Minggu, 09 Desember 2012
AS UJICOBA BOM NUKLIR BAWAH TANAH, DUNIA MENGECAM TINDAKAN BERBAHAYA AS
Jihad-Defence-Indonesia : Uji coba nuklir bawah tanah yang dilakukan Amerika Serikat di Nevada pada 5 Desember lalu mengundang beragam reaksi dari berbagai pihak. Reaksi pertama atas aksi yang mengancam keamanan dunia dan mendorong perlombaan senjata itu ditunjukkan oleh Republik Islam Iran.
Iran mengutuk AS atas uji coba nuklir tersebut, dan menyatakan bahwa aksi itu akan merusak perdamaian dunia dan stabilitas global serta menunjukkan kemunafikan Negeri Paman Sam terkait isu perlucutan senjata nuklir.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Ramin Mehmanparast mengatakan, uji coba tersebut membuktikan bahwa Washington masih mengikuti politik mengandalkan senjata pemusnah massal, serta mengabaikan seruan internasional untuk perlucutan penuh senjata nuklir.
Departemen Energi AS mengatakan uji coba yang dilakukan di gurun Nevada itu, ditujukan untuk mengumpulkan data-data yang akan menyediakan informasi penting mengenai keselamatan dan keefektifan dari nuklir. AS dilaporkan telah melakukan 1.032 uji coba nuklir sejak tahun 1945.
Tindakan AS tersebut juga menuai kecaman luas dari masyarakat Hiroshima dan Nagasaki, dua kota yang pernah menjadi korban senjata destruksi massal Amerika pada Perang Dunia II. Walikota Hiroshima Kazumi Matsui mengatakan, "Saya heran mengapa Presiden (Barack) Obama, yang mengatakan dirinya akan mengupayakan dunia bebas nuklir, melakukan uji coba itu,"
Kecaman serupa juga disampaikan oleh Hirotami Yamada, Sekjen Nagasaki Atomic Bomb Survivors Council. "Uji coba itu merupakan bukti bahwa AS bisa menggunakan senjata nuklir kapan saja. Negara seperti itu tidak layak menjadi pemimpin dunia."
Tes nuklir AS pertama kali, Trinity tahun 1945 merupakan ledakan bom nuklir pertama kali di dunia. Saat ini, negara adidaya itu memiliki 20 pusat pengembangan nuklir. AS bahkan tidak bersedia untuk menandatangani Traktat Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT), sebab aturan itu akan membatas aktivitas AS dalam pengembangan nuklirnya.
Hingga saat ini, CTBT yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada 1996 lalu belum berlaku kendati perjanjian ini telah ditandatangani oleh 183 negara dan diratifikasi oleh 157 negara. Hal ini disebabkan sejumlah negara kekuatan dunia seperti AS menolak untuk meratifikasi. Kegagalan ratifikasi oleh AS ini dipicu oleh penolakan Senat pada 1999 lalu.
Dalam kondisi seperti itu, Presiden Obama menampilkan dirinya sebagai penyeru dunia yang bebas dari senjata nuklir. Pada dasarnya, pemerintah Washington menganggap dirinya memiliki hak istimewa, yaitu Amerika dapat melakukan pengembangan senjata nuklir kapan saja.
Akan tetapi, negara-negara lain yang menentang kebijakan hegemonik AS di dunia bahkan tidak diizinkan untuk memperoleh teknologi nuklir untuk tujuan damai. Kebijakan standar ganda itu dapat dilihat dari cara AS menyikapi program energi nuklir Iran.
Dalam kasus nuklir Iran, Washington dengan membohongi opini publik dunia, menuding Tehran sedang berupaya memperoleh senjata nuklir sehingga mereka dapat menjustifikasi tekanan politik, sanksi ekonomi, dan ancaman serangan militer terhadap Republik Islam.
Pemerintah AS memandang perlucutan senjata nuklir di dunia, terutama di Timur Tengah hanya sebagai alat untuk mengejar ambisi-ambisi hegemoniknya di kawasan. Padahal, program senjata nuklir Amerika sendiri merupakan ancaman sejati terhadap keamanan dan perdamaian dunia.
Sumber : KLIK DISINI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar