Langkah Nexter yang berani menyematkan nama diktator-kaisar Romawi paling terkenal sepanjang masa untuk sebuah alutsista artileri swagerak yang merupakan rajanya pertempuran sudah tentu dilandasi oleh alasan yang sangat kuat.
CAESAR (CAmion Equipé d'un Système d'ARtillerie/ Truk pembawa sistem artileri) merupakan alutsista howitzer swagerak terbaru lansiran pabrikan Perancis, Nexter. Modal utama berupa meriam howitzer 155/52mm TRF1 digendong oleh truk Renault Defense Sherpa 5 berpenggerak 6x6. Meriam TRF1 memang sudah dikenal andal dan memenuhi standar NATO yang mewajibkan volumechamber 23l, sehingga diperkirakan negara pembelinya tidak akan mengeluarkan biaya konversi besar jika dibandingkan bila mengakuisisi sistem baru yang belum teruji seperti Bofors ARCHER yang volume chambernya 25l.
Jika dilihat sepintas, bagi Perancis sistem yang mulai didesain pada 1994 dan selesai diracik pada 2006 ini seperti langkah mundur. Kenapa? Karena sebelumnya Perancis memiliki artileri swagerak berpenggerak rantai berbasis tank, AMX-13 mk F3, yang proteksi krunya tentu lebih baik. Akan tetapi, Nexter ternyata punya alasan lain. Dengan format seperti CAESAR, sista ini bisa muat masuk ke dalam pesawat transport kuda beban banyak negara di dunia, C-130H Hercules. Bila terpaksa, helikopter gambot sekelas CH-53E pun bisa didapuk membawa CESAR yang bobot totalnya hanya 18,5 ton. Ini tentu bisa jadi iming-iming menggiurkan bagi banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, yang kemampuan transpor taktisnya sangat terbatas. Terlebih lagi, CAESAR adalah system yang self-sufficient. Dibanding mk F3 yang digantikannya, 6 kru yang dibutuhkan untuk mengoperasikan CAESAR bisa diakomodasi dalam kabinnya yang sudah dilengkapi fitur proteksi Nubika dan berlapis baja yang mampu menahan impak peluru 7,62mm dan pecahan mortir 80mm.
The CAESAR has it all
Diluar dimensinya yang pas untuk digelar secara cepat, CAESAR memiliki segalanya untuk beroperasi secara mandiri. Ini berarti meriam, kru, dan munisi bisa dibawa dalam satu unit sehingga bisa digelar dengan cepat. Truk Sherpa 5 sebagai platform pembawa sudah dimodifikasi secara khusus dengan perkuatan sasis, dan bahkan fitur yang biasanya ada di ranpur beroda yaitu CTIS (Central Tire Inflation Systems) untuk mengatur tekanan ban dari dalam kabin juga disematkan, sehingga CAESAR bisa berjalan di segala medan tanpa hambatan. Dengan dukungan sistem hidrolik khusus, CAESAR bisa digelar hanya dalam 30 detik, dan siap tembak waktu kurang dari 10 menit. Waktu ini cukup untuk menaikkan meriam howitzer sesuai elevasi yang ditentukan, menurunkan dua pasak tumpuan yang ada di belakang, dan menentukan fire solution. Sistem pemuatan munisi pada CAESAR sudah mengaplikasikan sistem otomatis ala revolver, pengisi tinggal menaruh proyektil ke rak, dan pengisi akan memasukkannya langsung ke dalam kamar peluru. Yang perlu dilakukan secara manual adalah memasang charges yang harus dimasukkan setelah proyektil terpasang di kamar peluru. CAESAR sudah mengaplikasikan sistem munisi tanpa kelongsong (caseless) sehingga bobot munisi yang dibawa lebih ringan dan tentu saja ramah lingkungan.
Bila proyektil sudah masuk, pemimpin regu tembak tinggal membuka komputer penembakan dengan layar sentuh yang letaknya ada di sebelah kiri, yang dalam keadaan tertutup terlindung dalam boks baja. Hanya dengan sentuhan tombol, howitzer TFR1 mampu melontarkan proyektil 155mm solid HE, 1.500 bomblet, atau 48 munisi pintar anti tank sampai jarak 42 km. Secepat CAESAR digelar, seringkas itu pula saat sista ini harus dipindahkan. Dalam 45 detik, CAESAR sudah bisa dikemudikan keluar dari area penembakan, bahkan sebelum tembakan pertama mendarat di sasaran. Ini menghindarkan resiko CAESAR terhantam oleh tembakan artileri balasan (counter battery) lawan.
Namun diluar kehebatan howitzer TRF1 155/52 yang memang terkenal akurat dan diekspor ke berbagai negara, sesungguhnya dibalik kebersahajaan CAESAR, di dalam kabinnya terletak sistem pandu terpadu yang didesain untuk memasuki medan pertempuran abad-21. Sistem manajemen kontrol penembakan FAST buatan Nexter-EADS Defense Electronics sudah dilengkapi ROB4 muzzle velocity radar systems, SAGEM SIGMA 30 navigation systems, dan GPS (Global Positioning Systems). SIGMA 30 merupakan inertial guidance system pertama di dunia yang langsung ‘ditempelkan’ ke landasan meriam, menjanjikan akurasi maksimal karena berada dekat dengan laras. Perwujudannya adalah 3 layar tampilan model sentuh yang ada dalam kabin CAESAR yang menampilkan peta topografi lapangan. Operator tinggal menekan koordinat yang dibacakan oleh tim di lapangan, yaitu regu infanteri yang memerlukan bantuan tembakan yang kemudian direlay ke regu tembak yang sudah siap mengoperasikan howitzer CAESAR di belakang. Koordinasi langsung antara regu infanteri dan baterai CAESAR memperpendek waktu reaksi, mengurangi marjin kesalahan, serta meningkatkan efektifitas Fire for Effect dengan kemungkinan first round kill yang besar. Khusus untuk Perancis yang memang getol mengembangkan sistem tempur masa depan, tiap baterai CAESAR sudah siap diintegrasikan kedalam ATLAS Artillery Management Systems. Dalam demo yang ditunjukkan Nexter, pusat komando bisa melihat ilustrasi sapuan artileri pada koordinat yang dituju berdasar feedback real time dari UAV, baik dalam tayangan video maupun ilustrasi 3D. Boleh jadi, fleksibilitas yang ditunjukkan CAESAR yang sesuai untuk negara maju maupun negara-negara berkembang yang belum menerapkan BMS (Battlefield Management Systems) akan menjadi kunci yang memampukan CAESAR memimpin di depan dalam kancah persaingan pasar artileri swagerak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar