Senin, 06 Februari 2012

Pemimpin Hamas dan Fatah Bertemu Rahasia Pekan ini


FILIPPO MONTEFORTE / AFP
Abbas dan Mashaal membahas tentang isu-isu perjanjian rekonsiliasi yang ditengahi Mesir antara Hamas dan Fatah pada Me





Jurnas.com | PRESIDEN Palestina Mahmud Abbas secara diam-diam bertemu Khaled Mashaal, pemimpin gerakan Hamas saingannya, di ibu kota Yordania Amman pekan ini, kata satu sumber waktu setempat. Abbas, yang juga kepala Partai Fatah, dan Mashaal telah sepakat untuk bertemu lagi di Qatar pada Ahad, kata sumber, seorang pejabat dari kepresidenan Palestina.

Selama pertemuan dua jam di Amman, Abbas dan Mashaal membahas tentang isu-isu perjanjian rekonsiliasi yang ditengahi Mesir antara Hamas dan Fatah pada Mei.

Mereka juga membicarakan tentang perundingan penjajakan yang dilakukan perunding Palestina dan Israel yang diselenggarakan di Amman akhir bulan lalu berdasarkan tawaran internasional untuk melanjutkan perundingan perdamaian yang macet.

Pada November tahun lalu, kedua pemimpin bertemu di ibu kota Mesir Kairo, di mana Mashaal mengatakan ia setuju dengan Abbas untuk bekerja sama sebagai mitra dalam isu-isu nasional di luar rekonsiliasi Palestina, termasuk melibatkan Hamas dalam konsultasi mengenai pembicaraan perdamaian yang Abbas usahakan dengan Israel.

Hamas menentang perundingan dengan Israel dan gerakan itu bersumpah demi kehancuran negara Yahudi itu.

Dalam upayanya untuk mempromosikan Hamas kepada masyarakat internasional, Mashaal mengatakan setelah pertemuan dengan Abbas di Kairo bahwa gerakannya akan mengikuti perlawanan damai untuk sementara waktu.

Pernyataannya itu diyakini telah menyebabkan perbedaan antara kepemimpinan Hamas di pengasingan, yang dipimpin oleh Mashaal, dan pejabat Hamas di Gaza, di mana konstitusi Hamas berada. Karena mereka, Ismail Haniya, perdana menteri Hamas di Gaza, telah mengulangi penegasan bahwa perlawanan bersenjata adalah satu-satunya cara untuk menghadapi Israel.

Ketika mereka bertemu di Qatar pada Ahad, Abbas dan Mashaal diharapkan akan membahas tentang pengaturan keluar dari pasal pertama perjanjian yang ditengahi Mesir, yakni membentuk pemerintah persatuan.

Pemerintah persatuan yang diupayakan adalah untuk mengembalikan kesatuan politik ke Jalur Gaza dan Tepi Barat, lebih dari empat tahun setelah Hamas mengalahkan pasukan pro-Abbas dan mengambil alih Gaza. Antara


Sumber :jurnas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar