Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta : Ditandai dengan hadirnya TRF-1 Caesar 155mm dan MLRS Astros MK6, nampak pengembangan alutsista artileri TNI AD terlihat cukup gencar, tapi rasanya masih ada yang sedikit mengganjal, pasalnya sista (sistem senjata) artileri di segmen howitzer 105mm agak kurang diperhatikan. Bahkan bicara sista di howitzer di kelas 105mm, TNI AD sedikit tertinggal dari satuan armed Korps Marinir TNI AL.
Di kelas howitzer kaliber 105mm sampai saat ini TNI AD hanya mengandalkan tipe M2A2 dan AMX MK61. Keduanya sama-sama howitzer, bedanya M2A2 merupakan meriam tarik (towed), sedangkan AMX MK61 adalah self propelled howitzer. Persamaan lain diantara keduanya adalah usia pakaianya yang sudah cukup tua. Bahkan M2A2 pengabdiannya sudah dimulai sejak Perang Dunia Kedua dan Perang Korea.
Musim terus berganti, dan pada akhirnya alutsista tua meski battle provensekalipun harus memasuki masa purna tugas. Menjawab hal tersebut, satuan artileri medan beberapa waktu lalu telah merilik meriam sista baru di kelas howitzer 105mm, tak lain adalah KH-178 yang merupakan meriam buatan WIA Corporation (dulu Kia Machine Tool Company ) dari Korea Selatan.
Taka hanya demam K-Pop yang melanda ABG di Tanah Air, hubungan bilateral termasuk yang terkait militer antara Indonesia dan Korea Selatan terbilang sangat erat. Tak sedikit alutsista TNI yang berasal dari Negeri Gingseng tersebut. KH-178 kaliber 105mm dapat digolongkan sebagai howitzer ringan yang awal produksinya dimulai pada tahun 1984. Dasar dari rancangan meriam ini berasal dari meriam asal AS M101 yang digunakan secara masif dalam Perang Korea di tahun 50-an.
Dilihat dari spesifikasinya, meriam dengan bobot 4.480 kg ini dapat melontarkan proyektil hingga 15 kali dalam satu menit. Jarak tembak maksimum mencapai 14.700 meter dan dapat menembakkan beragam tipe amunisi kaliber 105mm yang sesuau dengan standar NATO. Khusus dengan penembakkan Rocket-Assisted Projectile (RAP) bisa menjangkau 18.000 meter. KH 178 punya panjang 7,6 meter dan lebar 2,1 meter.
Uji tembak KH-178 oleh TNI AD
Uji tembak KH-178 oleh TNI AD
Batalyon Artileri Medan 9/ Kostrad (Yonarmed 9) telah melakukan uji penembakan meriam howitzer KH-178 di lapangan tembak ASR (Air Shooting Range) TNI AU Pandan Wangi Lumajang Jawa Timur. Pengujian melibatkan beberapa personel dari Pusdikarmed Pussenarmed Kodiklat TNI AD maupun personel dari Yonarmed 9/ Kostrad. Kegiatan penembakan ini melalui beberapa rangkaian meliputi : pelatihan operator meriam yang telah dilaksanakan di Yonarmed 9/ Kostrad pada tanggal 16-23 Maret 2011 dan Uji Fungsi meriam KH 178 yang telah selesai dilaksanakan di lapangan tembak Batujajar, Bandung pada 5 April 2011. Kabarnya meriam 105 mm KH-178 ini akan ditempatkan di beberapa Satuan Armed antara lain Yonarmed 9/ Kostrad, Yonarmed 8/ Kostrad dan Yonarmed 15 Dam II/ Sriwijaya.
Performa Kurang Memuaskan
Dalam beberapa pemberitaan disebutkan bahwa pembelian meriam ini merupakan lanjutan dari Kontrak Eksport (KE) pembelian alutsista TNI AD dari Korea. Tapi berdasarkan informasi yang dikutip dari Majalah Commando Edisi 6 Tahun 2012, disebutkan uji tembak KH-178 tidaklah memuaskan dalam hal akurasi yang diinginkan. Ditambah bobot meriam ini yang dinilai jauh lebih berat dari kompetitornya.
Inilah LG1 MK III, howitzer 105mm yang memikat TNI AD. Dibanding versi yang digunakan Korps Marinir TNI AL, MK III lebih maju, dimana telah digunakan sistem elektronis dalam pembidikan dan kontrol tembak. Komandan cukup memasukkan sasaran, dan sudut penembakkan, berikut tabel balistik ke layar LCD di sisi kiri meriam. Hasil tembak pun pastinya akan lebih akurat.
Lebih lanjut TNI AD dikabarkan justru kesemsem dengan meriam asal Perancis, yakni LG-1 MK III. Dalam pengujian oleh Pussenarmed TNI AD, meriam ini dapat menampilkan performa yang memuaskan, bahkan mampu menandingi meriam M2A2 yang legendaris. LG-1 dalam versi yang lebih senior, LG1 MK IItelah digunakan oleh Resimen Artileri Korps Marinir sejak tahun 1994. Selain sudah punya rekam jejak, LG-1 juga diproduksi oleh Nexter, yang tak lain produsen Caesar 155mm. Yang menarik lagi, bobot LG1 MK III hanya 1,5 ton, artinya 1 unit pesawat angkut berat C-130 Hercules dapat membawa 4 pucuk LG1. Jarak tembak maksimum meriam ini adalah 17.000 meter. Kembali ke KH-178, belum jelas benar apakah TNI AD tetap akan memborong meriam asal Korea Selatan atau meriam LG1 dari Perancis. Ada yang menyebut pembelian meriam KH-178 merupakan lanjutan dari Kontrak Ekspor (KE) pembelian alutsista TNI AD dari Korea. Dan belakangan hubungan militer antara Indonesia dan Korea Selatan sangat erat. Sampai saat ini KH-178 telah digunakan oleh AD Korea Selatan (1.700 unit) dan Chile (16 unit). (Gilang Perdana)
Spesifikasi KH-178
- Kaliber : 105mm
- Rate of fire : 15 rds/min
- Berat : 4.480kg
- Panjang : 7,6 meter
- Lebar : 2,1 meter
- Tinggi : 1,6 meter
- Elevasi Laras : 65 derajat