Jumat, 29 Juni 2012
Produsen Radioisotop di Asia, hanya Indonesia
Fusi Nuklir Menghasilkan Radioisotop
PT Batan-Teknologi, di bawah direktur utama yang baru Dr.Ir.Yudi utomo Imardjoko, tidak hanya bangkit dari kubur, namun bisa langsung berlari kencang ke puluhan negara Asia. Padahal tahun 2010, BatanTek sudah dicabut nyawanya.
Negara- negara nuklir, khususnya Amerika Serikat melarang pengayaan uranium tingkat tinggi. Mereka khawatir pengayaan uranium itu bisa disalahgunakan menjadi senjata nuklir. Sejak 2010 pula, PT BatanTek berhenti memproduksi radioisotop.
Tim BatanTek sudah berusaha mengubah proses pengayaan uranium menjadi tingkat rendah, tapi tidak mampu. Bahkan BatanTek sudah mendatangkan ahli dari AS untuk transfer teknologi proses pengayaan uranium tingkat rendah, tapi gagal juga.
Akibatnya, rumah-rumah sakit yang selama ini menggunakan radioisotop dari BatanTek, membeli dari sumber lain. Semua pelanggan marah dan memutuskan hubungan. BatanTek praktis mati.
Untunglah Dr Yudiutomo datang dan menjadi Dirut baru. Anak Maospati, Magetan, lulusan Fakultas Teknik Nuklir UGM ini, bukan sembarang orang. Dia meraih gelar doktor di bidang nuklir di Iowa State University USA.
Dr Yudiutomo mengajak ahli nuklir sealmamater di UGM, Dr.Ing Kusnanto, untuk menjadi direktur produksi. Dr Kusnanto meraih gelar doktor nuklir dari Aachen, Jerman. Karena PT BatanTek masih dalam keadaan sulit, sejak awal dua ahli nuklir ini, memilih menghemat. Mereka menyewa satu rumah untuk dihuni berdua. Keluarga ditinggal di Yogya.
Keduanya tidak henti-hentinya berpikir bagaimana agar BatanTek bisa melakukan pengayaan uranium tingkat rendah. Siang malam dua ahli ini terus berdiskusi. Keputusan untuk tinggal satu rumah membuat diskusi mereka berlanjut, setelah jam kantor sekalipun. Di rumah kontrakan itulah mereka bisa berdiskusi hingga dini hari.
Hasilnya luar biasa. Mereka menemukan cara baru mengayakan uranium tingkat rendah. “Bukan cara yang sudah dikenal di dunia sekarang ini, tapi cara baru yang untuk mudahnya saya beri saja nama “Formula YK”, ujar Dr Yudiutomo Kusnanto.
Formula YK ini menggunakan prinsip “electro plating”. Menggantikan cara lama sistem foil target. Prinsipnya, sebelum dimasukkan reaktor nuklir uranium itu di-plating dengan rumus tertenu. “Cara ini meski kelak diketahui oleh ahli lain pun sulit ditiru. Rumus angka-angkanya tidak akan diungkap”, tambah Dr Yudiutomo
Masalahnya, dari mana perusahaan dapat tambahan modal? Reaktor nuklirnya memang bisa menggunakan reaktor milik Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Serpong. Namun banyak peralatan PT BatanTek yang harus diperbaharui atau diperbaiki.
“Perlu berapa ?” tanya Menteri BUMN Dahlan Iskan saat rapat dengan dua ahli nuklir itu di Serpong- Tangerang, Banten. “Cukup besar Pak, Rp 85 miliar,” jawab Dr Yudiutomo. “Saya carikan!”, ujar Dahlan Iskan.
“Saya pun menghubungi Bank Rakyat Indonesia. Saya memang sangat kagum dan terharu melihat kejeniusan dua ahli ini. Saya bisa merasakan getaran semangatnya yang meluap. Dan saya juga melihat kilatan matanya yang menyiratkan keinginan untuk maju. Inilah ilmuwan yang memiliki kemampuan manajerial yang handal.Intelektual sekaligus entrepreneur!” Ucap Dahlan Iskan.
Dengan penemuan baru Formula YK ini, Indonesia berhasil menjadi satu-satunya negara di Asia yang mampu memproduksi radioisotop. Kini seluruh negara Asia datang ke BatanTek untuk membeli radioisotop. Radioisotop merupakan enerji yang dilepas oleh fisi dan fusi nuklir, melalui sebuah rekayasa.
Radioisotop bahan yang sangat penting untuk pemeriksaan kesehatan di rumah sakit. Radioisotop bahan yang tidak bisa dipisahkan dengan kedokteran nuklir. Dengan radioisotop organ-organ di dalam badan bisa dilihat secara berwarna dan tiga dimensi. Hal ini berbeda dengan radiologi yang hanya bisa melihat hitam putih dan dua dimensi.
Pemeriksaan melaui MRI, CT, Gamma Camera, serta operasi yang menggunakan pisau gamma, mutlak memerlukan radioisotop. Jepang pun tidak memproduksinya sehingga pasar radioisotop Indonesia sangat besar. Apalagi untuk China.
“Waktu saya mendampingi Presiden SBY makan siang dengan Presiden Hu Jintao di Beijing , saya pun promosi radioisotopnya BatanTek. Kebetulan saya berada di sebelah Menteri Perdagangan Tiongkok. Selama makan siang itu, saya terus minta agar China membeli radioisotop kita” tambah Dahlan Iskan .
Dengan kemampuan Dr Yudiutomo dan timnya menembus pasar Jepang, Tiongkok, Malaysia, dan negara-negara Asia lainnya, masa depan PT Batan Teknologi amat cerah. Tahun ini omsetnya telah mencapai Rp 200 miliar. Tidak mustahil akan mencapai Rp 1 triliun dan kemudian Rp 3 triliun, beberapa tahun lagi.
Amerika dan Australia, meski mampu membuat radioisotop, bukan pesaing Indonesia. Umur radioisotop hanya 60 jam. Setelah itu daya radiasinya habis. China, misalnya membutuhkan radioisotop 10 curie, maka mereka harus membeli 60 curie.
Yang 50 curie akan hilang di jalan. Karena itu, pengirimannya harus dengan pesawat. Harus dihitung waktu pengiriman sejak dari Serpong ke bandara dan seterusnya.
Kementerian BUMN akan mendorong kedua ahli tersebut tidak berhenti di radioisotop. Pengetahuan mereka akan sangat berguna untuk pertanian dan pengeboran minyak. “Tapi biarlah BatanTek maju dulu. Jadi raja Asia dulu. Dua tahun lagi kita bicara nuklir untuk mengamankan pangan kita” ujar Dahlan Iskan sambil berlalu.(http://finance.detik.com –JKGR).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar