Presiden Perkasa, Ibrahim Ali
REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR - Sekitar 300 anggota grup supremasi Melayu berkumpul di depan kantor Komisi Tinggi Singapura, Selasa (26/6). Mereka menuntut pemulangan tiga diplomat negeri singa itu dengan tudingan telah mencampuri urusan politik Malaysia.
Ketiga diplomat itu memang sempat bergabung dalam protes reformasi pemilu yang terjadi pada 28 April lalu.
Perkasa, nama organisasi masyarakat propemerintah itu, juga menginginkan Komisi Tinggi memintaa maaf secara resmi atas sikap tiga diplomat mereka. Alasannya, para diplomat telah berpartisipasi secara aktif dalam protes yang telah dinyatakan ilegal oleh pemerintah.
"Kami merasa keterlibatkan mereka atas dalih apa pun telah melanggar Konvensi Wina," ujar Presiden Perkasa, Ibrahim Ali. Anggota dewan representasi kawasan Pasir Mas itu menegaskan setiap negara harus menghormati satu sama lain, karena itu sikap para diplomat yang melibatkan diri dalam unjuk rasa antipemerintah tak bisa diterima.
Ketiga diplomat itu memang sempat bergabung dalam protes reformasi pemilu yang terjadi pada 28 April lalu.
Perkasa, nama organisasi masyarakat propemerintah itu, juga menginginkan Komisi Tinggi memintaa maaf secara resmi atas sikap tiga diplomat mereka. Alasannya, para diplomat telah berpartisipasi secara aktif dalam protes yang telah dinyatakan ilegal oleh pemerintah.
"Kami merasa keterlibatkan mereka atas dalih apa pun telah melanggar Konvensi Wina," ujar Presiden Perkasa, Ibrahim Ali. Anggota dewan representasi kawasan Pasir Mas itu menegaskan setiap negara harus menghormati satu sama lain, karena itu sikap para diplomat yang melibatkan diri dalam unjuk rasa antipemerintah tak bisa diterima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar