Jumat, 22 Maret 2013
CHINA DIANGGAP TAK AKAN MEMICU KONFLIK
Jihad-Defence-Indonesia - SINGAPURA : Meski terus membangun kekuatan maritimnya dan bersikap makin agresif di lautan beberapa waktu belakangan, China diyakini tak akan memicu konflik lebih besar di masa mendatang.
Hal itu diungkapkan sejumlah pakar dalam konferensi ”Kebangkitan China dan Masa Depan Asia”, di Singapura, 20-21 Maret. Demikian dilaporkan wartawan Kompas, Wisnu Dewabrata, yang menghadiri konferensi itu atas undangan Asia Journalism Forum, Yayasan Temasek, Singapura.
Sebagai negara yang sedang bangkit, baik secara ekonomi maupun pertahanan, China diketahui tengah membangun kekuatan maritimnya. Kondisi itu lantas ”berbenturan” dengan kekuatan lama, Amerika Serikat (AS), yang lebih dulu menjadi kekuatan maritim dominan di kawasan Asia Pasifik, terutama dalam konteks kebijakan ”Pivot Asia” AS.
Dalam paparannya, Kamis (21/3), Wang Gungwu, profesor di Universitas Nasional Singapura (NUS), menyebut, saat ini banyak pihak cenderung melihat persoalan hanya dari sudut pandang AS. Wang berpendapat, pembangunan kekuatan maritim China harus dilihat dalam konteks pertahanan negara itu, yang sudah tak membangun kekuatan lautnya selama lima abad terakhir.
Menurut Wang, China masih akan memusatkan perhatian dalam upaya mempertahankan kekuatan daratnya. Hal itu disebabkan China memiliki wilayah perbatasan darat yang jauh lebih luas, hingga tiga kali lipat jika dibandingkan dengan wilayah perbatasan lautnya.
Pendapat senada dilontarkan You Ji dari Universitas New South Wales, yang menilai banyak kesalahpahaman dalam pemberitaan soal China di media massa Barat. Menurut You, sikap China dalam sejumlah sengketa teritorial di Laut China Selatan ataupun Laut China Timur bukanlah sikap agresif, melainkan sekadar reaksi dari apa yang sedang dihadapi.
”Langkah China (membangun kekuatan Angkatan Laut-nya) hanya untuk kebutuhan pertahanan dan bukan untuk mengubah kondisi status quo (di mana AS menjadi kekuatan dominan),” ujar You.
Skenario terburuk
Sementara itu, pihak militer Jepang dan Amerika Serikat (AS) dikabarkan sedang membahas rencana kontijensi untuk menghadapi skenario terburuk jika sengketa teritorial antara Jepang dan China di Laut China Timur meletus menjadi konflik terbuka.
Harian bisnis Jepang, Nikkei, Rabu, dan kantor berita Kyodo News, Kamis (21/3), melaporkan bahwa dua petinggi militer AS dan Jepang bertemu di Hawaii, AS, Kamis hingga Jumat ini. Kedua pejabat tersebut adalah Panglima Komando Pasifik AS Laksamana Samuel J Locklear dan Kepala Staf Gabungan Pasukan Bela Diri Jepang Jenderal Shigeru Iwasaki.
Kabar pertemuan tersebut langsung mendapat reaksi keras dari Beijing. ”Kami sangat prihatin dengan laporan-laporan ini. Pemerintah China memiliki tekad dan kemampuan untuk menjaga kedaulatan teritorial nasionalnya,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei.
Sumber : KLIK DISINI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar