Sabtu, 08 Februari 2014

PESAWAT TEMPUR KFX-IFX MULAI PEMILIHAN DESAIN

Pihak Korea Selatan (Korsel) pernah menganggap enjinir Indonesia tak mengerti tentang 

perancangan jet tempur. Tetapi anggapan itu segera berbalik, ketika tim Indonesia 

memaparkan desain dan berbagai masukan. Pihak Indonesia pula lah yang akhirnya 

berhasil menyakinkan bahwa berat lepas-landas pesawat harus sebesar 50.000 pound.
 

 
Jihad-Defence-Indonesia - JAKARTA : Konfirmasi dari Parlemen Korea Selatan (Korsel) 

tentang dilanjutkannya program KFX/IFX disambut hangat  tim perancang dari Indonesia. 

Mereka di antaranya meminta kedua pemerintahan segera memanggil para enjinir yang 

terlibat untuk mempersiapkan pekerjaan yang telah lama tertunda. Mereka juga 

menginginkan pemerintah kedua negara memastikan satu dari dua desain yang telah 

dihasilkan dalam Fase Technology Development untuk digarap dalam fase selanjutnya.
 

 
“Program KFX/IFX adalah program multi-years, berbiaya besar, serta melibatkan berbagai 

sektor dan rekanan asing. Untuk itu memang harus ada deklarasi yang pasti tentang 

kelanjutannya. Bagi Indonesia  ini penting  untuk menentukan skema pembiayaan dan 

perencanaan SDM-nya,” ungkap Dr Rais  Zain, M.Eng, KFX/IFX Configuration Design 

Leader kepada Angkasa, akhir Januari lalu.
 

 
“Dalam waktu dekat Indonesia juga akan menggarap N219 dan R-80.  Kita tak punya cukup

 enjinir untuk menggarap ketiga program, apalagi KFX/IFX akan berlangsung sampai 2020-

an. Pemerintah diharapkan bisa memanggil pulang enjinir yang kini bekerja di luar negeri 

untuk ikut membantu proses regenerasinya. Di luar ada sekitar 200 orang. Jika 

setengahnya saja bisa kembali ke Tanah Air, itu sudah cukup membantu,” tambah Rais 

yang juga dosen di Fakultas Teknik Penerbangan ITB, Bandung.
 

 
Seperti diberitakan berbagai media nasional, konfirmasi tentang kelanjutan program

 pembuatan front-liner jet fighter Korea-Indonesia diterima Kementerian Pertahanan RI 

pada 3 Januari 2014. Pemberitahuan ini selanjutnya diumumkan Menteri Pertahanan 

Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan, Rabu, 8 Januari 2014, di sela-sela  Rapim 

Kemenhan di Jakarta. Penjelasan disampaikan terkait paparan rencana pengadaan alut sista 

dalam Renstra II, 2015-2019.
 

 
Pemerintah Indonesia berharap proyek pembuatan jet tempur generasi 4,5 itu bisa 

terlaksana karena bakal jadi rujukan program alih teknologi untuk melepas ketergantungan 

dari negara lain. Selain KFX/IFX, Indonesia  juga tengah mengejar program pembuatan 

kapal selam, kapal perang, propelan, roket, dan tank ukuran medium. Untuk kapal selam, 

Indonesia  juga menjalin kerjasama dengan negara yang sama.
 

 
Lebih Unggul Dari Su-35

 
Program KFX/IFX dihentikan sementara oleh pemimpin baru Korea Park Geun-Hye akhir

  2012 setelah meninjau kondisi finasial di negaranya. Proyek prestisius ini digarap sejak 

awal 2011, tak lama setelah Presiden Lee Myung-bak dan Presiden Susilo Bambang 

Yudhoyono mengukuhkan kerjasama bilateral di bidang pertahanan di Jakarta. Dari 

Fase Technology Development yang telah dituntaskan, tim ilmuwan telah menyelesaikan 

sejumlah desain yang kemudian mengerucut menjadi dua.
 

 
Kedua desain itu adalah model jet tempur siluman peraih keunggulan udara bermesin ganda

 denganhorizontal-tails di belakang, dan satunya lagi dengancanards di depan. “Masing-

masing punya konsekuensi pembiayaan dan mitra kerja berbeda. Maka, memang harus 

diputuskan lebih dulu mana yang dipilih.  Ini penting agar manakala  dilanjutkan, semua 

pihak siap mengerjakannya,” terang Rais Zain, yang sehari-hari dosen di Fakultas Teknik 

Mesin Dirgantara, ITB, Bandung.
 

 
Seperti dikemukakan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, parlemen Korea telah menyiapkan  

20 juta dolar AS (sementara, Indonesia: 5 juta dolar) untuk melanjutkan program ini pada 

 2015. Saat itu, tim akan masuk ke FaseEngineering Manufacturing Development. Selain 

harus memiliki mesin dengan tenaga dorong  tinggi agar mampu bertarung di udara, 

pesawat juga harus memiliki persenjataan yang disimpan di dalam internal weapon 

baydata-link yang mampu mengacak komunikasi, radar advanced pemilih sasaran, dan 

perangkat anti-jamming.
 

 
Prototipe diharapkan selesai pada akhir Renstra II. Kalau pun ada hal yang perlu dikritisi, 

itu adalah soal operation requirement  yang lebih banyak ditentukan pihak AU Korea. Hal 

ini tak bisa dielakkan karena Korea menanggung  80 persen pendanaan, dan negeri ini 

benar-benar memiliki musuh yang nyata. Program ini ditargetkan menelurkan jet tempur 

dengan performa yang sepadan atau lebih unggul dari jet tempur lawan yang di antaranya 

adalah Sukhoi Su-35.
 

 
Prasyarat tersebut dengan sendirinya menepis desain tandingan yang diajukan KAI (Korean 

Aerospace Industrie) baru-baru ini, alih-alih untuk memangkas biaya pengembangan  yang  

kelewat besar. Dalam konfigurasinya (lihatAngkasa, Desember 2013), tampak KFX tipe E 

ini hanya ditenagai satu mesin dengan persenjataan di luar yang rawan sapuan radar lawan. 

Angkasa mencermati kekaguman ADD (Agency for Defence Development, Balitbang

 Pertahanan Korea) yang disampaikan kepada tim enjinir Indonesia.  Awalnya, pihak Korea 

memang sempat menganggap tim Indonesia  tak mengerti soal perancangan jet tempur. 

, anggapan itu berbalik ketika enjinir Indonesia mulai memaparkan desain dan berbagai 

masukan terhadap desain Korea. Pihak Indonesia pulalah yang akhirnya memastikan bahwa 

pesawat harus memiliki berat tinggal landas sebesar 50.000 pound.

Sumber : KLIK DISINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar