Komisi I Kuker Pelajari IndustrI Pertahanan Brasil dan Spanyol
27 Juni 2012, Senayan: Terkait pembahasan RUU Industri Pertahanan, sejumlah anggota Komisi I DPR akan melakukan kunjungan kerja ke Spanyol dan Brasil pada 1-7 Juli 2012. Apa tujuan dan alasan Komisi I kunker ke kedua negara tersebut?
"Jadi, tujuan kami kunker ke dua negara tersebut di antaranya untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai konsep dan sistem dalam industri pertahanan yang diselenggarakan pada negara tujuan kunker. Termasuk mempelajari berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai industri pertahanan di negara tersebut," ujar Wakil Ketua Komisi I Tubagus Hasanuddin dalam penjelasannya di Press Room DPR RI, Selasa (26/6).
Politisi PDIP ini mengatakan, sasaran yang diharapkan dapat tercapai dari kegiatan kunker ini ialah mendapatkan informasi mengenai sistem dan konsep yang berkaitan dengan industri pertahanan, dari segi kelembagaan atau pelaku industri pertahanan, penyertaan modal negara untuk pendirian industri pertahanan, lembaga regulasi industri pertahanan. Juga standardisasi alat peralatan pertahanan dan keamanan, penelitian, pengembangan dan rekayasa dalam industri pertahanan (research and development) serta sistem pengadaan pertahanan terintergrasi.
"Termasuk soal sanksi terhadap kejahatan di bidang industri pertahanan, sistem pengawasan industri pertahanan, tanggung jawab anggaran industri pertahanan, serta bagaimana soal insentif tarif bea dan fiskal dalam industri pertahanan," ujarnya.
Lantas, kenapa negara yang jadi tujuan kunker adalah Spanyol dan Brasil? Kata Hasanuddin, kedua negara tersebut dinilai memiliki produk alutsista berkualitas tinggi dan memenuhi persyaratan atau tuntutan yang tinggi.
"Di negara tersebut industri pertahanannya secara aktif berpartisipasi dalam restrukturisasi berbagai sektor dan memperluas pasar serta menyesuaikan kapasistas produksinya dengan kebutuhan pasar. Termasuk Kemhan Spayol memberikan dukungan penuh atas kebijakan industri pertahanannya melalui armament and equipment policy terutama dalam inovasi teknologi yang mengadaptasikan dengan situasi dunia terkini," ujarnya.
Sementara, Brasil dipilih atas pertimbangan bahwa negara itu merupakan sebuah negara dengan wilayah yang paling luas dengan jumlah penduduknya yang besar (192 juta jiwa tahun 2010) di Amerika Selatan. Dengan kemajuan ekonominya kini mampu membangun beberapa industri pertahanan dengan kualitas yang sangat baik. Brasil kini menjadi salah satu negara penting pengekspor di bidang persenjataan, terutama bagi negara-negara berkembang.
"Produk industri Brasil selama ini dikenal berkualitas tinggi, mudah dalam pemeliharaan, kinerjanya baik dalam kondisi ekstrem sekalipun, dan harganya murah. Produknya meliputi amunisi, granat, ranjau, kendaraan pengangkut pasukan (APV), kapal patrol, pesawat patroli laut, turboprop trainers, tank, dan pesawat tempur supersonik," ujarnya.
Hasanuddin menambahkan, pada 15 Maret 2012, Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin menerima kunjungan Dubes Brasil untuk Indonesia Paulo Alberto da Silveira Soares di Jakarta. Dalam pertemuan itu, Dubes Brasil menawarkan produk alutsista terbaru kedirgantaraan atau kapal perang serta peningkatan kerja sama industri pertahanan melalui pembangunan pesawat terbang dan kapal perang antara industri pertahanan laut dan udara kedua negara. "Seperti diketahui, Indonesia pun saat ini telah memesan 16 unit pesawat tempur Super Tucano A29 buatan Industri Embraer Defense System, Brasil," pungkasnya.
Sumber: Jurnal Parlemen
"Jadi, tujuan kami kunker ke dua negara tersebut di antaranya untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai konsep dan sistem dalam industri pertahanan yang diselenggarakan pada negara tujuan kunker. Termasuk mempelajari berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai industri pertahanan di negara tersebut," ujar Wakil Ketua Komisi I Tubagus Hasanuddin dalam penjelasannya di Press Room DPR RI, Selasa (26/6).
Politisi PDIP ini mengatakan, sasaran yang diharapkan dapat tercapai dari kegiatan kunker ini ialah mendapatkan informasi mengenai sistem dan konsep yang berkaitan dengan industri pertahanan, dari segi kelembagaan atau pelaku industri pertahanan, penyertaan modal negara untuk pendirian industri pertahanan, lembaga regulasi industri pertahanan. Juga standardisasi alat peralatan pertahanan dan keamanan, penelitian, pengembangan dan rekayasa dalam industri pertahanan (research and development) serta sistem pengadaan pertahanan terintergrasi.
"Termasuk soal sanksi terhadap kejahatan di bidang industri pertahanan, sistem pengawasan industri pertahanan, tanggung jawab anggaran industri pertahanan, serta bagaimana soal insentif tarif bea dan fiskal dalam industri pertahanan," ujarnya.
Lantas, kenapa negara yang jadi tujuan kunker adalah Spanyol dan Brasil? Kata Hasanuddin, kedua negara tersebut dinilai memiliki produk alutsista berkualitas tinggi dan memenuhi persyaratan atau tuntutan yang tinggi.
"Di negara tersebut industri pertahanannya secara aktif berpartisipasi dalam restrukturisasi berbagai sektor dan memperluas pasar serta menyesuaikan kapasistas produksinya dengan kebutuhan pasar. Termasuk Kemhan Spayol memberikan dukungan penuh atas kebijakan industri pertahanannya melalui armament and equipment policy terutama dalam inovasi teknologi yang mengadaptasikan dengan situasi dunia terkini," ujarnya.
Sementara, Brasil dipilih atas pertimbangan bahwa negara itu merupakan sebuah negara dengan wilayah yang paling luas dengan jumlah penduduknya yang besar (192 juta jiwa tahun 2010) di Amerika Selatan. Dengan kemajuan ekonominya kini mampu membangun beberapa industri pertahanan dengan kualitas yang sangat baik. Brasil kini menjadi salah satu negara penting pengekspor di bidang persenjataan, terutama bagi negara-negara berkembang.
"Produk industri Brasil selama ini dikenal berkualitas tinggi, mudah dalam pemeliharaan, kinerjanya baik dalam kondisi ekstrem sekalipun, dan harganya murah. Produknya meliputi amunisi, granat, ranjau, kendaraan pengangkut pasukan (APV), kapal patrol, pesawat patroli laut, turboprop trainers, tank, dan pesawat tempur supersonik," ujarnya.
Hasanuddin menambahkan, pada 15 Maret 2012, Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin menerima kunjungan Dubes Brasil untuk Indonesia Paulo Alberto da Silveira Soares di Jakarta. Dalam pertemuan itu, Dubes Brasil menawarkan produk alutsista terbaru kedirgantaraan atau kapal perang serta peningkatan kerja sama industri pertahanan melalui pembangunan pesawat terbang dan kapal perang antara industri pertahanan laut dan udara kedua negara. "Seperti diketahui, Indonesia pun saat ini telah memesan 16 unit pesawat tempur Super Tucano A29 buatan Industri Embraer Defense System, Brasil," pungkasnya.
Sumber: Jurnal Parlemen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar