Vladimir Putin (kanan) dan Benyamin Netanyahu (kiri)
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan adanya campur tangan asing di Suriah dalam kunjungan langkanya ke Israel, Senin (25/6). Putin juga mengatakan tidak dapat menerima cara kehancuran bersama. Perjalanan Putin tersebut dipandang sebagai misi diplomatik Rusia untuk mencari solusi krisis Suriah dan Iran.
"Sejak awal terjadinya Arab Spring, Rusia telah membujuk mitranya bahwa perubahan demokratis harus dilakukan dengan cara beradab dan tanpa intervensi eksternal," kata Putin setelah bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, seperti dilansir AFP, Selasa (26/6).
Rusia sedang mengusahakan sebuah konferensi internasional Suriah telah membahas rencana tersebut dengan Yordania, Uni Eropa, Iran dan Irak. Retorika Putin dan penolakannya mendukung sanksi terhadap Suriah telah membuat Putin harus berhadapan dengan Barat. Namun, Presiden Israel Shimon Peres mendesak pemimpin Rusia untuk memainkan peran lebih besar di kawasan tersebut.
Secara khusus, Peres meminta Putin menggunakan pengaruhnya terhadap Iran untuk meredam ambisi nuklir Iran. "Saya meminta secara pribadi agar suara Anda yang melawan Iran didengar," ujar Peres kepada Putin usai pembicaraan.
Peres memperingatkan bahaya nyata senjata kimia Suriah akan sampai ke tangan Hizbullah dan Al-Qaidah. Tindakan nyata sangat dibutuhkan untuk menghentikan situasi yang tidak dapat diterima.
Dalam pernyataan dari kantor Peres, Presiden Peres menampilkan proposal bahwa selama dua tahun mandat Suriah akan diserahkan ke Liga Arab dengan dukungan PBB hingga pemilihan umum yang demokratis diselenggarakan.
"Saya yakin Rusia yang mengalahkan fasisme tidak akan membiarkan ancaman saat ini terus berlangsung. Begitu juga dengan ancaman dari Iran dan pertumpahan darah di Suriah," ujar Peres sebelumnya saat berada di Netanya untuk meresmikan monumen Perang Dunia II.
"Sejak awal terjadinya Arab Spring, Rusia telah membujuk mitranya bahwa perubahan demokratis harus dilakukan dengan cara beradab dan tanpa intervensi eksternal," kata Putin setelah bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, seperti dilansir AFP, Selasa (26/6).
Rusia sedang mengusahakan sebuah konferensi internasional Suriah telah membahas rencana tersebut dengan Yordania, Uni Eropa, Iran dan Irak. Retorika Putin dan penolakannya mendukung sanksi terhadap Suriah telah membuat Putin harus berhadapan dengan Barat. Namun, Presiden Israel Shimon Peres mendesak pemimpin Rusia untuk memainkan peran lebih besar di kawasan tersebut.
Secara khusus, Peres meminta Putin menggunakan pengaruhnya terhadap Iran untuk meredam ambisi nuklir Iran. "Saya meminta secara pribadi agar suara Anda yang melawan Iran didengar," ujar Peres kepada Putin usai pembicaraan.
Peres memperingatkan bahaya nyata senjata kimia Suriah akan sampai ke tangan Hizbullah dan Al-Qaidah. Tindakan nyata sangat dibutuhkan untuk menghentikan situasi yang tidak dapat diterima.
Dalam pernyataan dari kantor Peres, Presiden Peres menampilkan proposal bahwa selama dua tahun mandat Suriah akan diserahkan ke Liga Arab dengan dukungan PBB hingga pemilihan umum yang demokratis diselenggarakan.
"Saya yakin Rusia yang mengalahkan fasisme tidak akan membiarkan ancaman saat ini terus berlangsung. Begitu juga dengan ancaman dari Iran dan pertumpahan darah di Suriah," ujar Peres sebelumnya saat berada di Netanya untuk meresmikan monumen Perang Dunia II.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar