Jumat, 10 Februari 2012

DPR Sikapi Kedatangan Pejabat Pentagon Ke Indonesia

Jakarta - Kementerian Pertahanan
hari ini kedatangan tamu istimewa,
pejabat Departemen Pertahanan
Amerika Serikat atau lebih tenar
dengan istilah Pentagon. Selain
memberikan kuliah umum pada
pejabat Kemenhan, juga untuk
meningkatkan kerja sama pertahanan
dua negara.
Kedatangan pejabat Pentagon ke
tanah air juga menjadi perhatian para
wakil rakyat. Wakil Ketua DPR RI,
Pramono Anung menilai, pertemuan
itu menunjukkan, mau tak mau AS
berkepentingan dengan isu keamanan
di wilayah Australia dan Asia. "Tapi
apapun keberadaan mereka tidak
boleh ada yang mengganggu
kedaulatan bangsa kita," kata Pram di
Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta,
Kamis 9 Februari 2012.
Pram mengakui, posisi tawar
Indonesia tak sekuat AS. "Posisi kita
jelas rapuh, sementara Amerika
punya posisi tawar menawar yang
kuat, apalagi mereka punya pusat
pertahanan di Australia," kata dia.
Pramono menambahkan, mau tak
mau kita harus mengaitkan
keberadaan pangkalan AS itu dengan
isu Papua.
Namun, dia menambahkan, bukan
berarti Indonesia lemah. Pramono
mengatakan, Indonesia memiliki
pertahanan yang kuat, yang juga
dibutuhkan AS. RI juga punya posisi
strategis. "Apapun AS dalam
persoalan geopolitik, Asia, Australia,
pasti sangat mempertimbangkan
negara Indonesia. Jadi saya melihat
posisi kita sangat kuat," kata dia.
Apalagi, Indonesia adalah negara
demokrasi terbesar keempat. "Dan
kita negara muslim terbesar, dan itu
perhitungan geopolitik Amerika
sangat diperhitungkan."
Soal agenda pertemuan siang ini
Pram mengaku tak tahu pasti.
Namun, ia menyatakan dukungan jika
Kemenhan bicara soal pengadaan alat
utama sistem senjata (alutsista)
dengan Pentagon.
Politisi PDIP itu menjelaskan,
berdasarkan laporan dari Komisi
Pertahanan DPR, pengadaan alutsista
RI dulu sempat terganggu embargo
AS. Saat ini embargo tersebut telah
dicabut. Akibatnya, "Indonesia perlu
alat-alat itu. Jadi kalau isu ini dibahas
di pertemuan nanti tidak ada yang
salah. Karena kita memang
memerlukan mereka dan kita juga
tahu banyak radar-radar kita
terutama di garis depan, di
perbatasan sangat lemah," kata dia.
Radar yang lemah itu, Pramono
menambahkan, membuat pertahanan
kita sangat mudah dimasuki oleh
asing. "Baik di udara maupun laut.
Dan sudah terbukti beberapa kali
radar kita tidak bisa mendeteksi sama
sekali."
Karena membutuhkan radar yang
kuat, mau tak mau kita membeli
peralatan dari AS. Apalagi, saat ini,
alutsista dari seluruh dunia
tergantung pada dua negara yaitu AS
dan Israel.
Sumber : Vivanews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar