Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta : Perancis memang bukan pemasok utama alutsista untuk TNI, tapi kiprah Negeri asal Napoleon Bonaparte ini sudah lumayan tersohor dalam menyuplai kebutuhan alutsista TNI, dalam ragam yang berbeda alat tempur maupun perangkat penunjang tempur buatan Perancis telah sejak lama digunakan oleh TNI AD, TNI AL, dan TNI AU. Bisa disebut sejak lama, pasalnya kehadiran alutsista besutan Perancis sudah diadopsi RI sejak era operasi Trikora di tahun 60-an. Salah satu bukti sejarahnya ada di lini kavaleri dan artileri, seperti tank AMX-13, AMX-13 VCI (APC), dan AMX MK61 Howitzer Self Propelled.
Bahkan di era yang lebih maju, kavaleri TNI amat lekat pada sesuatu yang berbau Perancis, sebut saja ada panser VAB, ranpur intai Panhard VBL 4×4, bahkan Korps Marinir TNI AL punya arsenal tank amfibi AMX-10 dalam unit yang cukup besar. Nah, kembali ke era jaman Bung Karno, atau tepatnya di masa perjuangan pembebasan Irian Barat, TNI AD juga kedatangan ranpur beroda ban kelas berat nan unik, yakni Panhard EBR (Engin Blindé de Reconnaissance) FL-11. Sebuah panser dengan penggerak hybrid, dimana bisa di setting dalam moda 4×4 dan 8×8, dimana 4 roda di posisi tengah dapat dinaikan dan diturunkan sesuai kebutuhan dan situasi medan. Pihak AD Perancis sendiri dahulu banyak mengandalkan ranpur ini pada medan Afrika Utara yang berupa padang pasir.
Kamuflase gurun dan perlengkapan operasi di medan off road |
Bagaimana dengan sistem senjatanya? Panhard EBR FL-11 mengandalkan kanon kaliber 90 mm, tapi ada juga versi FL-10 dengan kaliber 75 mm. Sebagai sesama buatan Perancis, jenis kubah dan sistem penembakkan pada Panhard EBR, terutama versi FL-10 begitu identik dengan kanon pada AMX-13, dimana sudut elevasi laras sangat terbatas. Dalam kondisi siap tempur, Panhard EBR FL-11 dapat membawa maksimum 43 amunisi, sedangkan Panhard EBR FL-10 bisa membawa sampai 56 amunisi. Dari sudut fire power kanon FL-11 dapat melontarkan proyektil dengan kecepatan 750 meter/detik, sedangkan FL-10 dengan kecepatan proyektil 600 meter/detik.
Dalam proyeksi perang jarak dekat, ranpur ini juga dilengkapi senapan mesin coaxial kaliber 7,5 mm pada sisi kubah, dan masing-masing senapan mesin kaliber 7,5 mm dengan sudut tetap juga ditempatkan pada dua kompartemen pengemudi. Bila terjabak dalam pengepungan, juga disediakan granat/mortit asap 2×2 pada sisi kubah.
Mesin
Beranjak ke soal mesin, Panhard EBR mengusung mesin bensin 12 silinder 200 HP (horse power). Kecepatan maksimum ranpur ini 105 km/jam dengan kapasitas bahan bakar sampai 380 liter. Jangkauan operasinya dapat menempuh 650 km. Untuk suspense mengandalkan concentric coil springs and telescopic damper, sedangkan transmisinya menggunakan 2 -4speed gear box. Sebagai ranpur yang dirancang untuk melahap medan gurun, Panhard EBR mampu mengatasi rintanan vertikal dengan ketinggian 0,4 meter.
Beranjak ke soal mesin, Panhard EBR mengusung mesin bensin 12 silinder 200 HP (horse power). Kecepatan maksimum ranpur ini 105 km/jam dengan kapasitas bahan bakar sampai 380 liter. Jangkauan operasinya dapat menempuh 650 km. Untuk suspense mengandalkan concentric coil springs and telescopic damper, sedangkan transmisinya menggunakan 2 -4speed gear box. Sebagai ranpur yang dirancang untuk melahap medan gurun, Panhard EBR mampu mengatasi rintanan vertikal dengan ketinggian 0,4 meter.
