TNI dan polisi terus mengejar pelaku. Ada indikasi ekses Pilkada.
Jihad-Defence-Indonesia - Puncak Jaya : Helikopter Super Puma milik TNI di Papua ditembaki oleh kelompok bersenjata, Jumat 22 Februari 2013. Kaca helikopter pecah diterjang peluru para penyerang. Satu kru tertembak.
Helikopter itu tadinya hendak mengevakuasi delapan jenazah prajurit TNI yang tewas akibat serangan oleh sekelompok orang bersenjata, pada Kamis 21 Februari 2013. Tapi akibat tembakan itu, Super Puma terpaksa mengamankan diri di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak.
Aparat menunda evakuasi karena gangguan ini. TNI belum bisa memastikan kapan proses evakuasi jenazah ke Mulia akan dilakukan.
"Kami menunggu situasi aman. Kami tidak ingin jatuh korban lagi, karena evakuasi ke Mulia yang jaraknya 80 kilometer dari Sinak, satu-satunya cara menggunakan helikopter," kata Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksamana Iskandar Sitompul kepada VIVAnews.
Juru bicara Kodam 17 Cenderawasih Letkol Inf Jansen Simanjuntak menuturkan, salah satu dari 3 helikopter yang melakukan evakuasi, ditembaki saat berada di Sinak. "Memang sempat ditembaki, tapi masih bisa terbang," kata Jansen.
Para korban gugur itu akan diterbangkan ke ke Jayapura, dan disemayamkan di Makodam Cenderawasih di Polimak. "Ini untuk upacara terakhir sebelum jenazah diberangkatkan ke kota asal masing-masing," dia menambahkan.
Jenazah para prajurit itu akan diterbangkan ke sejumlah daerah yakni Makassar, Jakarta, Sidoarjo, Kupang dan Nabire. Yang mengalami luka tembak di lengan kiri akan dievakuasi ke Rumah Sakit TNI Marthen Indey di Jayapura.
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengungkapkan penyerang heli dilaporkan berasal dari salah satu rumah di Distrik Sinak. Mendapat serangan itu, Heli tidak jadi mendarat.
“Karena itu evakuasi kita lakukan jalan darat dari Tingginambut ke Puncak Jaya. Nanti dari Puncak Jaya menggunakan helikopter ke Jayapura. Di sana jenazah akan disemayamkan, setelah itu akan dikirim ke daerah masing-masing sesuai permintaan keluarga. Itu perkembangan terakhir," katanya di Kantor Presiden.
Kepala Badan Intelijen Negara Mariano Norman mengungkapkan siang ini aparat telah berhasil mengevakuasi jenazah anggota TNI dari Distrik Tingginambut. ”Sekarang ini yang di Tingginambut sudah dievakuasi kemudian akan dimakamkan di Yogya. Sudah berjalan, tetapi yang di Sinak saat akan dievakuasi ada insiden penembakan terhadap helikopter yang akan evakuasi itu,” katanya.
12 tewas, 4 luka
Informasi mutakhir dari kepolisian menyebutkan korban tewas adalah 12 orang, dan 4 luka-luka. Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Agus Rianto mengatakan, 12 korban itu terdiri dari, 8 anggota TNI dan 4 masyarakat sipil. "Sementara untuk yang luka-luka ada 5. Satu TNI, dan 4 sipil," kata Agus Rianto di Jakarta.
Agus merinci lokasi para korban yang terkena tembakan itu, yakni di Tingginambut 1 orang tewas, dan 1 luka. Kemudian di Sinak 11 tewas, dan 4 luka-luka.
"Untuk korban di Tingginambut, informasi terakhir sudah dievakuasi ke Jayapura. Sementara, di Sinak, masih menunggu informasi lebih lanjut," katanya.
Agus menegaskan Polri bersama pasukan TNI masih mengejar para pelaku. Dia berharap penembakan brutal ini bisa terungkap. "Ini menjadi peristiwa terakhir yang tidak terulang lagi di masa mendatang," ucapnya.
Pada Kamis kemarin terjadi dua kali penyerangan. Penyerangan pertama terjadi sekitar pukul 09.30 WIT, di Distrik Tingginambut. Satu tentara tewas, satu lainnya terluka. Sementara, pada penyerangan ke dua di Distrik Sinak menyebabkan tujuh tentara tewas. Sehingga, ada 8 tentara tewas dalam dua serangan ini.
Pada pukul 08.00 WIT, tiga dari delapan pekerja sudah berada di lapangan terbang Sinak menunggu kedatangan pesawat. Sedangkan lima lainnya masih dalam perjalanan menuju lapangan terbang. Mereka berjalan tidak jauh dari rombongan 12 anggota TNI yang akan mengambil logistik ke Bandara Illaga.
Di tengah perjalanan, terjadilah penyergapan oleh kelompok bersenjata terhadap 12 anggota TNI. Penembakan itu membuat lima pekerja bangunan yang berada tidak jauh dari rombongan TNI itu menjadi panik. Mereka berusaha mencari tempat berlindung, namun tidak berhasil. Sehingga, empat di antaranya tertembak dan tewas.
Empat warga sipil yang meninggal dunia itu adalah Yohanis Palimbong (pengawas proyek), Markus Cavin Rendenan (Payu), Uly, dan Rudy. Sedangkan Yohanis Jhoni kondisinya kritis akibat luka tembak. Para korban tewas itu rencananya akan diterbangkan ke Timika pagi ini. Sedangkan korban yang kritis diterbangkan ke Jayapura.
Salah satu kerabat para korban, Speedy, membenarkan kabar ini. Speedy yang berprofesi sebagai jurnalis ini mengaku dua kerabatnya menjadi korban penembakan ini. "Markus Cavin Rendenan alias Payu masih sepupu, sedangkan yang kritis yakni Yohanis Jhoni adalah om saya," ungkap Speedy.
Cuaca Buruk
Aparat mengalami kesulitan saat proses evakuasi dari Puskesmas Sinak menuju Bandara Sinak karena hanya bisa dilalui dengan jalan kaki. Tidak ada lapangan terbuka di sekitar puskesmas. Jalan kaki sangat memakan waktu.
Kelompok bersenjata yang masih berkeliaran di lokasi itu, sehingga menyulitkan evakuasi. Sebab itu, Kodam 17 Cenderawasih mengirim 10 personel terlatih dari Yonif 751 untuk mengamankan jalannya proses evakuasi.
"Hingga kini, kami belum bisa memukul mundur kelompok bersenjata secara mutlak. Hanya beberapa kilometer saja," kata Juru bicara Kodam 17 Cenderawasih Letkol Inf Jansen Simanjuntak.
Meski gangguan kelompok itu dari jauh, tapi cukup menyulitkan. “Biarpun jauh tapi peluru kan tidak ada matanya."
Di sisi lain, kelompok bersenjata ini sangat menguasai medan sehingga sulit bagi TNI menghalau mereka. "Mereka juga tidak pusing dengan cuaca," ujar dia menambahkan.
Evakuasi sebelumnya dijadwalkan tiba pukul 08.00 WIT, masih tertunda akibat cuaca di lokasi kejadian masih berkabut. Hingga pukul 13.30 Wita, delapan jenazah prajurit itu belum tiba di Markas Kodam Polimak Jayapura. Namun 8 peti jenazah sudah disiapkan berikut upacara militer, sebelum diterbangkan ke kampung halaman masing-masing.
Sjafrie mengatakan pemerintah belum berencana menambah pasukan di Papua. "Ini bisa dikendalikan komando operasi yang ada di lapangan," tegas dia. Sjafrie menambahkan, pemerintah ingin mengedepankan pendekatan kesejahteraan untuk menyelesaikan masalah Papua.
Ekses Pilkada
Menyikapi peristiwa ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggelar rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden, Jumat siang, 22 Februari 2013. Rapat dihadiri oleh Menko Polhukam Djoko Suyanto, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kepala BIN Letjen TNI Marciano Norman, Kapolri Jenderal Timur Pradopo dan sejumlah menteri terkait lainnya.
Presiden Yudhoyono menilai kasus penembakan brutal itu dapat mengganggu upaya pemerintah menjaga situasi keamanan di Papua. Karena itu, negara harus mengambil langkah yang cepat dan tepat mengatasi dan menyelesaikan masalah itu.
”Saya ulangi lagi, cepat dan tepat. Itulah yang hendak kita lakukan,” kata SBY saat memberikan pengantar rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat siang.
Usai rapat, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto menyampaikan keterangan pers. Menurut Djoko, masalah Papua merupakan isu sensitif baik domestik maupun dunia internasional. Presiden sangat menyesalkan penembakan anggota TNI dan warga sipil tersebut.
Presiden menegaskan pemerintah tetap memilih pendekatan kesejahteraan dan ekonomi. Tidak ada perubahan pendekatan. Tetapi, apabila ada pihak-pihak yang menggangu keamanan masyarakat dan mengingkari kedaulatan NKRI di Papua, harus disikapi tegas dan jelas.
“Jadi tidak boleh ada upaya-upaya yang melanggar ketertiban dan kedaulatan negara kita. Tetapi semua itu harus dilakukan secara tepat dan terukur,” ujarnya.
Menurutnya, pemerintah akan mengambil langkah-langkah yang tepat dan proporsional menangani persoalan itu. Tidak dengan cara-cara pembalasan dendam. Tidak ada peningkatan status apapun di wilayah Papua. ”Operasi penegakan hukum di negara manapun di Indonesia belahan pulau manapun, harus ditegakkan. Sekali lagi tetap pada koridor hukum dan tetap pada ketentuan yang berlaku,” ujarnya.
Sidang kabinet juga mengindikasikan insiden penembakan di Distrik Sinak terkait Pilkada di Kabupaten Puncak dan Provinsi Papua yang tengah berproses. Mereka menduga ada keterkaitan hasil pemilihan kepala daerah Kabupaten Puncak, Papua, yang sedang berlangsung.
”Ada ekses yang terjadi antara kelompok yang kalah dan yang menang. Kalau di tempat lain bisa saja Cuma protes atau apa, tetapi di Papua bisa saja mereka membawa panah, tombak, dan lain-lain,” kata Djoko.
Sementara untuk penyerangan di Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, kemungkinan terkait penempatan pos-pos baru bagi aparat TNI di daerah yang dianggap rawan. "Kemungkinan ada yang tidak senang, dan menganggap pos-pos baru ini mengganggu aktivitas mereka," kata Djoko.
OPM
Kepala BIN Letnan Jenderal Marciano Norman menduga aksi itu dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata. "Mereka pastilah kelompok separatis bersenjata. Memang orang alergi mendengarkan kelompok separatis, tapi kenyataannya memang kelompok separatis bersenjata ini," ujar Marciano di Kantor Presiden.
Pihaknya sudah lama menengarai kaitan Tentara Papua Merdeka (TPM)/ Organisasi Papua Merdeka (OPM) dalam sejumlah kekerasan di provinsi itu. "Ini TPM/OPM kan sudah lama. Mereka kadang-kadang menghadang dapat senjata atau senjata-senjata yang lain. Ini kan prosesnya sudah sangat panjang," ujarnya.
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengatakan siapa pelaku penembakan itu masih diselidiki pihak kepolisian. Pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan itu. "Sedang dievaluasi terus, kita kerja sama dengan kepolisian. Nanti hasilnya akan kita sampaikan," ujarnya.
Pengejaran Pelaku
Markas Besar Polri menegaskan polisi tetap memimpin upaya penegakan hukum di Papua, termasuk menyelidiki penembakan brutal oleh kelompok bersenjata Kamis kemarin.
Agus menuturkan pasukan TNI sejauh ini berperan membantu tugas kepolisian menjaga keamanan di seluruh wilayah Papua. "Jadi tetap Polri yang melakukan upaya pengungkapan sedangkan back upkekuatan dari TNI," ujarnya.
Agus melanjutkan dalam rangka melakukan pengejaran terhadap pelaku penembakan di Tingginambut, Puncak Jaya, dan Sinak, Puncak, Papua, satu Satuan Setingkat Pleton (SST) Brimob atau sekitar 40 personil sudah dikirim dari Jayapura oleh Polda Papua. Namun karena cuaca tidak mendukung, dia melanjutkan, personil Brimob tersebut masih tertahan di Timika. "Apabila cuaca memungkinkan mereka akan bergeser ke Puncak," ujar Agus.
Juru Bicara Polda Papua Kombes I Gede Sumerta Jaya mengatakan 1 SST gabungan TNI dan Polri telah diberangkatkan menuju Sinak, Jumat pagi. Namun, cuaca buruk membuat mereka tertahan di Timika.
"Tadi pagi ada 1 SST personel gabungan yang akan diterbangkan ke Sinak, untuk membantu anggota di sana melakukan pengejaran terhadap kelompok bersenjata, namun karena cuaca kabut tebal, masih tertahan di Timika," ujar Juru Bicara Polda Papua Kombes I Gede Sumerta Jaya kepada wartawan, Jumat 22 Febuari.
Selain mengirim personel gabungan 1 SST, juga akan dibentuk tim khusus juga bertugas untuk melakukan pengejaran. "Tim khusus ini akan dipimpin Direktur Reserse Umum dan di dalamnya gabungan personel TNI dan Polri," ujarnya.
Sumerta Jaya mengungkapkan, Kapolda Papua Irjen Pol Tito Karnavian dan Pangdam 17 Cenderawasih Mayjen Christian Zebua sudah meninjau lokasi penembakan dan penghadangan. "Kapolda dan Pangdam tadi pagi sudah kunjungi TKP, mereka berharap pelaku dapat diungkap secepatnya," kata dia.
Sumber : KLIK DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar