Kamis, 16 Mei 2013

PARLEMEN KOREA SELATAN OPTIMISTIS PROYEK JET KF-X KEMBALI JALAN

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXZYUp8avwoTwUE7qCFLF0iPzxz1h7EiQ2nAcpRHrQnWjKheCSFJ6Xz_A28wLK290RxJgLuBs_Q_8hjWljWGJKxPgJsHHMMVY3B48ch0dJr-GCkTg9uiJo2GrOxcB_SLTlKl5O8VLc0bU/s1600/purwa+rupa+kfx+c100+c200+1.jpg

Digagas sejak 2010, proyek ini mandek (berhenti).

Jihad-Defence-Indonesia - Seoul : Wakil Ketua DPR (Parlemen) Korea Selatan, Park Byeong-seug, mengaku optimistis proyek kerja sama pembuatan pesawat tempur canggih Korean Fighter Xperiment (KFX), akan kembali berjalan setelah sebelumnya ditunda. 

Hal itu bisa terjadi karena kerjasama yang terjalin antara parlemen Indonesia dengan Korea Selatan (Korsel) semakin mendalam sehingga mempermudah proses komunikasi di antara kedua belah pihak. "Kami meyakini dengan komunikasi yang lebih lancar di antara kedua pihak akan menyelesaikan semua masalah yang tengah dialami," ujar Byeong-seug. 

Ditemui usai menghadiri seminar bertajuk Indonesia-Korea Forum 2013: enhancing the Korea-Indonesia Middle Power Partnership, Byeong-seug yakin dengan semakin dekatnya hubungan kedua negara, maka akan mempercepat titik temu untuk solusi berbagai masalah, termasuk proyek pesawat jet tempur tersebut. 

Dia juga meminta bantuan media massa untuk terlibat dalam proses penyelesaian masalah yang dialami Korsel dengan Indonesia. "Karena hal ini tentunya untuk kebaikan Indonesia sendiri," ujar Byeong-seug. 

Sebelumnya Indonesia dan Korea Selatan telah menyepakati pengembangan bersama pesawat tempur KF-X pada 15 Juli 2010 silam di ibukota Seoul. Pesawat jet tempur KF-X sebetulnya merupakan proyek lama "Republic of Korea Air Force" (ROKAF) yang baru bisa terlaksana sekarang. 

Proyek ini sudah digagas Presiden Korea Kim Dae Jung pada Maret 2001, untuk menggantikan pesawat-pesawat yang sudah tua seperti F-4D/E Phantom II dan F-5E/F Tiger. Dibandingkan F-16, KF-X diproyeksi memiliki radius serang lebih tinggi 50 persen, sistem "avionic" yang lebih baik serta kemampuan anti-radar .

Dalam kesepakatan itu, kedua pihak menyepakati 80 persen pembiayaan ditanggung negara mitra dan 20 persen ditanggung Indonesia. Kerja sama pengembangan pesawat tempur generasi 4.5 itu dilakukan dalam tiga tahapan, yakni pengembangan teknologi sepanjang 2011-2012, tahap engineering dan manufacturing dan tahap ketiga adalah produksi. 

Penundaan tiba-tiba terjadi di tahap kedua  karena Parlemen Korea belum menyetujui anggaran untuk tahap Engineering and Manufacturing Development Phase (EMD Phase) Program. Padahal Indonesia sudah mengeluarkan dana sebesar Rp1,6 triliun untuk proyek tersebut.


Sumber : KLIK DISINI

3 komentar:

  1. Saya tdk percaya dng yg disampaikan oleh pemerintah maupun parlemen serta perusahaan korsel stlah mempertimbangkan masalah penundaan proyek IFX, dan jg perubahan sikap korsel dr semula utk tahap kedua dan ketiga indonesia dilibatkan dan terlibat penuh dlm pembangunan kapal selam changboo mskipun msh diawasi oleh korsel.saran saya indonesia bekerjasama dng rusia atau iran dlm membuat jet tempur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalok rusia sudah terbukti kehebatan tecnologi ya. Sedang kan korea belum ter bukti tu alangkah baikya kerja samaya ama rusia trus mintak transfer tecnologi gitu koreapun jugagk masih tahap belajar ngk beda jauh ama pt pal gitu

      Hapus
  2. Masalah ToT itu tergantung konsistensi dan komitmen presiden kita sendiri, mau setia berguru sma siapa dan berdiplomasi. RI masih memikirkan implikasi dari kerjasama ToT terhadap kawasan, seperti Ausi, Singapura dan malaysia. Jika kita bekerjasama secara dalam dengan Rusia, Iran, India dan Pakistan, Korut. maka apa dampak untuk negara kita, maka dari itu RI selalu tampil ragu dan berpikir 1000 kali dalam mengambil keputusan. secara pribadi, saya juga menganjurkan untuk RI bekerjasama dengan Rusia mengenai Pesawat Tempur, Kapal Selam, Kapal Perang, Helikopter Tempur, Tank, Rudal dan Radar. tetapi kan itu semua tidak mudah, RI harus dipaksakan untuk loyal (bersekutu/lebih bersahabat) dengan Rusia dalam politik maupun diplomasi, sedangkan RI saja sekarang condong berpolitik dengan barat, itu yg membuat Rusia agak enggan dan ragu dengan RI.

    BalasHapus