F/A-18F Super Hornet RAAF terbang menuju Brisbane. Australia akan membeli 24 F/A-18F Super Hornets Blok II untuk menjembatani kemampuan tempur udara selama masa transisi ke Fighter F-35 Joint Strike. (Foto:RAAF) |
Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta : Australia hampir dipastikan akan membeli 24 pesawat tempur Super Hornet baru dengan total biaya USD 2 milyar untuk mengisi kesenjangan di pertahanan udara yang disebabkan delay pembelian F-35 Joint Strike Fighter (JSF). Berdasarkan bocoran draf dari anggaran pertahanan Australia 2013, Australia akan membeli 2 Lockheed Martin F-35 pada tahun 2020. Penantian yang panjang ini membuat pemerintah Australia perlu untuk membeli pesawat Boeing F/A-18F Super Hornet, yang harganya memang jauh lebih murah namun berteknologi lebih tua dari F-35 dan tidak memiliki fitur siluman.
Berdasarkan draf anggaran pertahanan Australia 2013, pada akhir dekade ini, ADF (Australian Defence Force) akan menerima tiga air warfare destroyer, dua helikopter dok kapal amfibi dan dua (awal) pesawat F-35A JSF," Sementara beralih ke pesawat Super Hornet, hal ini tidak akan menguras anggaran pertahanan, karena harga Super Hornet USD 40 juta lebih murah dari F-35 JSF.
Pemerintah Australia tetap berkomitmen untuk memperoleh F-35 JSF namun belum menyebutkan kapan batch berikutnya yang berjumlah 12 pesawat akan dikirimkan, namun diperkirakan masih 2020-an. Draf anggaran pertahanan sekaligus menjawab isyarat dari Menteri Pertahanan Stephen Smith dan dugaan banyak analis pertahanan; bahwa Angkatan Udara Australia akan mengganti beberapa pesawat Hornet yang sudah tua dan menjadikan Angkatan Udara Australia akan dilengkapi dengan 100 Super Hornet seperti yang awalnya diusulkan. Smith juga secara resmi sudah meminta konfirmasi AS soal harga dan ketersediaan dari Super Hornet.
Berdasarkan draf anggaran pertahanan Australia 2013, pada akhir dekade ini, ADF (Australian Defence Force) akan menerima tiga air warfare destroyer, dua helikopter dok kapal amfibi dan dua (awal) pesawat F-35A JSF," Sementara beralih ke pesawat Super Hornet, hal ini tidak akan menguras anggaran pertahanan, karena harga Super Hornet USD 40 juta lebih murah dari F-35 JSF.
Pemerintah Australia tetap berkomitmen untuk memperoleh F-35 JSF namun belum menyebutkan kapan batch berikutnya yang berjumlah 12 pesawat akan dikirimkan, namun diperkirakan masih 2020-an. Draf anggaran pertahanan sekaligus menjawab isyarat dari Menteri Pertahanan Stephen Smith dan dugaan banyak analis pertahanan; bahwa Angkatan Udara Australia akan mengganti beberapa pesawat Hornet yang sudah tua dan menjadikan Angkatan Udara Australia akan dilengkapi dengan 100 Super Hornet seperti yang awalnya diusulkan. Smith juga secara resmi sudah meminta konfirmasi AS soal harga dan ketersediaan dari Super Hornet.
Juru Bicara Koalisi Pertahanan, David Johnston mengatakan pemerintah Australia telah melanggar janjinya dalam portofolio 2009 untuk membeli 100 F-35 JSF pada 2020-an, namun telah melenceng hingga 2030. Dua F-35 JSF pada 2020 adalah bukti nyata kinerja tidak kompeten Menteri Pertahanan Smith dari portofolio pertahanan.
Banyak analis sepakat jika F-35 JSF adalah petarung udara terbaik di dunia, meskipun banyak juga yang mengatakan jika dengan Super Hornet (untuk Australia) saja sudah cukup. Andrew Davis, analis senior di Institut Kebijakan Strategis Australia, mengatakan JSF adalah pesawat yang "sangat siluman" dan memiliki perangkat elektronik yang jauh lebih kuat dan modern serta terpadu dengan sensor daripada yang dimiliki Super Hornet. Australia akan mendapatkan manfaat ekonomis dari skala pelatihan dan pemeliharaan dengan hanya memiliki satu jenis armada daripada armada campuran (Super Hornet dan F-35). Meskipun demikian, saat ini Super Hornet masih berada di gars depan alutsista Angkatan Laut AS.
Sam Roggeveen, seorang analis strategis dan editor blog Institute's Interpreter, mengatakan Super Hornet sudah cukup dan Australia belum membutuhkan F-35 JSF. Mantan menteri pertahanan Brendan Nelson, yang membeli 24 Super Hornet yang ada dalam layanan Angkatan Udara saat ini, mengingatkan armada campuran hingga tahun 2030 harus memenuhi semua yang Australia inginkan. Jika pemerintah tidak memilih untuk membeli Super Hornet, nantinya Australia akan memiliki kemampuan udara yang luar biasa.
Tapi Peter Goon, seorang mantan enjiner di RAAF (Royal Australian Air Force) yang juga pengamat independen Air Power Australia, lebih pesimis dengan mengatakan bahwa Australia sudah "lengser" dari peta pertempuran udara (dunia). "Jika Anda mengirim Super Hornet untuk melawan Sukhoi Su-35, hanya sedikit Super Hornet yang akan pulang (maksudnya kalah dengan Su-35), katanya.
Sam Roggeveen, seorang analis strategis dan editor blog Institute's Interpreter, mengatakan Super Hornet sudah cukup dan Australia belum membutuhkan F-35 JSF. Mantan menteri pertahanan Brendan Nelson, yang membeli 24 Super Hornet yang ada dalam layanan Angkatan Udara saat ini, mengingatkan armada campuran hingga tahun 2030 harus memenuhi semua yang Australia inginkan. Jika pemerintah tidak memilih untuk membeli Super Hornet, nantinya Australia akan memiliki kemampuan udara yang luar biasa.
Tapi Peter Goon, seorang mantan enjiner di RAAF (Royal Australian Air Force) yang juga pengamat independen Air Power Australia, lebih pesimis dengan mengatakan bahwa Australia sudah "lengser" dari peta pertempuran udara (dunia). "Jika Anda mengirim Super Hornet untuk melawan Sukhoi Su-35, hanya sedikit Super Hornet yang akan pulang (maksudnya kalah dengan Su-35), katanya.
Sumber Referensi : KLIK DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar