Sabtu, 11 Agustus 2012

KOREA UTARA BANGUN SENJATA EMP

Jihad-Defence-Indonesia - Korea Utara saat ini sedang mengembangkan Elektromagnetik Munition Pulse (EMP) untuk melumpuhkan perangkat elektronik militer Korea Selatan dan Amerika, menurut sebuah jurnal dari partai komunis mengutip kejadian terganggunya GPS pesawat terbang Korea selatan yang terbang di dekat zona demiliterisasi yang memisahkan Korea Utara dan Selatan.

Sebuah ledakan dari senjata EMP dapat melumpuhkan sistem senjata yang berbasis elektronik mulai dari jet tempur sampai GPS yang berada di tangan seorang tentara. Ledakan EMP akan terjadi ketika sebuah bom nuklir diledakkan dan radiasi elektromagnetiknya menghantam seluruh sistem elektronik di wilayah yang terkena.

Basis peluncuran rudal
Basis peluncuran rudal Korea Utara

Analis militer Li Daguang, penulis artikel untuk jurnal bulanan Bauhinha, mengatakan Korea Utara secara khusus menargetkan peralatan militer Korea Selatan. 

"Korea Utara selalu merencanakan untuk mengembangkan hulu ledak nuklir skala kecil. Di tempat pengembangannya, mereka bisa mengembangkan bom electromagnetic pulse untuk melumpuhkan sistem senjata milik militer Korea Selatan - yang sebagian besar menggunakan peralatan elektronik - bila perlu," tulis Daguang.
"Korea Utara bisa menggunakan ledakan EMP ini untuk melumpuhkan kekuasaan di Korea Selatan sebelum invasi pasukan khusus Korea Utara datang"
Militer dapat membuat ledakan EMP dengan meledakkan sebuah hulu ledak nuklir di atmosfer bumi. Namun, ini bukan satu-satunya metode untuk melumpuhkan perangkat elektronik secara keseluruhan. Sejauh ini Korea Utara telah menyelesaikan dua tes nuklir, namun pemerintah komunis itu telah gagal untuk menghasilkan sebuah rudal balistik (akurasi apapun) yang mampu mengantarkan hulu ledak nuklir.

Daguang mengatakan bahwa Korea Utara bisa menggunakan ledakan EMP ini untuk melumpuhkan kekuasaan di Korea Selatan sebelum invasi pasukan khusus Korea Utara datang.

"Setelah nantinya Korea Utara sudah menguasai sepenuhnya teknologi senjata EMP, mereka sepertinya tidak akan menambah jumlah pasukan khusus," tulis Daguang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar