Rabu, 20 Juni 2012

Untuk Melindungi Segenap Tumpah Darah Indonesia


Sebuah kapal niaga berbendera Indonesia, serta 20 ABK-nya menjadi tawanan perompak Somalia. Berita itulah yang mengguncang negeri ini baru-baru lalu. Negara pun dituntut hadir untuk menyelamatkan warganya. Menurut saya, ini wajar dan wajib. Sebab, warga Negara adalah presentasi dari Negara yang bersangkutan. Demikian juga dengan kapal berbendera Negara dan kedutaan besar sebuah Negara. Itu semua merepresentasikan kedaulatan sebuah Negara.
Untuk menegakan kedaulatan Negara, Pemerintah telah mencanangkan apa yang disebut Minimum Essensial Forces (kekuatan pertahanan minimal) sebagai postur TNI. Dalam diskusi di dunia maya, sering kita terjebak penjabaran MEF adalah seberapa banyak kita punya pesawat tempur, kapal perang, tank, hingga senapan serbu. Kita juga terjebak, MEF adalah kekuatan untuk menjaga kedaulatan wilayah. Jadi dengan luas dari sabang sampai merauke, kita perlu pesawat A sekian banyak, Kapal perang B sekian puluh, dsb.
Tapi kini paradigma itu harus diubah. Kedaulatan Negara bukan hanya sebatas wilayah dari Sabang sampai Merauke. Kedaulatan Negara juga hadir dalam bentuk warga, kapal, hingga kompleks kedutaan. Bagaimana jika kapal berbendera Indonesia dibajak misalnya? Maka Negara harus mampu menegakan kedaulatannya!!
Contoh paling gampang dalam hal penegakan kedaulatan ini adalah Amerika Serikat. Negara ini tak ragu untuk menyelamatkan warganya, meski harus melanggar kedaulatan Negara lain. Apapun dilakukan, meski menuai banyak kecaman. Yang penting warga Amerika serikat selamat. Dan si warga Amerika selalu merasa aman, karena tahu negaranya selalu melindungi. Ini adalah contoh yang patut kita tiru. Karenanya dalam penjabaran MEF, TNI juga perlu memiliki kekuatan Force Projection, meski tentunya tidak se- massif Amerika serikat. Cukup sekedar bisa menggerakan kekuatan terbatas secara singkat untuk menjamin keamanan warga Negara Indonesia.
Dalam kaitan kasus Sinar Kudus, Indonesia harus memiliki sebuah satgas di perairan Somalia-Arab. Hal ini untuk menjamin keamanan kapal niaga Indonesia yang tengah berlayar disana. Tidak perlu kapal induk, kapal sekelas LPD kelas Makassar (plus pendukungnya) juga cukup. Disana, Satgas akan bergabung dengan Satgas lainnya dari seluruh dunia.

Perang Asimetrik versus Perompak
Sejatinya perang melawan perompak Somalia merupakan salah satu tipe perang asimetrik. Dimana lawan merupakan kekuatan kecil yang mobile, tidak memiliki objek vital berharga tinggi, tapi terkoordinir dengan cukup baik. Untuk melawan musuh seperti ini, tidak diperlukan sebuah alutsista mahal dan bernilai tinggi, seperti Kapal Induk, Pesawat tempur atau kapal selam nuklir. Sebuah kapal perang serba guna lebih cocok untuk kegiatan ini.
TNI Angkatan Laut sudah memiliki total 5 buah LPD. LPD dari kelas Makassar ini mampu dimuati lebih dari 500 personel. Selain itu Makassar class juga mampu mengangkut 3 helikopter, 2 kapal pendarat dan 40 kendaraan tempur. Lebih dari itu, untuk misi anti perompak Somalia, kapal ini memiliki ketahanan berlayar hingga 30 hari atau menempuh jarak hingga 10 ribu Nm. Angka ini tentunya bisa bertambah, jika akomodasi untuk kendaraan tempur diganti dengan logistik. Selain itu, misi patroli di Somalia juga tidak membutuhkan personel hingga 500 orang. Cukup 100an pasukan yang memiliki kemampuan VBSS.
Sebagai mana kapal angkut, kecepatan kapal ini memang agak lamban. Namun, untuk menghadapi perompak, kapal ini nantinya berperan sebagai kapal induk. Ketika ada tugas menyelamatkan kapal niaga, maka kapal ini bisa melucurkan pasukan khusus melalui helikopter atau kapal cepat RHIB sekelas sea raider untuk mengejar perompak dan melakukan misi VBSS (Visit Board Search and Seizure).
Karena melakukan misi perang asimetris, kapal LPD juga tak perlu rudal atau senjata berat. Ia cukup dipersenjatai meriam kaliber 20mm dan senapan mesin berat 12,7mm. toh perompak Somalia tak memiliki kapal perang yang harus dihajar dengan rudal bukan?
Selain hardware berupa kapal dan pendukungnya, yang terpenting dalam sebuah perang asimetris adalah Intelejen. Intelejen yang mumpuni bukan hanya bisa membuat misi tuntas dengan efektif, tetapi juga mencegah terjadinya malapetaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar