Jumat, 22 Juni 2012

Jenderal Iran: Teheran Bisa Menyerang Duluan

AFP
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad (kedua dari kiri) mendengarkan penjelasan para ahli saat berkunjung ke riset reaktor di Teheran, Iran, Rabu (15/2). Presiden Iran mengumumkan bahwa negaranya telah mengalami kemajuan soal pengembangan teknologi nuklir



TEHERAN, KOMPAS.com - Seorang pejabat militer Iran mengancam untuk melakukan tindakan pre-emptive (langkah pencegahan) terhadap negara mana pun yang mengancam kepentingan nasional Iran saat retorika seputar program nuklirnya menjadi lebih mirip persiapan perang.

Meski tidak secara khusus menyebut Israel, Wakil Kepala Angkatan Bersenjata Iran, Mohammed Hijazi, mengatakan, "Kami tidak lagi mau menunggu tindakan musuh yang akan melancarkan serangan terhadap kami. Strategi kami sekarang adalah, jika kami merasa musuh ingin membahayakan kepentingan nasional Iran, dan hendak memutuskan untuk melakukan itu, kami akan bertindak duluan tanpa menunggu tindakan mereka."

Jenderala itu menambahkan, "Kami suka menikmati kemampuan untuk menunjukkan kepada mereka semua berbagai jenis konfrontasi dalam kasus tindakan bodoh rezim Zionis."

Ancaman itu datang saat para pengawas nuklir internasional menyatakan misi terakhir mereka ke Iran gagal setelah Teheran menutup akses ke sebuah lokasi militer di tenggara ibukota itu. Sebuah tim pengawas dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah terlibat dalam diskusi dua hari tentang dimensi militer yang mungkin timbul dari program nuklir Iran itu, dan telah gagal mendapatkan akses ke lokasi di Parchin.

"Adalah mengecewakan bahwa Iran tidak meluluskan permintaan kami untuk mengunjungi Parchin dalam pertemuan pertama atau kedua," kata direktur jenderal IAEA, Yukiya Amano. "Kami terlibat dalam semangat konstruktif, tetapi tidak ada kesepakatan yang dicapai."

Ada dugaan bahwa fasilitas di Parchin itu digunakan untuk menguji bahan peledak terkait dengan senjata nuklir. Para inspektur IAEA itu tidak berhasil mendapat akses ke Parchin pada Januari lalu.

Tim itu juga mencoba untuk mencapai kesepakatan tentang sebuah dokumen yang bertujuan untuk memperjelas "isu yang tak terselesaikan sehubungan dengan program nuklir Iran". "Itu juga tidak mungkin," kata Amano.

Utusan Iran untuk IAEA, Ali Asghar Soltanieh, seperti dikutip kantor berita Iran, ISNA, mengatakan, pembicaraan itu berlangsung intensif dan mencakup "kerjasama dan saling pengertian antara Iran dan IAEA".

Misi para pengawas itu berlangsung saat para pejabat penting militer dan keamanan Israel dan AS bertemu untuk membahas program nuklir Iran.

Para pejabat AS telah berada di Israel minggu ini guna memperingatkan Israel tentang aksi militer terhadap Iran. Para pejabat AS itu berhadapan dengan reaksi bermusuhan pihak Israel setelah sejumlah komentar minggu ini yang dibuat Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Martin Dempsey. 

Jenderal Dempsey sebelumnya mengatakan kepada CNN bahwa AS telah memberitahu Israel bahwa serangan terhadap Iran akan menimbulkan "ketidakstabilan" dan "tidak bijaksana", dan bahwa Iran belum memutuskan apakah akan mengembangkan senjata nuklir. Dia menegaskan kepada jaringan televisi itu bahwa AS, sampai saat ini, tidak mampu membujuk Israel untuk tidak menyerang Iran. 

Israel telah secara terbuka menegur AS atas pernyataan Dempsey itu. "Kami telah menjelaskan kepada (penasehat keamanan nasional AS Tom) Donilon bahwa semua pernyataan dan briefingnay itu hanya melayani orang Iran," kata seorang pejabat senior Israel kepada harian Haaretz. "Pihak Iran melihat ada kontroversi antara Amerika Serikat dan Israel, dan bahwa Amerika menolak tindakan militer. Hal itu mengurangi tekanan terhadap mereka (Iran)."

Gedung Putih mengatakan, AS dan Israel memiliki tujuan bersama, yaitu mencegah Iran mengembangkan sebuah senjata nuklir. Pemerintahan Obama yakin ada cukup waktu untuk menyelesaikan sengketa dengan Iran melalui jalur negosiasi dan dengan mengintensifkan sanksi, kata sekretaris pers Gedung Putih, Jay Carney.

Sumber : Sydney Morning Herald

Tidak ada komentar:

Posting Komentar