Sejarah
Panhard EBR sejatinya dirancang untuk memenuhi kebutuhan AD Perancis pasca Perang Dunia Kedua. Saat itu AD Perancis membutuhkan tiga jenis ranpur, yaitu heavy armoured car, light tank (tank ringan), dan heavy tank (Main Battle Tank/MBT). Dari tiga kebutuhan tadi, yang akhirnya dapat terwujud adalah heavy armoured tank dengan wujudnya Panhard EBR, sedangkan jenis tank ringan wujudnya adalah AMX-13. Lalu MBT diwujudkan dalam bentuk AMX-50 (akhirnya tidak diproduksi). Produksi perdana Panhard EBR dimulai pada tahun 1950, dan versi pertama berhasil dirampungkan pada akhir 1950. Hingga tahun 1960, setidaknya 1200 unit Panhard EBR telah diproduksi. Selain dominan digunakan AD Perancis, Panhard EBR juga tergolong Rampur yang laris manis, selain Indonesia, ranpur ini juga digunakan oleh Mauritania, Maroko, Tunisia, Aljazair, Portugal, dan Tunisia.
Panhard EBR sejatinya dirancang untuk memenuhi kebutuhan AD Perancis pasca Perang Dunia Kedua. Saat itu AD Perancis membutuhkan tiga jenis ranpur, yaitu heavy armoured car, light tank (tank ringan), dan heavy tank (Main Battle Tank/MBT). Dari tiga kebutuhan tadi, yang akhirnya dapat terwujud adalah heavy armoured tank dengan wujudnya Panhard EBR, sedangkan jenis tank ringan wujudnya adalah AMX-13. Lalu MBT diwujudkan dalam bentuk AMX-50 (akhirnya tidak diproduksi). Produksi perdana Panhard EBR dimulai pada tahun 1950, dan versi pertama berhasil dirampungkan pada akhir 1950. Hingga tahun 1960, setidaknya 1200 unit Panhard EBR telah diproduksi. Selain dominan digunakan AD Perancis, Panhard EBR juga tergolong Rampur yang laris manis, selain Indonesia, ranpur ini juga digunakan oleh Mauritania, Maroko, Tunisia, Aljazair, Portugal, dan Tunisia.
Born to war, Panhard EBR pun cukup kenyang dalam melakoni peperangan, diantaranya perang di Aljazair, perang di Angola dan Mozambiq, bahkan ranpur ini juga terlibat aktif saat bertempur melawan Vietkong dalam perang dahsyat di Dien Bien Phu. Kiprahnya panser ini sendiri justru kurang terdengar di Indonesia. Sebagai kenang-kenangan, Anda dapat melihat sosok Panhard EBR FL-11 di museum Satria Mandala, Jakarta dan monumen di instalasi kavaleri TNI AD Bandung selatan.
Tidak diketahui persis jumlah Panhard EBR yang pernah dimiliki kavaleri TNI AD, yang jelas penugasan ranpur ini terbilang singkat. AD Perancis mulai menggantikan peran ranpur ini pada tahun 1979 dengan AMX-10 RC (6×6), dan baru benar-benar dipensiunkan pada tahun 1986/1987. Seperti halnya AMX-13 yang juga dibuat dalam versi APC (armoured personnel carrier), Panhard EBR pun punya versi APC-nya, yakni EBR ETT yang dibuat pada tahun 1957. Panhard EBR ETT dapat membawa 12 pasukan dan hanya dipersenjatai senapan mesin kaliber 7,5 mm pada kubah. Sayangnya versi ini hanya dibuat 30 unit, digunakan secara aktif di Afrika Utara, sebagian diantaranya kemudian dijual ke Portugal. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi Panhard EBR
Awak : 4 orang
Konfigurasi : 8×8
Berat Tempur : 13.500 kg
Panjang : 6,15 meter
Lebar : 2,42 meter
Tinggi : 2,24 meter
Kanon : kaliber 90 mm atau 75 mm
Kecepatan max : 105 km/jam
Jarak tempuh : 650 km
Awak : 4 orang
Konfigurasi : 8×8
Berat Tempur : 13.500 kg
Panjang : 6,15 meter
Lebar : 2,42 meter
Tinggi : 2,24 meter
Kanon : kaliber 90 mm atau 75 mm
Kecepatan max : 105 km/jam
Jarak tempuh : 650 km
Sumber Bacaan : KLIK DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar