Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta : Gejolak keamanan di Papua seperti tak kunjung padam, hampir saban bulan terdengar adanya anggota Tentra Nasional Indonesia/Polisi Republik Indonesia (TNI-POLRI) yang menjadi korban akibat penghadangan dan baku tembak dengan kelompok OPM (Organisasi Papua Merdeka). TNI, khususnya TNI-AD tak lantas berdiam diri, selain gelar operasi teritorial berbasis infantri dan mobil udara, kehadiran elemen kavaleri juga telah disiapkan, terutama dalam mengamankan obyek vital.
Bicara tentang kavaleri di Papua, ada yang cukup menarik disimak. Bagi Anda pemerhati dunia Alat utama sistem persenjataan (Alutsista), dalam beberapa tayangan di televisi, nampak panser V-150 Commando hilir mudik di Timika, Papua. Ya, buat kami V-150 adalah panser legendaris, panser ini punya predikat battle proven di penugasan TNI, baik di dalam dan luar negeri. Bahkan bagi aktivis 98, pastinya kenal sosok panser ini, selain panser VAB. Dimana kedua panser ini menjadi inventaris YonKav 7 Sersus Kodam Jaya.
Dan setelah Pulau Jawa kini sudah kian padat dengan alutsista dan jenis ranpuranyar, giliran Papua menjadi medan pengabdian panser beroda empat ini. V-150 Commando di daulat untuk mengamankan area obyek vital PT. Freeport Indonesia di Timika. V-150 pun kini menjadi kelengkapan Detasemen Kavaleri (DenKav) 3 Kodam XVIII/Trikora sejak tahun 1997. Hadirnya V-150 tentu dimaksudkan untuk memberi efek getar kepada gerombolan pengacau bersenjata, meski belum menujukkan hasil signifikan, inilah upaya TNI AD menghadirkan alutsista di Bumi Papua, selain helikopter Mi-17.
V-150 di Papua |
Panser di jembatan Kali Kopi, Timika |
Jauh sebelum pentasnya di Papua, V-150 Commando sudah malang melintang di Timor-Timur, misi yang dijalankan mulai dari pengawalan suplai logistik dan personel maupun bantuan perkuatan bagi gerakan infantri. ”Kami memakai dua panser untuk pengawalan. Satu di depan sisanya di belakang. Biasanya panser terdepan berangkat lebih dahulu.” Selain misi pengawalan, V-150 pernah pula diperintahkan membantu pasukan dari Yonif 527 Brawijaya yang terjebak di pedalaman Viqueque. Disana V-150 berfungsi sebagai pembuka jalan sekaligus membantu tembakan pada posisi yang mencurigakan.
Yon Kav 7 pernah ikut dalam Konga XII ke Kamboja tahun 1993. Soal tugas masih senada dengan tugas-tugas terdahulu. Alhasil wajar saja kalau kondisi yang dihadapi jauh dari damai. ”Pos kami setiap malam selalu jadi lintasan peluru duel altileri. Akibatnya, kami jarang istrirahat di tenda dan lebih banyak berdiam di dalam panser,” ujar Kopral Kepala Atirin.
Dalam menjalankan misi, pasukan dibagi menjadi dua titik yaitu Kampong Thum dan Stoeng. Fungsi patroli dan pengawalan bagi pasukan PBB jadi tugas rutin. Semua berjalan lancar sampai suatu ketika Atirin kebagian jatah mengawal pasukan Bulgaria dari Stoeng menuju Temai dengan jarak sekitar 120 Km. Baru setengah perjalanan, tiba-tiba terjadi ledakan hebat.
Tubuh panser V-150 AP yang ditumpanginya sempat terpental dan ban depan copot setelah melindas sebuah ranjau anti tank. ”Rupanya ranjau itu baru saja ditaruh dan posisinya tertutup genangan air”, papar Atirin. Herannya posisi panser yang terkena ranjau berada pada urutan belakang. Usut punya usut, rupanya posisi panser tak benar-benar segaris dengan iring-iringan. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
Melaksanakan tugas yang menyerempet bahaya juga pernah dilakoni Sertu Adji Yudhono saat YonKav 7 diterjunkan ke Aceh, 2003. Anggota Kiser 73 ini ditempatkan di sektor B, wilayah sekitar Banda Aceh beserta empat VAB plus sepasang varian intai V-150. Kejadian cukup unik terjadi saat satuan dikerahkan ke Sireuen, 20 Km dari Banda Aceh, untuk melakukan penyapuan. Dalam pergeseran itu dikerahkan sebuah VAB dan V-150 intai plus dukungan dari pasukan Yonif 112 Kodam Iskandar Muda. Kedua panser parkir sedemikian rupa pada mulut tikungan untuk mencegah kemungkinan penerobosan.
V-150 di NAD |
Taktik itu terbutki manjur. Apalagi kondisi saat itu sudah mulai gelap. Dari arah mulut tikungan muncul dua orang berboncengan dengan sepeda motor yang tiba-tiba melepaskan tembakan. “Rupanya mereka kaget dan tak menyangka kalau disitu ada panser TNI.
Seketika itu juga pasukan TNI membalas tembakan dengan senapan M-60. Hasilnya satu orang tumbang. Sementara yang lain sempat kabur, walau akhirnya tertangkap. Dalam peristiwa ini berhasil disita sepucuk pistol Smith & Wesson buatan AS. Sebagai catatan, Yon Kav 7 menurunkan satu kompi dan dukungan 13 unit panser dalam operasi pemulihan keamanan di NAD mulai tahun 2002 sampai 2005.
Awak panser V-150 mengoperasikan senjata M-60 kaliber 7,62 mm
Sumber Referensi : KLIK DISINI
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar