Selasa, 21 Mei 2013

SISTEM PERTAHANAN UDARA PANTSIR-S1 DAN S-300, KOMBINASI MAUT ARTILERI PERATAHANAN UDARA TNI-AD


Jihad-Defence-Indonesia - Jakarta : Melihat perkembangan persenjataan yang terjadi disekitar Republik Indonesia (RI) dan aspek lain yang mengikuti seperti kebutuhan akan penting kekuatan pertahanan demi menjaga keamanan domestik dan menjaga keutuhan kedaulatan dari ancaman yang muncul karena perkembangan situasi yang dinamis.

Menyusul kampanye modernisasi kekuatan militer RI sesuai pedoman Minimum Essential Forces (MEF), ketiga matra TNI pelan namun terarah sudah mulai menunjukan adanya perubahan dalam alutsista masing2 matra.

TNI-AU sudah memiliki proyek pembelian T-50 Golden Eagle, Airbus C-295, EMB-314 Super Tucano, dan lainnya, TNI-AD sedang menjajaki pembelian 8 unit AH 64 D Apache Longbow (masih negosiasi), 114 MBT Leopard 2 dan 50 IFV Marder, Rudal StarStreak, dll kemudian TNI-AL masih berkutat dengan program penambahan Kapal Cepat Rudal (KCR), Frigate, Kapal Selam, selain itu uji coba rudal Yakhont juga ikut menambah daya serang TNI AL.
Pantsyr S1

Mari kesampingkan dulu ribetnya proses pembelian alutsista canggih untuk TNI, yang baru wacana saja udah banyak yang protes dan koar2.

Federasi Rusia melalui perusahaan penjualan senjata Rosoboronexport sudah menawarkan kepada TNI dan Kemhan alutsista Rudal anti serangan udara jarak pendek Pantsyr-S1 dan jarak menengah S-300.

Kebutuhan akan modernisasi untuk sistem pertahanan udara nasional sudah sangat layak untuk segera di lakukan, Pantsyr-S 1 (NATO: SA-22 Greyhound) memiliki kemampuan maut untuk menangkis berbagai jenis senjata: pesawat tempur, helikopter, roket, peluru kendali, precision-guided munition hingga UAV. Pantsyr S1 juga bisa menghancurkan light-armoured ground targets.

Dibanding saingan sejenisnya, Tunguska M1 (NATO SA-19 Grison), diperkirakan Pantsyr-S1 lebih presisi akurasinya karena menggunakan sistem yang lebih baru seperti Sistem pertahanan dan persenjataannya dapat diaktifkan dalam beberapa mode frekuensi serta mampu beroperasi padamultimode adaptive radar-optical control system. Pantsyr-S1 juga didesain untuk menghancurkan target berkemampuan high-precision weapons.
Pantsyr penggerak rantai

Spesifikasi umum Pantsyr-S 1 :

• Produsen : KBP Instrument Design Bureau, Tula. Dirakit oleh Ulyanovsk Mechanical Plant, Ulyanovsk, Rusia.

• Power : Mengangkut 2 rudal 57E6 Surface to Air dengan hulu ledak 16 kg, berat 65kg , kecepatan maksimum 1,1 km/ detik, daya jangkau 1 – 12 km.

• Mobility : bisa dipasang di truk The Ural-5323 8×8 atau di kendaraan lapis baja berantai (tracked).

• User : Rusia, Uni Emirate Arab, Suriah.
Tunguska M1

Tepat rasanya bila TNI mampu memiliki alutsista pertahanan udara ini, selain mengganti persenjataan hanud yang udah usang, Pantsyr-S1 makin menambah kepercayaan diri Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) TNI dalam melindungi kedaulatan udara nasional dan backup pendukung pergerakan kavaleri lapis baja.

Jika TNI berminat memboyong beberapa Pantsyr-S1 sebaiknya memilih 2 platform sekaligus, menggunakan roda biasa (truk) untuk digunakan ditempat2 dengan kondisi medan mudah dijangkau seperti perkotaan dan kendaraan berantai (tracked) untuk dengan medan yang sulit.

Selanjutnya ke Alutsista yang berlevel lebih tinggi sehingga bisa memberikan efek deterens ke lawan meski senjatanya belum digunakan. Sistem pertahanan udara Jarak Jauh/Menengah, S-300.

Rosoboronexport Rusia juga sudah menawari RI untuk membeli S-300 nya, meski masih belum ada tanda2 persetujuan Kementerian Pertahanan RI dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk memasukan ke dalam daftar belanja MEF. Pemerintah RI sudah pernah belajar bahwa untuk mengcover wilayah udara RI tak cukup dengan upgrading dan penambahan Radar canggih.
S300/S400 Missiles

Apa artinya bila kita memiliki mata dan telinga yang tajam, namun tidak memiliki tangan dan kaki untuk bertindak. Jangan sampe Republik Indonesia (RI) kecolongan lagi seperti insiden F-18 Amerika yang se enak udelnya ngubek-ubek (masuk teritorial) kedaulatan udara RI diatas pulau bawean.

Melalui TNI-AU dengan armada F-16 memang masih diandalkan untuk menghalau kucing nyasar (penyusup), tapi sampai saat ini peran Artiler Pertahanan Udara (Arhanud) masih minim, belum terdengar kabar apapun tentang sepak terjang Arhanud dalam menghalau ancaman udara asing.

Cukup dimaklumi karena persenjataan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) sudah sangat perlu di restorasi. Selain ancaman pelanggaran udara, Arhanud juga diperlukan untuk melindungi pergerakan satuan darat seperti Tank Leopard 2, Heli Serbu MI-35, MLRS, Skuadron UAV dan artileri medan. Kehadiran Pantsyr-S1 rasanya belum cukup mengcover semua, adanya sistem rudal jarak menengah/jauh bisa memberikan daya lindung yang lebih maksimal.

Ada banyak varian S-300 yang ditawarkan rusia, beberapa kandidat seperti S-300P (NATO : SA-10 Grumble), S-300P/M (NATO : SA-10d/e), S-300 F (NATO :SA-N-6) atau bila mau bisa sekalian ambil varian terbarunya, S-400.
S300 V penggerak rantai untuk medan berat

Saking hebatnya kehadiran S-300, Ibukota Rusia, Moscow menempatkan sekitar 80 baterai S-300 untuk melindungi penduduk dan aset-aset berharga di Ibukota.

Sedang untuk menjaga perbatasannya, Rusia mengandalkan pasukan S-400 nya. Terbukti, lengkapnya perlindungan udara Rusia di segala penjuru wilayahnya membuat ekspansi NATO ke Eropa Timur tak akan mudah.

Untuk memperkuat sistem pertahanan nasional serta memberikan efek deterens bagi pihak yang ingin mengganggu kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), baterai-baterai S-300 bisa ditempatkan di titik-titik vital, seperti Ibukota RI, Perbatasan Malaysia di Kalimantan, Perbatasan Australia di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Merauke, dan sebagainya menyesuaikan dengan tingkat ancaman yang ada.

Asal ada kemauan kuat, dukungan dari semua elemen di tanah air, upaya untuk memiliki sistem pertahanan udara handal bukan hal mustahil, uang kalau dicari pasti ada tinggal aspek politicalnya. Jika Iran memiliki hambatan untuk memiliki S-300 karena loby Israel di Rusia, Indonesia sepertinya juga akan memiliki hambatan dari Paman SAM (Amerika Serikat) demi menjaga keunggulan militer anak angkatnya, Singapura.

Kehadiran Pantsyr S1 dan S-300 dalam jajaran alutsista RI jelas akan meningkatkan Arm race di kawasan ASEAN dan mengubah strategi geopolitik negara kawasan. Pihak yang paling getol merespon pastinya Malaysia dan Singapura, uji coba roket RHAN lapan saja bikin mereka berkeringat.

Bisakah TNI memiliki sistem pertahanan udara yang capable dan unggul, kita tunggu saja......!!!!

Sumber Referensi: KLIK DISINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar