teknologi terkait pengadaan tank Leopard Revolution tersebut akan diberikan kepada PT Pindad, Bengkel Pusat Peralatan (Bengpuspal) Direktorat Peralatan Angkatan Darat (Ditpalad), serta Bengkel Pusat Perhubungan (Bengpushub) Direktorat Perhubungan Angkatan Darat (Dithubd).
Edwin prabowo mengatakan, setelah penandatanganan nota kesepahaman tersebut kedatangan tank Leopard 2 dapat segera terealisasikan.
Sementara itu, satu tank Leopard Revolution dan tank ringan Marder 1A3 sudah dipamerkan dalam pameran internasional Indo Defence.
Sumber : KLIK DISINI , KLIK DISINI
Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan Mayjen Ediwan Prabowo mengatakan kepastian jumlah unit MBT Leopard atau Leopard Revolution masih dinegosiasikan.
"Untuk jumlah masih dalam tahap negosiasi, jadi kami belum bisa memberikan angka pasti," kata Ediwan usai menandatangani nota kesepahaman dengan Direktur Rheinmetall Harald Westernman di Jakarta, Kamis.
Namun, Kemhan berharap jumlah unit tank Leopard Revolution dapat sesuai dengan anggaran dan kebutuhan TNI AD, yaitu sebanyak dua batalyon.
Keberadaan tank tempur MBT Leopard, atau biasa disebut Leopard Revolution, memang dinanti-nantikan di Indonesia karena kemampuannya yang memiliki efek penangkal untuk pasukan tempur.
Pembelian Leopard 2 oleh Pemerintah Indonesia sempat menimbulkan pro dan kontra karena Pemerintah Federal Jerman dikabarkan belum memberikan ijin ekspor untuk kendaraan tempur baja tersebut.
Selain penandatanganan nota kesepahaman pengadaan tank Leopard Revolution juga ditandatangani nota serupa terkait alih teknologi (transfer of technology).
Rencananya, alih teknologi terkait pengadaan tank Leopard Revolution tersebut akan diberikan kepada PT Pindad, Bengkel Pusat Peralatan (Bengpuspal) Direktorat Peralatan Angkatan Darat (Ditpalad), serta Bengkel Pusat Perhubungan (Bengpushub) Direktorat Perhubungan Angkatan Darat (Dithubd).
Edwin prabowo mengatakan, setelah penandatanganan nota kesepahaman tersebut kedatangan tank Leopard 2 dapat segera terealisasikan.
Sementara itu, satu tank Leopard Revolution dan tank ringan Marder 1A3 sudah dipamerkan dalam pameran internasional Indo Defence.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar