Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta : Di lini senjata perorangan, TNI-AD sejak beberapa tahun belakangan telah melengkapi personel tempurnya dengan persenjataan (alutsista) yang terbilang mumpuni. Sebut saja untuk kelompok senjata rudal/roket anti tank, yang terbaru ada rudal Javelin buatan Amerika Serikat, rudal berpenuntun infra merah ini kabarnya dibeli Indonesia hingga 180 unit. Javelin memang rudal super canggih untuk kelas senjata anti tank, dengan predikat battle proven di perang Irak tahun 2003.
Tapi perlu dicaatat, Javelin adalah sebuah rudal, dan arena bobotnya yang diatas 10kg, menjadikan pengoperasiannya harus dilakukan minimal oleh 2 personel. Harga per unit rudal ini disebut-sebut juga sangat mahal, mencapai US$80.000 per rudal. Sementara unit peluncurnya bisa mencapai US$125.000. Dengan biaya gelar operasinya yang tentunya ikut meroket, TNI AD pun telah memiliki senjata anti tank lapis kedua. Yang dimaksud bukan rudal dan tergolong LAW (light anti tank weapon) jenis roket. Setelah sebelumnya kami telah mengupas Armbrust yang digunakan oleh Tontaipur Kostrad, di tulisan kali ini mari kita singgung sedikit tentang C90-CR.
Tampak bawah adalah C90-C, sementara tampak atas adalah C90-CR, versi roket yang lebih baru dengan tambahan kekuatan pada motor roket, dimensinya pun lebih panjang. |
Seperti halnya Armbrust, C90-CR sejatinya adalah peluncur roket anti tank. Menurut situs Wikipedia, roket anti tank ini digunakan oleh unit infantri dan satua elit di lingkungan TNI AD. Sementara belum ada informasi jelas mengenai kapan senjata ini pertama kali datang memperkuat arsenal senjata TNI-AD. C90-CR dapat dioperasikan oleh seorang personel dengan cara dipanggul. Pola pengoperasiannya mirip dengan Armbrust, yakni bersifat sekali pakai, begitu roket keluar dari tabung, maka tabung peluncur sudah tak bisa digunakan lagi. Mekanismenya menggunakan piroteknik, jadi tidak diperlukan baterai atau pun sistem pengisian listrik.
C90-CR mempunya bobot yang ergonomis untuk dibawa soerang personel infantri, yakni hanya 4,8 kg. Panjang senjata ini pun tak sampai 1 meter (940 mm). Mengandalkan jenis roket tandem HE (high explosive) dengan kaliber 90 mm. Secara umum jangkauan tembaknya bisa mencapai 300 meter untuk target bergerak. Dalam paket peluncur standar, C90-CR sudah dilengkapi pembidik optic dengan 2x pembesaran. Namun untuk misi tempur malam hari, bisa ditambahkan perangkat bidik VN38-C.
Personel TNI-AD tengah berlatih menembakkan C90-CR |
Pada tabung peluncur diberikan informasi cara penggunaan |
Versi awalnya ada jenius C90, C90-C dan C90-C AM dengan penjang 840 mm dan berat 4,2 kg. Kemudian ada peningkatan versi menjadi C90-CR (M3), dengan panjang menjadi 940 mm dan berat 4,8 kg, menjadikan versi lebih handal dengan akomodasi kapasitas roket lebih besar. Roket anti tank ini dibuat oleh pabrikan senjata Instalanza SA dari Spanyol. Dalam pengembangannya C90-CR kemudian diwujudkan ke dalam beberapa tipe, seperti :
C90-CR (M3) – Versi dasar ini merupakan senjata anti-tank yang dapat menembus baja dengan ketebalan 400 mm dari jarak 300 meter. Ini menggunakan amunisi HEAT yang mampu menembus kedalaman beton hingga 1 meter. Bobot versi ini 4,8 kg
C90-CR-RB (M3) – senjata anti-tank yang mampu menembus 18,90 inci (480mm) dari baja pada jarak 328 meter (300 m). Dengan menggunakan amunisi jenis HEAT (high explosive anti tank), bahkan bisa menembus lapisan beton hingga 1 meter. Bobot versi ini 4,8 kg.
Pada tabung peluncur juga dilengkapi informasi untuk suhu untuk pemakaian terbaik |
Inilah trigger untuk meluncurkan roket |
Setiap tabung peluncur telah dilengkapi optical sight untuk membidik target. |
C90-CR-AM (M3) - Dirancang untuk menghantang target kendaraan dan anti-personel. Dapat menembus lapisan baja 220 mm dari jarak 200 meter. Namun hebatnya mampu menembus lapisan beton hingga 2,13 meter. Ketika digunakan untuk fungsi anti personel, C90-CR-AM yang menggunakan amunisi dual purpose HEAT-frag dapat menimbulkan area mematikan hingga 21 meter. Bobot versi ini 4,8 kg
C90-CR-BK (M3) – Dirancang senjata anti-bunker dengan hulu ledak ganda. Satu ledakan dirancang untuk menembus dinding, dan kemudian ledakan kedua dirancang untuk menghancurkan isi di dalam gedung. Bobot versi ini mencapai 5,1 kg.
C90-CR-FIM (M3) – Dirancang sebagai senjata pembakar yang mengandung fosfor merah. Bobot untuk versi ini mencapai 5,3 kg.
Nah, menurut informasi TNI-AD memiliki versi C90-CR anti armor, C90-CR-RB (M3) anti personel, dan C90-CR-BK untuk penghancur bunker. Dilihat dari spesifikasinya, senjata ini memang lumayan ampuh digunakan oleh satuan elit, seperti Kopassus untuk menghantam perkubuan lawan dalam perang di tengah hutan. Selain Indonesia dan Spanyol, C90-CR juga digunakan oleh India, Italia, Malaysia, Equador, Colombia, dan Estonia.
Sumber Referensi : KLIK DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar