Senin, 06 Februari 2012

Pelaut rasakan Selat Malaka makin aman


Simulasi anti pembajakan laut dilakukan secara berlanjut oleh jajaran TNI-AL dan TNI-AU. Contoh lokasi anti pembajakan laut ini dilakukan di perairan Batam, salah satu jalur perairan laut yang sangat ramai dan kerap menjadi sorotan banyak pihak internasional. Keseriusan Indonesia membasmi perompakan semakin diwujudkan dari waktu ke waktu. (FOTO ANTARA/Viki Payoka





Jakarta (ANTARA News) - Banyak nakhoda kapal menilai kualitas keamanan pelayaran di Selat Malaka semakin baik. Menurut mereka, hal itu banyak disumbang patroli pengamanan perairan yang semakin intensif dilakukan, baik oleh TNI-AL ataupun pihak-pihak lain terkait.

Nakhoda TB maju Daya 35, Alexander, yang dihubungi di Batam, Kamis, menyatakan, "Kami berlayar aman sekali. Kontak radio dengan petugas-petugas sering kami lakukan dan mereka juga melakukan hal sama." Dia menakhodai kapal tunda berbendera Indonesia berbobot mati 185 ton, dalam pelayarannya dari Singapura menuju Batam, Riau.

Jalur pelayaran di perairan yang sempit di sekitar Singapura, Selat Philip, dan Selat Singapura merupakan jalur sangat padat. Hingga sekitar lima tahun lalu, badan-badan maritim internasional sering memberi peringatan kepada pengelola pelayaran untuk mewaspadai jalur itu karena bahaya perompakan.

Keberadaan kapal-kapal patroli TNI-AL di perairan Selat Malaka juga semakin banyak dan semakin sering. "Mudah sekali mendapati kapal-kapal patroli kita di perairan ini. Kalau begini terus maka perompakan akan semakin nihil," kata nakhoda TB CACvin Dolphin 1710, Basri, yang juga dalam pelayarannya menuju Batam.

Dia berlayar dari Samarinda, Kalimantan Timur, sejak beberapa hari lalu. Seusai melayari Selat Makassar, dia memasuki Laut Jawa, dilanjutkan ke Selat Karimata di utara Kepulauan Bangka dan Belitong. Selepas perairan itu, dia memasuki perairan Batam.

Kedua nakhoda yang dihubungi itu hanya sebagian kecil dari ratusan kapal dagang sipil yang berlalu-lalang saban hari di perairan sekitar Selat Malaka.

TNI-AL memiliki jajaran operasional di dekat perairan Batam yang langsung berhadapan dengan Singapura, yaitu Pangkalan Utama TNI-AL IV di Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pangkalan utama itu berada di ujung selatan Selat Malaka dengan wilayah operasi hingga setengah selat penting dunia itu.

Sedangkan di sisi utara Selat Malaka, terdapat Pangkalan Utama TNI-AL I di Belawan, Sumatera Utara. Dari pangkalan utama TNI-AL itu jalur menuju perairan lepas ke Laut Andaman, yang juga brhadapan dengan Negara Bagian Johor Bahru, Malaysia.

Dalam satu reportasenya pada edisi Desember 2011, majalah Foreign Policy mengutip pernyataan Indonesia's International Chamber of Commerce yang berkantor di Jakarta, bahwa terjadi peningkatan jumlah perompakan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Penelusuran lebih lanjut, institusi internasional itu menyebutkan hal-hal yang dinyatakan dalam reportase pada halaman 15 majalah berbasis di luar negeri itu sebagai suatu yang tidak akurat.

Upaya meningkatkan kualitas keamanan pelayaran di Selat Malaka tidak dilakukan sendirian oleh Indonesia. Dalam skema mekanisme kerja sama multi parti Patroli Terkoordinasi Keamanan Selat Malaka oleh Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, telah disusun dan dilaksanakan pengamanan bersama di selat yang menguasai 70 persen volume perdagangan dunia itu.

Tiap negara yang tergabung --semuanya anggota ASEAN-- wajib mengerahkan unsur-unsur pengamanan lautnya pada sektor, koordinat, koridor, dan waktu yang telah disepakati. Secara sederhana, jika ada insurgen perompak yang mencoba mengacau, maka pihak yang menemukan hal itu pertama kali wajib memberitahukan ke markas pusar pengendali.

Upaya penanggulangan langsung dilakukan bersama sesuai standar prosedur operasi yang telah ditetapkan


Sumber : antaranews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar