Jumat, 22 Juni 2012

Tubagus Hasanuddin: TNI AU Harus Transparan di Lingkungannya

DOK TNI AUFokker 27 TNI Angkatan Udara.

JAKARTA, KOMPAS.com — TNI Angkatan Udara didesak transparan dalam penyelidikan jatuhnya pesawat latih TNI AU Fokker 27 di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Tidak transparannya investigasi dinilai mengancam nyawa prajurit TNI lainnya.
"Walaupun tidak transparan ke publik, tapi mereka harus transparan ke lingkungannya karena ini buat nyawa mereka. Kalau enggak transparan gimana, kalau dipakai lagi, jatuh lagi. Yang penting kita mendorong agar investigasi dilaksanakan dengan baik," kata Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (22/6/2012).
Seperti diberitakan, jatuhnya pesawat Fokker 27 itu mengakibatkan 11 orang tewas. Tujuh korban tewas merupakan kru pesawat bernomor registrasi A-2708 itu. Empat korban tewas lainnya adalah warga sipil yang merupakan anggota keluarga perwira menengah penghuni Kompleks Rajawali.
Tubagus mengatakan, pesawat serupa pernah jatuh tahun 2009. Namun, kata dia, saat itu disimpulkan penyebab kecelakaan bukan karena kerusakan pesawat buatan Belanda tahun 1975 itu.
Tubagus menilai pesawat F-27 masih layak terbang lantaran pihak TNI AU melaksanakan perawatan dengan baik. Saat ini, katanya, pesawat F-27 digunakan untuk latihan, pengangkutan pasukan yang bisa mencapai dua peleton, latihan penerjunan, dan lainnya.
Tubagus menambahkan, TNI AU masih memiliki lima unit pesawat F-27. Pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada TNI AU untuk memutuskan apakah masih mengoperasikan pesawat itu atau tidak dan menunggu pesawat pengganti.
Politisi PDI Perjuangan itu menambahkan, pergantian pesawat F-27 masih dalam proses. Pemerintah telah memesan 10 unit C- 295 buatan Spanyol dengan kerja sama PT Dirgantara Indonesia. Rencananya, sekitar tiga unit akan diterima TNI AU bulan Oktober 2012. Sisanya, akan tiba secara bertahap sampai 2014.
"Kita seluruhnya serahkan kepada TNI AU, apakah lima unit sisanya masih dioperasikan untuk latihan, kegiatan transportasi terbatas atau tidak. Dari lima itu ada yang dipakai untuk VVIP. Masih baguslah. Kalau tidak dipakai lagi, kita akan minta pengiriman pesawat baru itu lebih cepat lagi," pungkas mantan perwira tinggi TNI itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar