Jumat, 22 Juni 2012

CIA Disebut Bantu Kirim Senjata ke Oposisi Suriah

AFP PHOTO/LOPetempur yang loyal pada Tentara Pembebasan Suriah (FSA) mempersiapkan senjata masing-masing di markas mereka di pinggiran Kota Idlib, wilayah barat laut Suriah, Senin (18/6/2012).

WASHINGTON, KOMPAS.com - Para personel Badan Intelijen AS (CIA) dilaporkan membantu mengarahkan pengiriman senjata kepada para pejuang oposisi untuk melawan pemerintah Suriah,New York Times melaporkan, Kamis (21/6/2012).The Times yang mengutip sumber-sumber intelijen AS dan Arab menyebut pengiriman itu dilakukan dalam operasi terselubung.

"Senjata-senjata itu, termasuk senapan otomatis, granat berpelontar roket, amunisi, dan beberapa jenata antitank, sebagian besar dikirim melintasi perbatasn Turki dengan cara jaringan terselubung sejumlah perantara, termasuk gerakan Ikhwanul Muslimin Suriah dan dibiayai oleh Turki, Arab Saudi, dan Qatar," surat kabar itu menulis.

Sejumlah kecil pejabat CIA berada di wilayah selatan Turki selama beberapa pekan, "antara lain untuk membantu mencegah senjata-senjata itu jatuh ke tangan para petempur (oposisi) yang bersekutu dengan Al Qaeda atau kelompok teroris lainnya," laporan itu menyebut.

Sebelumnya, pemerintahan Presiden Barack Obama mengatakan tidak akan memasok senjata ke oposisi Suriah, namun mengirim bantuan nonsenjata seperti obat-obatan dan peralatan komunikasi.

"Dengan membantu mengawasi kelompok-kelompok pemberontak, para agen intelijen AS di Turki berharap bisa mengenal lebih dekat tentang pertumbuhan, perubahan jejaring oposisi di Suriah dan membentuk hubungan baru," harian terkemuka AS itu melaporkan.

"Petugas CIA berada di sana (Turki) dan mencoba membuat sumber-sumber baru dan merekrut orang,"The Times mengutip seorang pejabat intelijen Arab.

Para pejabat AS dan beberapa pensiunan CIA mengatakan, Washington juga mempertimbangkan bantuan tambahan seperti citra satelit dan data intelijen tentang lokasi dan pergerakan tentara Suriah.

Pemerintah AS juga mempertimbangkan apakah akan membantu oposisi membentuk badan intelijen. 

Washington dan sekutu-sekutu Baratnya mengharapkan adanya transisi politik di Suriah, dengan mundurnya Presiden Bashar al-Assad.

Sementara itu, Rusia dan China menyerukan dilakukannya perundingan untuk mencari penyelesaian bagi kekerasan yang sudah berlangsung selama 15 bulan di Suriah. Kedua negara itu menentang upaya perubahan rezim secara paksa oleh campur tangan asing.


Sumber : Xinhua, OANA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar